Evolusi
Sebelum dan Sesudah Darwin
A. Evolusi Pra Darwin
Sejarah munculnya teori-teori evolusi sebenarnya baru
dimulai pada tahun 1859, dengan dipublikasikan buku On the Origin of Species,
meskipun kebanyakan idea-idea Darwin kenyataannya telah ada sejak masa lampau.
Kenyataan bahwa bahwa makhluk hidup beraneka ragam dan megalamimi perubahan
sudah teramati sejak lama, namun hal ini tidak melahirkan konsep-konsep evolusi
sebagaimana yang terjadi pada masa Darwin.
Parmenides menyatakan bahwa sesuatu yang terlihat adalah
suatu ilusi. Berbeda dengan apa yang dikemukakan Parmenides, Heraclitus
menyatakan bahwa dalam perjalanan hidupnya makhluk hidup selama mengalami
proses yang tetap Teori ini dikenal dengan teori Fixise. Berasal dari kata
‘Fixed’., artinya ‘unchanging’ atau tetap, tidak berubah. Teori ini muncul satu
atau dua abad sebelum teori Darwin.
Pada masa itu tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan
kekerabatan antar satu organisme dengan organisme lain. Semua kegiatan biologis
dianggap tetap seperti apa adanya, tidak ada perubahan. Namun para Naturalis
dan Philosohpy sering berspekulasi bahwa ada terjadi transfomasi spesies. Para
ahli yang mempertanyakan kebenaran teori ‘Fixed’ misalnya: Maupertuis ilmuwan
dari Prancis, kakek Charles Darwin yaitu Erasmus Darwin.
Walaupun tidak ada pemikir-pemikir khusus yang
mempersoalkan teori Fixed dengan penjelasan yang ilmiah bahwa spesies berubah,
namun sebenarnya terdapat perhatian dan minat yang kuat berdasarkan kenyataan
bahwa dapat saja satu spesies berubah menjadi spesies kedua.
Pada 250 tahun sebelum Masehi, Anaximander (Yunani)
mengemukakan bahwa manusia berasal dari makhluk yang menyerupai ikan.
Pernyataan Empedocles yang berbau evolusi namun janggal kedengarannya berbunyi
bahwa manusia dan juga binatang lainnya berasal dari bagian-bagian kepala,
badan, dan tangan yang terpisah-pisah, yang pada makhluk tertentu ketiganya
tumbuh menjadi satu, sedangkan pada makhluk lain hanya kepala dan badan yang
tumbuh seperti pada ikan. Artinya ada yang pertumbuhannya lengkap dan adapula
yang tidak lengkap.
Teori Autogenesis merupakan teori yang berkaitan dengan
proses evolusi namun dorongan evolusinya beasal dari dalam menyatakan bahwa
dorongan dari dalam itulah yang lebih menentukan sedangkan lingkungan tidak
memberikan pengaruh.
Selain itu dikenal pula paham finalisme dan telefinalisme yang mempunyai kemiripan dengan paham vitalisme.
Selain itu dikenal pula paham finalisme dan telefinalisme yang mempunyai kemiripan dengan paham vitalisme.
Paham finalisme lebih menitikberatkan pada tujuan akhir,
bagaimana makhluk berevolusi sampai bentuk akhir sudah dinyatakankarena adanya
kekuatan trasenden, namun apa yang dimaksudkan dengan kekuatan trasenden itu
tidak disebutkan. Kaum finalis tidak dapat menjelaskan proses perubahan yang
ditentukan oleh kekuatan tersebut. Pada kaum vitalis jelas bahwa kekuatan
trasenden itu adalah kekuatan alam yang maha hebat.
Ada beberapa penganut paham lain yang mengelak terhadap
adanya pengaturan atau tuntunan khusus seperti pada vitalisme Para penganut
paham lain ini berpegang pada teori Orthogenesis,
Nomogenesis, dan Aristogenesis yang menganggap bahwa makhluk hidup itu
berubah secara evolutif dan penentu perubahan itu adalah germ plasma.
Contoh:
perkembangan bentuk dewasa manusia dinyatakan sudah ada sejak tingkat embrio;
Warna, bentuk, letak dan bentuk putik, serta serbuk sari telah ada pada kuncup
bunga. Perubahan pada kuncup menjadi bunga hanya memerlukan tenaga untuk
mekarnya sang bunga.
Ketiga
teori ini mempunyai perbedaan yaitu:
·
Orthogenesis menitikberatkan perkembangan
makhluk hidup pada garis lurus artinya terjadi perkembangan yang semakin besar,
semakin bervariasi, namun semuanya bertolak dari yang sudah ada.
·
Nomogenesis menyatakan bahwa perkembangan
hanya berlangsung sesuai dengan aturan tertentu. Untuk setiap makhluk ada
aturan tertentu yang mengikat.
·
Aristogenesis menyatakan bahwa perkembangan
yang terjadi adalah perubahan menuju ke yang lebih baik.
Beberapa tokoh dan peristiwa yang mendukung dan dipandang
dapat melahirkan teori evolusi antara lain Carolus Linnaeus (Swedia) yang
disebut sebagai bapak Sistematik, telah berhasil memberi nama 4.235 spesies
hewan dan 5.250 spesies tumbuhan menyatakan bahwa makhluk-makhluk hidup
tersebut diciptakan dan tetap (konstan), serta tergolong makhluk pertama yang
benar-benar ada.
Charles Bonnet (ahli pengetahuan alam) percaya bahwa
semua organisme, bahkan semua benda tak hidup mengalami proses pembentukan
melalui rantai/tangga yang panjang dantek terputus, tak tersisipi. Rantai ini
bermula dari mineral yang selanjutnya berkembang menjadi bentuk yang semakin
kompleks seperti tumbuhan, invertebrata, ikan, burung, dsb.
Pada zaman sebelum abad 18 yaitu 3 abad sebelum Masehi,
di Yunani berkembang suatu paham bahwa organisme membentuk suatu tangga yaitu
tangga kehidupan atau tangga alam. Pada tangga kehidupan ini yang berada di
dasar adalah organisme yang sederhana, selanjutnya organisme yang berada di
atasnya adalah organisme yang lebih sempurna.
Tetapi dalam hal ini tidak disinggung hubungan antara
organisme yang berada pada masing-masing anak tangga, sehingga dapat dimengerti
mengapa teori evolusi tidak lahir melalui paham ini. Dikemudian hari beberapa
pengikut evolusi menerima pendapat tersebut dengan melihat pandangan yang
semakin maju dan semakin kompleks. Linnaeus, meskipun percaya adanya penciptaan
tetapi tetap beranggapan bahwa tangga kehidupan tersebut ada.
Pada abad 17, tangga kehidupan ini dibangkitkan kembali
oleh Leibnitz yang mengemukakan adanya “Hukum Kesinambungan” dalam hal ini
antara spesies yang satu dengan spesies lainnya ada spesies penyambungnya yang
dikenal dengan spesies peralihan. Namun Leibnitz tidak berani mengemukakan
adanya spesies peralihan antara manusia dan kera. Pemikiran tentang
kesinambungan ini tidak juga melahirkan teori evolusi karena pandangan dan
penerapannya hanya sepotong-sepotong.
Cuvier (Perancis) yang mempunyai pendapat yang sama
dengan Linnaeus tentang penciptaan, mengemukakan bahwa pada dasarnya evolusi
itu tidak pernah terjadi. Cuvier berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di
bumi ini berasal dari proses penciptaan, spesies itu tetap dan tidak pernah
berubah.
Menurut Cuvier jika sekarang ini dijumpai beragam fosil
pada lapisan tanah yang berbeda maka hal itu disebabkan terjadinya bencana
alam. Bencana alam inilah yang melahirkan teori Catastrophisme. Melalui teori
ini Cuvier mengemukakan bahwa di bumi ini terjadi beberapa kali bencana alam
yang besar. Akibat bencana ini dijumpai makhluk-makhluk yang mati dan memfosil.
Fosil yang berbeda yang terletak pada strata yang berbeda adalah hasil dari
suatu ciptaan baru. Lebih jauh tentang fosil yang terletak pada setiap strata
oleh William Smith dikemukakan bahwa tiap strata mempunyai tipe fosil yang khas
dan semakin ke bawah fosil yang dikandung semakin jauh berbeda dengan makhluk
yang ada sekarang ini.
Berbeda dengan yang dikemukakan Cuvier, Charles Lyell
dalam bukunya “Principle of Geology” mengemukakan bahwa terjadinya strata
lapisan bumi yang mengandung fosil tidak karena terjadinya bencana alam, tetapi
berlangsung sedikit demi sedikit seperti yang kita alami seperti sekarang ini.,
dengan menggunakan teori Uniformitarianisme, yaitu teori yang menyatakan bahwa
bentuk dan struktur bumi disebabkan oleh kekuatan angin, air, dan panas yang
bekerja sekarang ini identik dengan yang bekerja dan mempengaruhi bentuk dan
struktur bumi di masa lalu. Pendapat ini dikemudian hari memberikan sumbangan
yang besar terhadap perkembangan teori evolusi.
Erasmus Darwin pada tahun 1731 – 1802 menyatakan dalam
bukunya “Zoonomia” bahwa kehidupan bermula dari asal mula yang sama. Gagasan
tersebut pula yang kemudian mengilhami Charles Darwin dalam mengemukakan
gagasannya pada tahun 1859.
Dikemudian hari gagasan tentang diwariskannya sifat yang didapat dimunculkan oleh Jean Baptis Lamarck (1744 – 1829) dalam bukunya ‘Philosophie Zoologique”, dan dikenal dengan teori adaptasi-transformasi. Ahli lain yang sejalan dengan pendapat Lamarck adalah Count de Buffon yang menyatakan bahwa proses evolusi itu berlandaskan pada diwariskannya sifat-sifat yang di dapat.
Dikemudian hari gagasan tentang diwariskannya sifat yang didapat dimunculkan oleh Jean Baptis Lamarck (1744 – 1829) dalam bukunya ‘Philosophie Zoologique”, dan dikenal dengan teori adaptasi-transformasi. Ahli lain yang sejalan dengan pendapat Lamarck adalah Count de Buffon yang menyatakan bahwa proses evolusi itu berlandaskan pada diwariskannya sifat-sifat yang di dapat.
Teori ini didasarkan atas kenyataan bahwa tidak ada
satupun makluk hidup yang identik. Ada dua konsep evolusi yang dikemukakan oleh
Lamarck yaitu: Pertama, spesies berubah dalam waktu lama menjadi spesies baru.
Konsep ini yang sangat berbeda dengan teori Darwin. Lamarck berpendapat bahwa
dalam suatu periode tertentu suatu spesies dapat berubah bentuk akibat suatu
kebiasaan atau latihan. Kedua, perubahan yang terjadi tersebut dapat
diturunkan.menunjukkan perbedaan teori Lamarck dan teori Darwin.
Berpegang pada konsep yang mengatakan bahwa organ-organ
baru muncul sebagai respons atas tuntutan lingkungan. Lamarck mengajukan
postulat sebagai berikut: Ukuran organ sebanding dengan penggunaannya. Hal ini
berarti bahwa tiap perubahan yang terjadi karena digunakan atau tidak digunakannya
organ tersebut akan diwariskan kepada generasi keturunannya. Peristiwa yang
terjadi secara berulang-ulang akan berakibat terjadinya pembaharuan bentuk dan
fungsi.
Meskipun Darwin membuat konsep evolusi yang dapat
diterima, tetapi pemikiran mengenai evolusi ini sudah sangat tua dan
bertahun-tahun lebih tua dari Darwin. Berikut uraian singkat tentang pendapat
dari berbagai ahli yang masih berkaitan dengan konsep dasar evolusi dan sebelum hipotesis teori evolusi kimia
dan evolusi biologi, banyak ahli berpendapat tentang evolusi yang mengakibatkan
adanya keanekaragaman makhluk hidup.
Teori evolusi yang dikemukakan para ahli sebelum
munculnya teori evolusi Darwin adalah teori kreasionisme, teori katastropisme,
teori gradualisme, teori uniformitarianisme, dan Lamarck atau teori perolehan
yang terwariskan secara genetik.
1.
Teori Kreasionisme
Teori kreasionisme merupakan teori tentang
penciptaan yang terjadi dalam sekali waktu kehidupan sekaligus lengkap,
kemudian selesai dan tidak ada lagi evolusi atau perubahan. Paham ini dianut
berdasar pada keyakinan agama, juga berdasarkan keterangan Aristoteles. Teori
kreasionisme dianggap tidak valid karena kenyataannya banyak spesies yang
hidupnya tidak sekaligus ada pada satu zaman. Misalnya masa hidup dinosaurus
tidak bersamaan dengan masa hidup manusia.
2.
Teori Katastropisme
Teori katastropisme merupakan paham tentang
keanekaragaman makhluk hidup dihasilkan oleh nenek moyang yang umum, dan muncul
atau punahnya makhluk hidup disebabkan oleh adanya bencana alam. Teori ini
diperkenalkan oleh George Cuvier ( 1769 – 1832 ), seorang ahli Paleontologi
atau ilmu fosil. Alasan Cuvier adalah karena ia mengamati setiap sedimen batuan
kuno yang ia temukan mengandung beberapa jenis hewan dan tumbuhan yang berbeda.
Karena itu, ia berpikir bahwa setiap sedimen mewakili tiap masa atau waktu
evolusi. Tiap sedimen yang mengandung jenis-jenis organisme yang berbeda
tersebut mewakili zaman dimana organisme hidup dan mati karena bencana.
3.
Teori Gradualisme
Teori gradualisme dikemukakan oleh ahli Geologi
Swedia bernama James Hutton ( 1726 – 1797 ). Paham tersebut menyatakan bahwa
perubahan geologis berlangsung pelan-pelan tetapi pasti. Tetapi teori
gradualisme ini tidak mampu dijelaskan dengan mekanisme yang meyakinkan.
4.
Teori Uniformitarianisme
Teori uniformitarianisme dinyatakan oleh Charles
Lyell ( 1797 – 1875 ). Paham ini menyatakan bahwa proses-proses geologis
ternyata menuruti pola yang seragam, sehingga kecepatan dan pengaruh perubahan
selalu seimbang dalam kurun waktu. Misalnya, terbentuknya gunung selalu
diimbangi dengan erosi gunung. Teori uniformitarianisme memang menjelaskan
kejadian evolusi geologis, tetapi dapat menjelaskan kejadian terbentuknya
spesies.
5.
Teori Lamarck
a. Lamarckisme
Seperti telah
dijelaskan di atas, Lamarck, seorang zoolog berkebangsaan Prancis, ini adalah
biologis pertama yang—paling tidak—telah berhasil mengokohkan teori Evolusi
berpijak di atas konsep-konsep ilmiah. Ia mendeklarasikan teorinya itu pada
tahun 1801 M. dengan menerbitkan bukunya yang berjudul Falsafeh-ye Janevar
Shenasi (Filsafat Zoologi). Ia tidak meyakini bahwa undang-undang yang berlaku
di alam ini keluar dari kehendak Ilahi yang azali. Tetapi ia berkeyakinan bahwa
motor utama penggerak sebuah kesempurnaan adalah sebuah power yang menjadi
faktor keterwujudan spesies-spesies yang lebih sempurna melalui kaidah
“pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh”. Menurut
Lamarck,
setiap makhluk hidup pada permulaannya sangat hina dan sederhana sekali. Lalu
lantaran beberapa kausa dan faktor, makhluk hidup itu mengalami evolusi menjadi
spesies yang lebih sempurna. Faktor-faktor tersebut adalah lingkungan hidup,
pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh, kehendak, dan perpindahan
seluruh karakteristik yang bersifat akuisitif (iktisâbî).
Substansi
klaim Lamarck adalah perubahan lingkungan hidup menyebabkan perubahan anggota
tubuh. Seekor binatang untuk menjalani kehidupan terpaksa harus memanfaatkan
sebagian anggota tubuhnya melebihi anggota tubuh yang lain. Dengan memperkuat
fungsi sebagian anggota tubuhnya dan meminimalkan fungsi sebagian anggota tubuh
yang lain, ia melestarikan kehidupannya.
Dengan kata
lain, perubahan kondisi kehidupan menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru. Jika
makhluk hidup tidak memperdulikan seluruh kebutuhan itu, maka ia akan musnah.
Tetapi jika ia harus memenuhi seluruh kebutuhan itu, maka ia memerlukan anggota
tubuh yang sesuai. Dengan demikian, sebuah evolusi dalam struktur tubuhnya akan
terjadi. Jika ia memanfaatkan sebagian anggota dalam jumlah yang minimal, maka
anggota tubuh itu akan melemah dan kadang-kadang akan musnah. Tetapi jika ia
melakukan aktifitas dalam kadar yang maksimal, maka anggota-anggota tubuh baru
akan muncul. Pada akhirnya, perubahan-perubahan akuisitif (iktisâbî) ini akan
diwarisi oleh generasi-generasi makhluk hidup berikutnya.
Faktor lain
evolusi itu adalah kehendak dan keinginan yang dimiliki oleh makhluk hidup.
Artinya, ia ingin mengadaptasikan diri dengan lingkungan hidup dan mengatasi
seluruh kebutuhan hidupnya.
Untuk
membuktikan hipotesisnya itu, Lamarck mengajukan analisa tentang mata seekor
tikus yang buta, paruh kuat yang dimiliki oleh sebagian burung, lenyapnya kaki
ular, memanjangnya leher jerapah, berubahnya kuda dari kondisi karnivora
menjadi herbivora, dan contoh-contoh yang lain. Menurut keyakinannya, semua itu
terjadi lantaran faktor-faktor yang telah dipaparkan di atas.
Teori
Lamarck juga disebut dengan teori perolehan yang terwariskan secara genetik.
Awal abad ke-19, Lamarck memperkenalkan bahwa sifat fenotip perolehan lingkungan
dapat diwariskan secara genetik. Bagian dari tubuh yang tidak digunakan akan
mengalami retardasi atau tidak bergkembang, bagian atau alat tubuh yang
digunakan akan mengalami perkembangan lebih kuat dan lebih besar. Ia
menerangkan bahwa nenek moyang jerapah berleher pendek, tetapi karena terus
menerus leher dijulurkan ke atas untuk menggapai makanan, leher jerapah menjadi
panjang. Jadi, menurut Lamarck evolusi disebabkan oleh pewarisan sifat genetik
yang diperoleh dari lingkungannya. Teori Lamarck mengandung kesalahan yang
dapat dibuktikan melalui percobaan. Yang paling sederhana adalah percobaan
Weissman yang menunjukkan bahwa tikus yang ekornya dipotong di laboratorium
tidak mewariskan pengalaman tanpa ekornya itu pada keturunannya. Sebelum
Lammarck, ahli lain yang sejalan dengan pemikiran Lammarck adalah:
Buffon (1707-1788) dan Erasmus
Darwin (kakek dari Charles Darwin, 1731-1802) menulis syair yang dianggap
sebagai karangan berpengetahuan yang berjudul “Zoonomia” ia berpendapat bahwa hewan-hewan mungkin juga timbul
dari hewan-hewan lain. Nama lengkap Lammarck adalah Jean Baptist Pierre Antoine De Monet, Chavalier De Lammarck.
Sewaktu masih muda ia belajar untuk
menjadi pendeta, kemudian ia menjdi tentara sampai ia dalam pertempuran
mendapat pujian karena keberaniannya. Ia meninggalkan angkatan perang, untuk
belajar ilmu ketabiban di Paris, akan tetapi kemudian ia malah lebih tertarik
akan ilmu tumbuh-timbuhan. Sesudah bekerja keras selama 9 tahun, ia menerbitkan
sebuah buku yang besar mengenai tumbuh-tumbuhan yang hidup di tanah airnya.
Bukunya itu menarik perhatian para sarjana, sehingga ia mendapat tawaran untuk
bekerja di Jardin du Roi setelah
revolusi dia diangkat menjadi maha guru pada Jardin du Roi itu juga, yang
kemudian berganti nama menjadi Jardin
des Plantes (semcam kebun raya). Ia menjdi mahaguru di bidang Evertebrata. Ia menyusun buku yang
berjudul “Philosophie Zoologioque”.
Ia menjdi buta dihari tuanya dan terpaksa hidu miskin dan sengsara sekali. Oleh
rekan-rekannya di zaman itu tidak ada yang mengerti jasa-jasanya sebagaimana
mestinya. Setelah ia Meniggal, maka berkat kegiatan Darwin, ia dijunjung tinggi
lagi dan sampai sekarangpun ia masih dipandang sebagai salah satu seorang
sarjana besar di zaman itu. Sayang sekali teori-teorinya tidak dilengkapi
dengan bukti-bukti dan kenyataan-kenyataan. Teori Lammarck ialah:
Bahwa di bumi ini mula-mula timbul
mahluk hidup yang sederhana, yang mungkin bersal dari benda-benda mati (dengan
jalan Generatio Spontanea), akan tetapi dari makluk yang sederhana ini kemudian
dalam tempo yang panjang sekali timbulah jenis-jenis makluk yang hidup sampai
sekarang, tanpa ada penghentian jalannya kehidupan seperti yang dimaksudkan
dalam cerita kiamat dari kitab Injil ataupun teori bencana menurut Cuvier.
Teori evolusi menggap bahwa hewan bersel satu sebagai permulaan evolusi dan
menggap manusia sebagai akhir evolusi. Diantara sebab-sebab yang
menyelenggarakan perubahan-perubahan dan penyempurnaan tubuh mahluk hidup,
Lammarck mengemukakan bahwa pentingnya mempergunakan dan tidak mempergunkan
alat tubuh tertentu. kalau alat tubuh sering digunakan maka ia akan tumbuh
sempuna dan bila ia jarang digunkan ataupun tidak digunakan sama sekali maka ia
akan terbelakang tumbuhnya, sedang tiap-tiap perubahan yang dialami oleh
individu itu selama masa hidupnya kelak akan diturunkan kepada keturunannya,
sehingga kelak sifat itu tampak sempurna pada keturunannya. Lammarck member
contoh Ular adalah bintang yang mempunyai kebiasaan untuk merangkak\merayap
dengan cepat masuk kedalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-kaki yang
panjang malah merugikan untuk merangkak dan besembunyi didalam tanah dan
keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi kebiasaan bergerak
dari binatang itu menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada tubuhnya sendiri.
Sedangkan Jerapah memiliki leher yang panjang karena mereka mempunyai kebiasaan
hidup mengambil daun-daunan dari pohon-pohon yang tinggi. Contoh yang dipakai
Lamarck untuk menjelaskan teorinya adalah leher Jerapah. Ia berpendapat bahwa leher
jerapah menjadi panjang akibat dari usaha atau kerja kerasnya ‘striving’ untuk
mendapatkan daun-daun (makanan) yang terletak pada dahan yang tinggi. Leher
yang dipanjangkan inilah yang diwariskan. Dalam hal ini Lamarck telah
memperhitungkan faktor lingkungan dan memperkenalkan hukum Use and Disuse yang artinya organ yang digunakan cenderung akan
berkembang sedangkan yang tidak digunakan cenderung akan menyusut. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus dalam bukunya
Essay on the Principle Population bahwa tidak ada keseimbangan antara
pertambahan penduduk dan jumlah bahan makanan, artinya adanya perjuangan untuk
hidup dimana kenaikan produksi bahan makanan menurut deret hitung sedangkan
kenaikan jumlah penduduk menurut deret ukur. Teori Lamarck, oleh para ahli
sejarah disebut: adaptasi-transformasi.
Dan
sebaliknya hawan yang hidup di gua-gua gelap akan mempunyai mata yang mundur
ketajamannya. Hewan itu mempunyai kemampuan untuk selalu memperthankan sifat
yang telah mereka miliki dalam usaha menyempurnakan organisasi alat tubuhnya,
tetap dipertahankan terus hingga dengan demikian kelak pada suatu ketika
berturut-turut terjadilah mahluk hidup dari berbagai kelas dan bangsa, yang
disebabkan oleh karena keadaan lingkungan hidupnya yang bermacam-macam.
b. Neo Lamarckisme
Teori Noe Lamarckisme muncul ke arena ilmu Biologi
berkat usaha keras Gope, seorang ahli Biologi berkebangsaan Amerika. Teori ini
sangat serupa dengan teori Lamarck berkenaan dengan evolusi spesies dan peran
beberapa faktor penting seperti kondisi lingkungan hidup, pemanfaatan dan
non-pemanfaatan anggota tubuh, dan pewarisan karakteristik yang bersifat
akuisitas (iktisâbî). Akan tetapi, dalam menanggapi kehendak dan keinginan
makhluk hidup untuk mengubah anggota tubuhnya sendiri, teori ini tidak sejalan
dengan teori Lamarck. Menurut teori Neo Lamarckisme, makhluk hidup dan
tumbuh-tumbuhan mengalami evolusi lantaran pengaruh langsung lingkungan hidup.
Generasi-generasi selanjutnya akan mewarisi seluruh perubahan yang bersifat
akuisitas ini.
Zeo
Frouy Saint Hailler, seorang ahli Biologi berkebangsaan Prancis, juga memiliki
pemikiran seperti Lamarck. Ketika bukunya yang berjudul Falsafeh-ye Tashrîh
beredar pada tahun 1818 M., banyak sekali protes yang tertuju kepadanya pada
paruh pertama abad ke-19.
1.
Plato
(428-348 sebelum masehi)
Ia membayangkan seorang pencipta
yang menciptakan sejarah bumi itu mungkin selalu diakhiri suatu bencana yaitu
semacam kiamat. Air bah yang diceritakan dalam Kitab Injil, yang memusnahkan
ataupun hampir melenyapkan semua mahluk hidup. Sesudah itu Tuhan mungkin
menciptakan lagi suatu tumbuhan dan hewan baru.
Jadi teori Cuvier ini pada
hakekatnya adalah sama saja dengan teori Linnaeus, akan tetapi penciptaan yang
dimaksudnya tejadi berulang-ulang. Cuvier menambahkan mungkin sekali lenyapnya
hewan-hewan itu bukanya dimana-mana, dengan demikian ada kemungkinan juga bahwa
hewan-hewan yang diciptakan dalam periode yang sudah lampau dari sutu daerah
tertentu, kemudian pindah menempati daerah lain yang baru di bumi ini.
Hal ini berkaitan dengan sebaran
hewan atau geografi hewan. Pendapat lain dari Cuvier yang penting adalah bahwa
semua hewan dapat dianggap sebagai suku-suku dari suatu deret yang mulai dari
hewan bersel satu yang sederhana sampai tingkat manusia. Hal ini dikenal dengan
Tangga Dari Alam.
2. Etienne Geoffroy ST. Hilaire
(1722-1844)
Disamping Cuvier dan Lammarck, pada
waktu itu di Paris hidup pula seorang ahli ilmu hewan bernama Etienne Geoffroy
ST. Hilaire yang mempunyai anggapan yang sama dengan Lammarck dan Geothe. Ia
beoendapat bahwa ada sustu hubungan antara hewan-hewan yang mempunyai bentuk
dasar dari tubuhnya.
3.
Charles
Lyell (1797-1875)
Lyell dilahirkan di Skotlandia. Ia
mula-mula belajar hukum di Oxford, kemudian ia menjadi pengacara di London.
Akan tetapi ia tertarik sekali akan ilmu geologi, sehingga dengan segera ia
menjadi penulis dari perkumpulan geologi. Pada tahun 1831 ia menjadi mahaguru
dalam ilmu geologi. Ia diangkat menjadi seorang bangsawan dan setelah meninggal
dimakamkan dengan penghormatan bersar di Westminister Abbey di London. Sebagai
seorang sarjana besar. Isi teori yang disampaikan oleh Lyell dalam bukunya “Anenquirry How Far The Former Changes of
The Earth’s Surface are Referable to Causes Now in Operation” (Suatu
Penyelidikan Sampai Kemanakah Perubahan-perubahan yang Terjadi Zaman Dahulu
dari Permukaan Bumi ini Dapat Kita Hubungkan Dengan Sebab Musabab Alam Yang
sampai Sekarang Masih Terjadi Terus).
Lyell membuktikan dengan
contoh-contoh dari penyelidikan geologis bahwa untuk dapat menerangkan struktur
dari kulit bumi serta lapisan tanah dibawahnya, tidak perlu beranngapan bahwa
di zaman purba dulu tejadi kiamat berturut-turut. Tenaga-tenaga geologi yang
sampai sekarang masih bekerja terus, tentu sudah cukup untuk menerapkan stuktur
bumi tadi. Tenaga geologi itu misalnya daya erosi air, gerakan kulit bumi, daya
gunung berapi dan lain-lainnya. Lebih lanjut Charles Lyell pada awal abad 19
mengembangkan pandangan Hutton yang lebih dahulu kedalam prinsip geologi
mengenai “uniformitarianisme” yang diterbitkan dalam bukunya Principle of
Geology (1830-1833). Lyell mengemukakan bahwa gunung dan lembah dan ciri-ciri
fisik permukaan bumi tidak diciptakan seperti bentuknya sekarang atau tidak
dibentuk oleh bencana yang berturut-turut, tetapi terbentuk oleh berlanjutnya
proses vulkanis, pergolakan, erosi, glasiasi dan sebagainnya dalam jangka waktu
yang sangat lama dan masih berlangsung sampai sekarang.
Uniformitarianisme sangat penting
bagi perkembangan lebih lanjut dari pengertian mengenai evolusi organik. Pertama evolusi organik pada satu pihak
merupakan penerapan prinsip Uniformitarianisme pada dunia organik. Proses yang
pada waktu ini berlangsung dan berlanjut selama periode waktu yang lama dapat
menjelaskan mengenai asal-usul spesies. Kedua,
dari pemikiran Lyell dapat ditarik kesimpulan bahwa bumi ini jauh lebih tua
dari perkiraan Uskup Ussher, yang dibuat dalam tahun 1650 dengan menjumlahkan
geneologi dalam buku Kejadian, sehingga ia mendapatkan bahwa bumi ini
diciptakan 4000 tahun sebelum masehi. Untuk perubahan organik yang lambat yang
terlibat dalam seleksi alam tersedia cukup banyak waktu.
4.
Wilhelm
Hofmeister (1824-1877)
Dalam bukunya yang terkenal mengenai
sejarah perkembangan Kryptogamen (paku-pakuan dan lumut) telah menulis
perubahan dari Jungermanniaceae (suku dari Lumut Hati) yang tak berdaun ke
Jungermanniaceae, yang berdaun adalah lambat sekali dan perubahan itu terjadi
dengan jalan suatu deret bentuk antara yang sedikit-sedikit bedanya, yang tak
ada putus-putusnya. Pernyataan itu adalah sangat berprinsip yang boleh
dikatakan benar-benar Darwinistis. Akan tetapi aneh sekali pernyataan itu hanya
ditulis sambil lalu saja.
5.
Leopold
Von Buch
Leopold Von Buch pada abad 19 telah
menarik kesimpulan dari penyebaran tanaman-tanaman di Kepulauan Canari, bahwa
karena proses evolusi, maka di dalam jurang-jurang yang dalam, disitu
terjadilah jenis-jenis tanaman yang baru dari jenis tertentu.
6.
Robert
Chambers (1802-1871)
Ia adalah seorang penerbit dan ahli
filsafat alam bangsa Scot. Pada tahun 1844 terbit sebuah buku tak bepenulis
yang berjudul “Vertiges of The Natural History of Creation” (Jejak Sejarah
Kehidupan Mahluk Hidup), yang sangat laku dijual. Chambers-lah yang
menerbitkannya. Oleh karenanya ia berpendapat bahwa pikiran-pikiran yang di
muat dalam buku itu niscaya akan mana baik dari perusahaannya. Dan memang ada
protes-protes dan cemooh yang hebat mengenai isi buku itu.
Kelak Chambers mengaku bahwa ian
yang menulisnya. Di Eropa pun buku itu sangat laku dan diterjemahkan kedalam
berbagai bahasa. Terjemahan dalam Bahasa Belanda berjidul tambahan Penciptaan
dan Kemajuan perkembangan dari tumbuh-tumbuhan dan binatang-bintang yang
dipengaruhi dan dikuasai oleh Hukum-Hukum Alam. Dalam buku ini Generatio
Spontanae dibicarakan dengan mendalam sekali, misalnya diceritakan tentang
terjadinya kutub dengan pertolongan aliran listrik didalam larutan garam yang
jenuh. Disamping itu Chambers juga menyetujui pendapat Lyell yang menyatakan
bahwa perubahan kulit bumi yang belangsung secara perlahan-lahan karena tenaga-tenaga alam itu adalah sesuai dengan
kemauan Tuhan.
Akan tetapi tenaga-tenaga alam itu
pun bertanggung jawab atas segala perubahan dan pembentukan dari mahluk hidup
yang berkembang serasi dan bersama-sama dengan perkembangan bumi ini. Perubahan
dari jenis-jenis mahluk hidup dan penciptaan jenis baru yang terus-menerus yang
berasal dari jenis yang rendah tingkatannya bagi Chambers sudah pasti seperti
anggapan Lammarck, St. Hilaire dan pengikut-pengikutnya.
Akan tetapi Chambers tidak percaya
bahwa perubahan-perubahan jenis binatang itu disebabkan karena seringnya
pemakaian dan tidak seringnya pemakaian dari alat-alat tubuh, ataupun karena
pengaruh yang berlangsung dari keadaan lingkungan hidupnya. Dia berpendapat
bahwa keinginan yang sewajarnaya dari mahluk-mahluk itu sendirilah yang menjadi
sebab. Ia mengemukakan (Teori Perkembangan Organik). Hal yang berkaitan dengan
manusia, juga disinggung oleh Chambers dengan menyatakan bahwa keinginan yang
sewajarnya dari mahluk-mahluk itu sendirilah yang menjadi sebab. Ia
mengemukakan “Theory of Organic Development” (Teori Perkembangan Organik). Hal
ini berkaitan dengan manusia, juga disinggung oleh Chambers dengan menyatakan
bahwa terjadinya manusia itu tidak lain adalah dari jenis-jenis
binatang-bintang yang lain.
7. Weismann

Weismann, seorang ahli biologi
berkebangsaan Jerman yang hidup pada tahun 1834-1912, menyatakan evolusi
terjadi karena adanya seleksi alam terhadap faktor genetis. Variasi yang
diwariskan dari induk kepada anaknya bukan diperoleh dari lingkungannya tetapi
dengan perubahan diatur oleh faktor genetik atau gen. Weismann memotong ekor
tikus sampai 20 generasi, tetapi anaknya tidak ada yang tidak berekor dan
percobaan ini menyanggah teori evolusi Lammarck.
B. Evolusi
Masa Darwin
Teori ketiga dicetuskan oleh Charles Robert Darwin,
seorang ahli Biologi berkebangsaan Inggris. Ia lahir pada 12 Desember 1809 M.
Di permulaan usianya, ia menekuni ilmu kedokteran. Setelah itu, ia mempelajari
ilmu agama. Akan tetapi, ia tidak pernah memiliki keinginan untuk menekuni
bidang ilmu kedokteran dan juga tidak berminat untuk melakukan tugas-tugas
seorang pendeta. Oleh karena itu, ketika mendengar bahwa sebuah kapal laut
ingin melancong keliling dunia, ia ikut bersama kapal laut itu dengan tujuan
untuk menjelajahi jagad raya ini. Ia menjelajahi lautan dan daratan selama
beberapa tahun lamanya. Di sela-sela penjelajahan itu, ia melakukan penelitian
ilmiah. Ia meneliti tentang tata cara penciptaan dan kondisi tumbuh-tumbuhan
dan binatang. Ketika telah kembali ke negaranya, ia merenungkan, memikirkan,
dan meneliti seluruh penemuan yang telah dicatat dalam buku hariannya selama
dua puluh tahun. Dari konklusi seluruh hasil penelitiannya ini, ia mengambil
kesimpulan bahwa teori kuno harus ditinggalkan dan teori baru; yaitu teori
Evolusi Spesies, harus diterima. Menurut keyakinannya, seluruh makhluk hidup
berubah menjadi bentuk makhluk hidup yang lain lantaran sebuah proses evolusi
dan penyempurnaan, dan tidak ada satu makhluk hidup pun yang diciptakan tanpa
adanya sebuah mukadimah dan secara mendadak dan tiba-tiba.
Hal yang penting yang dibawa Darwin
dari pelayarannya, bukan terletak pada pengenalan perubahan (walaupun seperti
Lyell, ia secara terperinci menyediakan bukti untuk perubahan), namun dalam
identifikasinya terhadap mekanisme perubahan.
Lima tahun pelayaran Darwin diatas
kapal Beagle merupakan satu pengulangan bukti bagi pemikiran yang telah
berkembang secara hasil dari pengamatan dan spekulasi berabad-abad. Dari
populasi hidup, ia mengamati variasi-variasi dalam satu tema. Ia mencatat bahwa
beberapa bentuk tertentu bisa dihubungkan secara fungsional terhadap lingkungan
tertentu.
Mungkin hal yang paling terkenal
dari ‘laboratorium alamiah’-nya Darwin adalah kepulauan Galapogos yang terletak
jauh dari pantai Amerika Selatan. Disana Darwin sangat berkesan akan pengaruh
batas-batas geografis terhadap distribusi sifat-sifat morfologis dalam kelompok
yang berhubungan. Dalam perjalanan pulang, Darwin menulis dalam buku
catatannya:
Biarlah sepasang binatang diperkenalkan dan berkembang
secara perlahan, jauh dari musuhnya. Dengan demikian mereka dapat saling kawin
– tidak seorangpun dapat mengatakan hasilnya.
Menurut pemikiran ini, binatang-binatang pada
pulau-pulau ini terpisah seharusnya menjadi berbeda jika dipisahkan cukup lama.
Oleh karena itu muncullah kura-kura darat, burung-burung mocking, rubah
Falkland, rubah Ciloe, kelinci Inggris dan kelinci Irlandia. (1837- 1838).
‘burung-burung kutilang’, Darwin
menunjukkan dengan jelas bagaimana bentuk memang disesuaikan dengan
fungsi-fungsi yang berbeda dalam lingkugan-lingkungan yang berbeda. Darwin
tidak saja menekankan betapa pentingnya geografi dan isolasi pada setiap
produksi spesies yang baru, tetapi juga melakukan dedukasi yang tajam, yang
hanya dapat dilakuakan oleh orang yang percaya pada bumi yang tidak statis:
‘pembagian geografis bersifat berubah-ubah dan tidak tetap’.
Darwin tidak menerbitkan teorinya
sampai dua puluh tahun sesudah ia kembali dari pengembaraannya. Ketaatannya
pada agama dan eksperimen-eksperimen selanjutnya menahan dia menerbitkan
karyanya sampai ia menerima sebuah kertas kerja dari Alfred Russel Wallace
(1828- 1913).
Wallace juga telah mempelajari fauna dari pulau-pulau
(kepulauan Indonesia dan kepulauan Filipina). Ia pun telah membaca Malthus.
Wallace juga sampai pada kesimpulan yang dicapai Darwin dan telah mengirim
kertas kerja pada Darwin berjudul ‘On The Tendency of Varieties to Depart
Indefinitelly from the Original Type’. (kecenderungan Varietas untuk
memisahkan diri secara tidak tetap dari tipe aslinya). Darwin bergegas
memasukkan kertas kerja tersebut dengan kertas kerjanya sendiri, dan keduanya
dibacakan di depan Linnean Society pada 1858 di London.
Pada tahun 1837 M., Darwin menerbitkan sebuah koran
dan memuat buah pemikirannya di koran tersebut secara gradual. Pada tanggal 20
Juli 1854, ia berhasil menamatkan penulisan buku Mansha’-e Anva’ dan
menerbitkannya pada tanggal 24 Oktober 1859.
Dalam membuktikan teori Tranformisme, Darwin
mengajukan riset-riset yang telah dilakukannya tentang embriologi binatang,
periode-periode kesempurnaan nenek moyang makhluk hidup sesuai dengan
pembuktian fosilologi, dan keserupaan struktur janin manusia dengan ikan dan
katak kepada para ahli ilmu Biologi yang hidup semasa dengannya. Ia juga
membawakan sebuah bukti bahwa klan manusia masih memiliki hubungan kefamilian
dengan klan binatang.
Pada karya tulis pertamanya, Darwin enggan
memaparkan masalah penciptaan manusia. Akan tetapi, pada tahun 1871 M., ia
memaparkan sebuah pembahasan yang sangat detail tentang asal usul penciptaan
manusia dalam sebuah buku yang berjudul Tabar-e Insan (Asal Usul Manusia).
Dalam buku ini, ia menjelaskan beberapa sifat lahiriah manusia seperti bentuk
wajah, gerakan tangan dan kaki, dan cara berdiri, beberapa karakteristik jiwa
seperti menggambarkan, membayangkan, dan merenungkan, dan juga beberapa
karakteristik spiritual seperti cinta sesama, naluri cinta, lebih mementingkan
kepentingan orang lain, dan karakteristik lainnya. Menurut analisanya, semua itu
terjadi berdasarkan perubahan gradual yang pernah dialami oleh nenek moyangnya
yang anthropoid, dan bahkan dialami oleh beberapa jenis binatang seperti kera,
dalam rangka mempertahankan keabadian diri dan memilih pilihan natural yang
harus mereka pilih. Perbedaan yang ada antara manusia dan binatang, baik dari
sisi postur tubuh maupun kejiwaan, ia yakini sebagai perbedaan kuantitas
belaka, bukan kualitas. Hingga akhir usianya yang berlanjut hingga 73 tahun, ia
senantiasa melakukan berbagai kegiatan dan riset ilmiah. Ia meninggal dunia
pada tahun 1882 M.
Pada hakikatnya, teori Darwin adalah perluasan
cakupan siasat ekonomi klasik terhadap dunia binatang dan tumbuh-tumbuhan. Buku
Malthus, seorang ekonom dan pendeta berkebangsaan Inggris, tentang masyarakat banyak
mempengaruhi pemikiran Darwin. Dalam bukunya itu, Malthus ingin membuktikan
bahwa masyarakat di muka bumi ini akan bertambah sesuai dengan ketentuan
progresi numeral (tashâ’ud-e handasî). Hal ini padahal seluruh fasilitas
ekonomi tidak mungkin dapat menjamin seluruh kebutuhan manusia. Atas dasar ini,
mayoritas manusia yang hidup dalam sebuah generasi harus musnah lantaran sebuah
bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, paceklik, perang, dan lain
sebagainya sebelum mereka menggapai usia balig agar keseimbangan antara jumlah
masyarakat dan fasilitas ekonomi tersebut terwujud. Menurut sebuah riset,
jumlah umat manusia dalam tempo dua puluh lima tahun akan bertambah dua kali
lipat. Jika penambahan jumlah penduduk itu tetap berjalan dalam kurun waktu dua
abad, maka jumlah penduduk bumi akan mencapai lima milyard.
Setelah menelaah buku ini, ketika mengajukan
interpretasi tentang keseimbangan antara jumlah umat manusia dan binatang,
Darwin mengetengahkan teori “perjuangan untuk hidup abadi” (struggle for
existence). Perjuangan ini akan terealisasi akibat sebuah pilihan alamiah, dan
akhirnya sebuah makhluk yang lebih pantas hidup akan kekal. Pilihan sintetis
yang dilakukan oleh manusia dan dengan jalan memperkuat pertumbuhan sebagian
tumbuhan dan binatang dapat mewujudkan generasi yang lebih bagus.
Di samping buku Malthus, pemikiran dan
percobaan-percobaan yang pernah dilakukan oleh Lamarck dan para pemikir yang
lain adalah faktor lain yang memiliki pengaruh besar terhadap teori Darwin.
Lamarck membagi bumi dan makhluk hidup ke dalam beberapa periode
Pada periode pertama yang berlangsung selama 2 juta tahun, tidak ada satu makhluk hidup pun yang ada di muka bumi. Pada periode kedua yang berlangsung selama 1 milyard tahun, bumi hanya dihuni oleh makhluk hidup bersel tunggal dan binatang-binatang laut yang sangat sederhana. Pada periode ketiga yang berlangsung selama 360 juta tahun, binatang melata yang hidup di dua alam dan tak bertulang punggung muncul di permukaan bumi. Pada periode keempat yang berlangsung selama 750 juta tahun, binatang mamalia, bangsa ikan, dan burung muncul di permukaan bumi. Pada periode kelima yang belangsung selama 75 juta tahun, makhluk hidup yang lebih sempurna dan manusia anthropoid muncul di permukaan bumi. Pada era 1 juta tahun terakhir, manusia telah berubah menjadi manusia sempurna yang dapat kita lihat sekarang.
Darwin juga banyak terpengaruh oleh pemikiran Cudolfski, pencetus ilmu
Paleontologi. Riset-riset yang telah dilakukan oleh Cudolfski membuahkan teori
Evolusi Spesies. Dengan mendeklarasikan teori Evolusi Spesies itu, pada
hakikatnya Darwin telah mengibarkan bendera perang terbuka melawan
ajaran-ajaran fundamental agama Kristen, seperti Isa sebagai juru penyelamat,
penciptaan manusia dalam pandangan Taurat, keserupaan Tuhan dengan manusia,
teori finalisme, kebertujuan alam wujud, dan kelebihutamaan manusia atas
binatang. Meskipun demikian, kita tidak memiliki bukti yang kuat untuk
menuduhnya telah berpaling dari agama.
Background Utama Teori Darwin
Background utama teori Evolusi Darwin adalah
beberapa hal berikut ini:
Ø Konsep kausalitas
dalam dunia makhluk hidup,
tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi tanpa kausa.
Ø Konsep gerak
dunia makhluk senantiasa
mengalami perubahan.
Ø Konsep tranformasi kuantitas menjadi tranformasi
kualitas
dalam dunia makhluk, seluruh tranformasi kuantitas
yang akumulatif (bertumpuk-tumpuk) akan berubah menjadi tranformasi kualitas.
Ø Konsep kekekalan materi dan energy
antara dunia makhluk hidup dan makhluk tak hidup
terjadi proses pertukaran materi dan
energi. Dalam proses pertukaran ini, tidak ada suatu apapun yang akan sirna.
Ø Konsep antagonism
setiap partikel dari dunia makhluk hidup dan begitu
juga keseluruhan dunia tersebut senantiasa memiliki antagonis yang
menganugerahkan identitas kepadanya. Proses antagonik dan kontradiksi adalah
faktor utama gerak dan pencipta kontradiksi-kontradiksi baru.
Ø Konsep kombinasi
seluruh antagonis yang ada di dunia makhluk hidup
selalu berada dalam konflik. Tapi akhirnya seluruh antagonis itu akan berpadu.
Dari perpaduan ini, muncullah sebuah kombinasi baru di dunia wujud, dan
kombinasi baru ini juga memiliki antagonis.
Ø Konsep negasi dalam negasi
setiap sistem, baik berupa organisme individual,
spesies, genus, klan, dan lain sebagainya adalah sebuah realita nyata yang akan
sirna di sepanjang masa lantaran konflik yang terjadi antar antagonis. Tempat
realita itu diambil alih oleh realita nyata baru yang ia sendiri akan sirna
pada suatu hari. Hasil dari negasi dalam negasi ini adalah proses tranformasi.
Pondasi Utama Teori Darwin
Dengan mengkombinasikan antara pengalaman empiris
dan rasional, Darwin mencetuskan pondasi-pondasi teorinya berikut ini:
a. Pengaruh lingkungan hidup. Darwin mengadopsi konsep ini dari Lamarck.
b.
Transformasi aksidental (random variation)
Darwin
membawakan banyak bukti bahwa transformasi yang terlihat spele dan terjadi
dengan sendirinya dalam anggota setiap spesies terwujud secara aksidental dan
saling terwarisi. Tapi berkenaan dengan sumber utama dan kausa transformasi
ini, ia hanya mengandalkan rekaan dan sangkaan. Ia menegaskan bahwa teori yang
telah ia cetuskan ini—dengan sendirinya—tidak mampu menjelaskan kausa seluruh
tranformasi itu. Tujuan utama yang ingin digapai oleh Darwin adalah bahwa
transformasi semacam ini memang benar-benar terjadi, dan ia tidak mementingkan
faktor apakah yang telah mewujudkannya.
Transformasi aksidental yang terjadi di dunia
makhluk hidup tidak keluar dari konsep kausalitas. Transformasi aksidental
adalah sebuah proses yang berdasarkan pertimbangan statistik dan perhitungan
kemungkinan memiliki nasib yang lebih sedikit untuk bisa terwujud.
Berkenaan dengan hal ini, Darwin menegaskan, “Di
dunia binatang liar, banyak sekali kita lihat transformasi yang terjadi secara
aksidental. Penggunaan kosa kata ‘aksidental’ tanpa disertai pengakuan yang
tegas adalah sebuah pengakuan atas kebodohan kita terhadap kausa-kausa transformasi
individual tersebut.”
c.
Pertikaian untuk kekal
secara
keseluruhan, jumlah makhluk hidup (yang tidak produktif) lebih banyak daripada
jumlah makhluk-makhluk hidup yang produktif (dapat menghasilkan keturunan).
Sebagian transformasi dapat mewujudkan sebuah kelebihan tak terindera
sehubungan dengan perlombaan dan pertikaian dahsyat dalam anggota sebuah
spesies atau antara spesies-spesies yang beraneka ragam untuk menggapai
kekekalan dalam sebuah lingkungan hidup.[16] Darwin mempelajari terminologi ini
dari Malthus, seorang ekonom era abad ke-18.
Ketika menjelaskan pondasi dasar ini, Darwin
menegaskan, “Pada saat paceklik, dua binatang karnivora akan saling berperang
untuk memperebutkan sepotong daging demi mempertahankan hidup. Meskipun
kehidupan setiap tumbuhan bergantung pada air, tetapi eksistensi tumbuhan yang
hidup di pinggiran sebuah padang yang tak berair dan tak berumput bergantung
pada semangatnya untuk berperang melawan kekeringan. Pengertian konsep
pertikaian untuk kekal dapat diumpamakan dengan pertikaian antara benalu dan
sebatang pohon yang dihinggapinya. Jika jumlah benalu yang tumbuh di atas
sebatang pohon semakin banyak, maka pohon itu akan kering. Untuk mempermudah
kita memahami pengertian ini, kami menggunakan terminologi pertikaian untuk
kekal.”
Pertikaian untuk kekal adalah konsekuensi yang tak
dapat dihindari dari sebuah realita bahwa organisme setiap makhluk hidup
memiliki keinginan untuk memperbanyak diri dan berkembang biak. Berdasarkan
doktrin Malthus, makhluk hidup yang berkembang biak melalui jalan penanaman
biji atau bertelur sudah seharusnya mempersiapkan diri untuk musnah pada suatu
periode kehidupannya. Jika tidak demikian, lantaran faktor keinginan setiap
makhluk hidup untuk berkembang biak secara geometrikal, maka makhluk hidup akan
bertambah banyak dalam waktu yang sangat singkat sehingga dunia manapun tidak
akan mampu lagi untuk menampungnya. Karena setiap makhluk hidup dapat lebih
banyak menciptakan keturunan dibandingkan dengan makhluk lain yang mampu untuk
meneruskan hidup, maka peperangan dan pertikaian di antara anggota sebuah
spesies makhluk hidup itu dan dengan spesies makhluk hidup yang lain atau
dengan kondisi lingkungan hidupnya pasti harus terjadi. Proses perkembangbiakan
ini—tanpa pengecualian—dimiliki oleh seluruh organisme makhluk hidup. Setiap
makhluk hidup akan berkembang biak dengan cepat sekali. Jika tidak ada
penghalang yang dapat mencegah proses perkembangbiakan ini, niscaya keturunan
yang dimiliki oleh sepasang makhluk hidup akan memenuhi seluruh bumi. Manusia
juga begitu. Meskipun makhluk ini berkembang biak dengan sangat lambat, akan
tetapi dalam kurun waktu dua puluh lima tahun, jumlahnya akan bertambah dua
kali lipat. Setelah beberapa ribu tahun, tidak akan ada tempat lagi di atas
bumi ini untuk keturunan manusia.
Kami memiliki beberapa contoh untuk realita ini.
Untuk pertama kali, sebuah tumbuhan dipindahkan ke sebuah pulau, dan dalam
kurun waktu sepuluh tahun, tumbuhan itu telah memenuhi seluruh pulau tersebut.
Meskipun terjadi pertikaian dengan seluruh faktor yang ada di lingkungan
sekitarnya, tetapi organisme setiap makhluk hidup tetap memiliki keinginan
untuk berkembang biak. Tidak boleh kita lupakan bahwa setiap makhluk hidup,
baik tua maupun muda, akan mengalami sebuah peperangan yang dahsyat pada suatu
periode kehidupannya untuk mempertahankan diri dari kebinasaan. Jika kita dapat
membasmi faktor yang dapat menyebabkan kebinasaannya, meskipun faktor itu
bersifat sepele, maka jumlah makhluk hidup itu akan bertambah banyak secara
menakjubkan. Faktor yang berpengaruh dalam upaya mencegah proses
perkembangbiakan itu sangatlah penting.
Darwin meyakini bahwa kondisi sebuah iklim dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sangat berpengaruh dalam menyetabilkan
jumlah rata-rata anggota sebuah spesies. Hawa yang sangat dingin pada sebuah
musim dingin dan paceklik pada sebuah musim panas dapat mengurangi jumlah
anggota sebuah spesies secara gradual. Pertikaian untuk kekal di kalangan
binatang dan tumbuh-tumbuhan, begitu juga di kalangan anggota sebuah spesies
adalah lebih dahsyat dan lebih serius. Ketika peperangan di kalangan spesies
dalam satu genus berubah menjadi pertikaian untuk kekal, meskipun spesies itu
banyak memiliki keserupaan bentuk rupa, adat istiadat, dan khususnya postur
tubuh, maka peperangan itu akan lebih dahsyat dibandingkan dengan peperangan
yang terjadi antara satu spesies yang berasal dari satu genus dengan spesies
lain yang berasal dari genus yang berbeda.
d.
Konsep pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh
Darwin
mempelajari konsep ini dari Lamarck dan memanfaatkannya dalam buku Mansha’-e
Anva’. Ketika menjelaskan unsur biologis ini, ia menulis, “Dalam bangsa
binatang yang jinak, pemanfaatan (anggota tubuh) menyebabkan penguatan dan
pengembangan sebagian anggota tubuhnya. Akan tetapi, jika anggota-anggota tubuh
itu tidak dimanfaatkan, maka hal ini akan mewujudkan pengurangan di dalamnya.
Tranformasi semacam ini bersifat genetik (warisan). Nenek moyang bangsa burung
unta memiliki kebiasaan sebagaimana burung-burung yang lain. Sebuah pilihan dan
tindakan secara natural dalam beberapa periode kehidupan yang sangat panjang
menyebabkan ukuran dan berat tubuhnya bertambah. Kedua kakinya lantaran
senantiasa difungsikan bertambah besar. Sementara itu, kedua sayapnya
kehilangan kemampuan untuk terbang secara perlahan-lahan.”
e.
Perpindahan karakteristik akuisitif melalui jalan warisan
jika perubahan biologis dan
kondisi lingkungan hidup mewujudkan perubahan dalam diri makhluk hidup, dan faktor
ini bertindak cepat dalam tindakannya, maka efek-efek kecil akan bertumpuk
menjadi satu dan generasi demi generasi akan bertambah kokoh. Ketika
perubahan-perubahan itu berpindah kepada keturunan berikutnya, maka hal itu
akan menyebabkan perubahan bentuk organik dan spesies-spesies baru akan muncul.
f.
Pemilihan spesies terbaik atau kekekalan spesies yang paling bermutu (survival
of the fittest)
sebuah pilihan
yang terlaksana secara natural akan mengubah bentuk dan kombinasi etika sebuah
keturunan dibandingkan dengan nenek moyang mereka. Di samping itu, pilihan ini
juga akan menambah proses kelahiran dalam porsi yang lebih banyak di kalangan
mereka. Dengan berkurangnya perubahan yang tak diinginkan dan musnahnya
sebagian anggota tubuh, sebuah makhluk akan berubah menjadi spesies lain secara
gradual. Darwin menamakan proses menghindari perubahan yang membawa kerugian
dan memelihara perubahan yang berguna dengan “pilihan natural” atau “kekekalan
spesies yang terbaik”. Ia mengambil terminologi ini dari Spencer. Pilihan
natural hadir dalam semua medan tanpa suara dan tak terindera sembari memeriksa
perubahan-perubahan yang terkecil sekalipun secara detail. Pilihan ini
menghilangkan hal-hal yang membahayakan dan menyimpan segala sesuatu yang
sesuai dan berguna. Menurut Darwin, setiap perubahan dalam kondisi lingkungan
hidup akan membangkitkan keinginan untuk berubah dalam diri makhluk hidup. Di
antara sekian perubahan-perubahan yang terjadi, perubahan yang lebih bermanfaat
bagi kondisi makhluk hidup berdasarkan pilihan natural akan memiliki nasib
untuk kekal dan berkembang. Jika tidak terjadi perubahan apapun, maka pilihan
natural tidak akan pernah terjadi. Ya, kita tidak boleh lupa bahwa maksud kami
dari perubahan itu hanyalah perubahan kecil yang bersifat individual.
Memperhatikan pilihan artifisial yang dilakukan oleh
manusia pada saat menanam tumbuh-tumbuhan dan memelihara binatang, Darwin
berhasil menyingkap unsur pilihan natural di alam semesta ini. Tentang pilihan
artifisial manusia itu, Darwin menulis, “Manusia tidak mampu mewujudkan
kemampuan untuk berubah (dalam diri sesuatu) dan juga tidak bisa mencegah
proses perubahan tersebut. Satu-satunya tindakan yang bisa ia lakukan adalah
mengumpulkan dan menjaga perubahan-perubahan yang terjadi.” Ketika menjelaskan
topik ini, ia lebih lanjut menulis, “Ketika perubahan yang bermanfaat terjadi
dalam organisme sebuah makhluk hidup, makhluk hidup yang memiliki perubahan
tersebut dalam rangka pertikaian untuk kekal memiliki nasib yang lebih banyak
(untuk kekal), dan sesuai dengan konsep warisan turun-temurun, ia akan
dilahirkan dengan seluruh karakteristik yang sudah ada itu. Saya menamakan
dasar-dasar untuk memelihara perubahan yang bermanfaat dan kekekalan makhluk
yang lebih pantas ini dengan pilihan natural.”
Menurut pesepsi Darwin, waktu yang cukup memiliki
peranan penting dalam tindak pilihan natural. Yakni jika kita bertanya kepada
Darwin mengapa suatu anggota tubuh mengalami perubahan, tetapi mulut lebah
tidak memanjang sehingga ia dapat dengan mudah mengisap sari bunga semanggi
merah? Atau mengapa ayam unta tidak bisa terbang? Darwin akan menjawab bahwa
waktu tidak cukup sehingga pilihan natural tidak dapat menyempurnakan tindakan
dan prosesnya yang bersifat gradual.”
Untuk lebih menjelaskan unsur waktu ini lebih
lanjut, Darwin membawakan beberapa contoh. Sebagai contoh, srigala menyerang
binatang-binatang yang lain dengan cara tipu muslihat, paksaan, atau
kadang-kadang dengan cara berlari kencang. Kita asumsikan bahwa lantaran
berbagai perubahan di area lingkungan hidup, mangsa srigala yang paling cepat
berlari; yaitu rusa, bertambah banyak dan binatang-binatang lain yang sering
diserang oleh srigala berkurang secara drastis. Dalam kondisi semacam ini,
srigala yang bertubuh ramping dan dapat berlari kencang memiliki nasib yang
lebih banyak untuk hidup dan pilihan natural akan memaksanya untuk bertubuh
demikian. Ketika manusia ingin menambah kekencangan lari anjing pemburu dan
memperbaiki keturunannya, ia juga menggunakan cara pilihan yang bersandarkan
pada metode kecepatan.
Darwin tidak hanya membatasi teori pilihan natural
ini pada perubahan fisik makhluk hidup. Akan tetapi, pilihan natural ini juga
berpengaruh dalam pembentukan nalurinya. Darwin menafsirkan perubahan naluri
dalam diri binatang yang beraneka ragam juga dengan unsur pilihan ini. Ketika
menjelaskan unsur pilihan natural, Darwin mengisyaratkan hal-hal berikut ini:
• Pilihan natural—dengan bersandarkan pada realita
kompetisi yang ada di kalangan makhluk hidup—hanya menyemurnakan (perubahan)
makhluk yang hidup di sebuah belahan bumi dibandingkan dengan penghuni lain
belahan bumi tersebut (dan tidak ada hubungannya dengan penghuni belahan bumi
yang lain).
• Pilihan natural tidak mampu melakukan perubahan
yang penting dan secara tiba-tiba. Pilihan natural hanya mampu mengumpulkan
perubahan yang ringan, berkesinambungan, dan bermanfaat bagi makhluk hidup, dan
itu pun dengan gerakan yang sangat lamban.
• Pilihan natural hanya dapat berpengaruh melalui
jalan memelihara dan mengumpulkan perubahan-perubahan yang bermanfaat bagi
makhluk hidup dan yang terjadi pada kondisi organik dan non-organik selama
periode kehidupannya yang berbeda-beda. Hasil pilihan natural ini adalah
perbaikan kondisi makhluk hidup yang sangat menakjubkan terhadap situasi dan
kondisi lingkungan hidup yang mendominasi.
• Konsep pilihan natural membuktikan bahwa organisme
yang dapat melanjutkan dan bertahan hidup hanyalah organisme yang memiliki
serentetan karakteristik yang dapat membantunya dalam menghadapi peperangan
melawan kehidupan. Lingkungan hidup akan membinasakan makhluk hidup yang tidak
sempurna dan memperkuat makhluk hidup yang lebih memiliki kesiapan untuk
melanjutkan kehidupan. Menurut Darwin, pilihan natural melakukan dua hal: (1)
mewujudkan keseimbangan logis antara tatanan tubuh sebuah makhluk hidup dengan
lingkungan hidupnya dan (2) mengembangkan organisme tubuh dari organisme yang
lebih sederhana kepada organisme yang lebih sempurna dan dari organisme yang
rendah kepada organisme yang tinggi.
• Pilihan natural terwujud lantaran pertikaian untuk
kekal dan pertikaian untuk kekal akan terjadi apabila makhluk hidup menghadapi
ketidakseimbangan prasarana hidup yang disebabkan oleh proses perkembangbiakan
yang melebihi batas yang normal dan berlangsung sangat cepat.
• Teori Evolusi melalui jalan pilihan natural dapat
musnah apabila salah satu karakteristik dan sifat berbahaya atau tidak
bermanfaat lagi bagi anggota sebuah spesies. Akan tetapi, karakteristik dan
sifat-sifat itu masih dimanfaatkan oleh spesies yang lain.
• Kosa kata “makhluk yang lebih pantas” (ashlah)
dalam konsep “memilih makhluk yang lebih pantas” berarti kelebihserasian sebuah
makhluk hidup dengan lingkungan hidup dan kelebihmampuannya untuk tetap
bertahan hidup, bukan berarti kesempurnaan yang lebih sempurna.
Darwin dan Manusia
Darwin berkeyakinan bahwa perbedaan antara manusia
dan binatang, baik dari sisi postur tubuh maupun kejiwaan, hanya bersifat
kuantitas. Ia tidak meyakini adanya perbedaan kualitas antara kedua makhluk
ini. Atas dasar ini, perasaan, pemahaman rasional, naluri, keinginan, rasa
cinta dan benci, dan lain sebagainya juga dimiliki oleh binatang-binatang hina
dalam bentuk yang sangat primitif dan kadang-kadang pula dalam bentuk yang
sudah sempurna. Darwin bersiteguh bahwa nenek moyang manusia yang berkaki empat
pada mulanya berdiri dengan menggunakan dua kaki belakangnya, tetapi tidak
secara sempurna. Realita ini adalah permulaan ditemukannya makhluk hidup
berkaki dua. Pertikaian untuk kekal dan perubahan kondisi lingkungan hidup
memiliki peran yang sangat penting dalam evolusi manusia. Dalam perubahan kera
berbentuk manusia menjadi manusia, Darwin menegaskan bahwa faktor geografis dan
ekonomis memiliki saham yang sama. Penjelasannya adalah berikut ini:
Ketika bahan makanan berkurang pada saat pertikaian
untuk kekal terjadi, manusia sudah terbiasa mengkonsumsi bahan makanan yang
beraneka ragam. Dengan berubah dari herbivora mutlak menjadi omnivora, ia telah
mengambil langkah fundamental menuju evolusi. Banyak sekali ilmuwan yang
menentang teori ini dan memilih persepsi yang lain. Sebagai contoh, Laille
meyakini bahwa manusia menjadi sempurna dengan mengalami mutasi yang tiba-tiba
dan tak disangka-sangka. Vallas mengklaim bahwa terwujudnya manusia harus
dicari dalam bentuk tertentu dari sebuah evolusi. Ia meyakini bahwa manusia
dapat membebaskan dirinya dari cengkeraman alam materi dengan bantuan
kecerdasan dan kemampuannya untuk menyediakan pakaian, membuat senjata dan
seluruh sarana kehidupan, serta dengan kekuatan yang ia miliki untuk mengubah lingkungan
hidup dan susunan internal tubuhnya. Seluruh kemampuan dan kekuatan ini juga
mampu mencegah dunia luar untuk memaksa manusia seperti layaknya seluruh
binatang yang lain berdamai dengan lingkungan hidupnya. Atas dasar ini, dengan
bersandar pada keistimewaan dan karasteristik yang dimiliki oleh manusia,
Vallas mengingkari bahwa teori pemilihan natural dapat dikomparasikan dengan
teori Evolusi manusia. Ia berkeyakinan bahwa roh manusia bukan hasil sebuah
proses alam. Dengan melontarkan perbedaan antara roh dan badan, serta
keserupaan dan perbedaan embriologis dan psikologis yang dimiliki oleh manusia
dan binatang, Wismen juga mendeklarasikan penentangannya terhadap teori Darwin.
Evaluasi Teori Darwin
Sampai di sini jelas bagi kita bahwa teori Evolusi Darwin
betumpu pada enam dasar. Bangsa binatang dengan perubahan lingkungan hidup yang
dialaminya, pertikaian untuk kekal, penggunaan sebagian anggota tubuhnya dan
penon-fungsian sebagian anggota tubuh yang lain, mengalami perubahan fisik.
Dengan pilihan natural, ia memiliki hal-hal yang sesuai dengan tubuhnya dan
membuang hal-hal yang tidak sejalan dengan kondisi fisiknya. Akhirnya,
perubahan-perubahan akuisitif ini—melalui jalan waris-mewarisi di sepanjang
perjalanan hidup—menyebabkan evolusi di dunia makhluk hidup. Sekarang kita
menghadapi dua pertanyaan di bawah ini:
• Apakah seluruh perubahan biologis yang dialami
oleh binatang di sepanjang perjalanan hidupnya ini dapat diinterpretasikan
dengan teori evolusi?
• Jika terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam teori
evolusi, apakah ada sebuah teori lebih unggul yang telah dijadikan sebagai
penggantinya atau belum?
Perlu kami ketengahkan di sini bahwa di dunia Eropa,
di samping para rohaniawan dan pendeta seperti Hansloe, Sajwick, dan Violle,
juga terdapat beberapa ilmuwan yang memiliki kedudukan penting di universtas
serta juga memiliki karya dan pengaruh yang sangat besar dalam bidang ilmu
biologi menentang teori Darwin. Para ilmuwan kenamaan seperti Louis Agasser
(embriolog), Richard Oven (paleontolog), Charles Arsent Birre, dan George
Miawart (dua zoolog berkebangsaan Inggris) adalah para penentang teori Darwin
yang sangat getol. Pada kesempatan ini, kami akan menyebutkan beberapa
kejanggalan yang terdapat dalam teori Darwin.
1. Pertama, sebuah teori ilmiah dipandang dari sisi
logika adalah sebuah kaidah universal yang menjelaskan sebuah sistem yang
terjadi secara berulang-ulang dan bersifat abadi. Kedua, berdasarkan kaidah
tersebut, prediksi sebuah peristiwa dan juga interpretasinya dapat dipahami
dengan mudah. Ketiga, ketidakbenaran sebuah kaidah ilmiah dapat dipahami
melalui pengalaman. Atas dasar ini, statemen-statemen parsial dan realita di
alam nyata seperti “matahari adalah sebuah planet yang sangat panas” dan
“Napeleon mengalami kekalahan dalam perang Watherloe”, serta premis-premis yang
tidak bisa dieksperimen keluar dari ruang lingkup kaidah ilmiah. Ketika
menjelaskan program universal dan kaidah umum kebinasaan dan kekekalan makhluk
hidup di medan sejarah, Darwin menegaskan bahwa di masa, tempat, dan iklim
tertentu, sekelompok binatang yang tidak memiliki kelayakan untuk kekal akan
binasa dan sekelompok binatang yang memiliki kelayakan untuk kekal akan kekal.
Kebinasaan dan kekekalan senantiasa adalah hasil kelayakan dan ketidaklayakan
seekor binatang.
Sekarang, jika kita bertanya binatang manakah yang
akan kekal? Jawabannya adalah binatang yang lebih layak. Jika kita bertanya
binatang manakah yang lebih layak? Jawabannya adalah binatang yang akan kekal.
Hasilnya, binatang yang akan kekal adalah binatang yang akan kekal.
Jelas, realita ini adalah sebuah sirkulasi logika
(dawr mantiqi) yang tersembunyi dalam teori pilihan natural dan kekekalan
makhluk yang lebih pantas. Tidak ada tempat pelarian dari sirkulasi ini.
Di samping itu semua, teori pilihan natural tidak
pernah menentukan tolok ukur yang pasti untuk membedakan mana binatang yang
bisa bertahan hidup dan mana yang tidak bisa bertahan hidup atau mana binatang
yang layak dan mana yang tidak layak. Atas dasar teori ini, masa depan
sekelompok binatang tidak dapat dipastikan. Sebagai contoh, ketika terjadi
pertikaian antara manusia dan kucing untuk tetap hidup kekal, tidak dapat
dipastikan siapa yang akan menang? Ketika teori Evolusi tidak mampu untuk
memberikan sebuah prediksi, maka teori ini dengan sendirinya akan dapat
dibatalkan, karena teori ini bersifat tautologik; yaitu ketika ingin
mendefinisikan sebuah klaim, ia harus meminta pertolongan kepada klaim itu
sendiri.
Atas dasar ini, teori pilihan natural selalu abstain
berkenaan dengan liku-liku dan arah peristiwa yang akan terjadi. Jika manusia
tidak terwujud dalam mata rantai sebuah evolusi, niscaya teori pilihan natural
akan menafsirkan bahwa tidak ada jalan lain; situasi dan kondisi tidak
membantu. Jika sebuah makhluk hidup yang bernama manusia terwujud secara
aksidental sekalipun, maka teori ini akan menjustifikasi kekekalan manusia itu
berdasarkan kelayakan dan kemampuan yang ia miliki untuk menyelaraskan diri
dengan lingkungan hidup. Dengan demikian, mekanisme teori pilihan natural akan
memberikan jawaban yang sama dalam menghadapi setiap peristiwa dan tidak akan
menampakkan sebuah sensitifitas berkenaan peristiwa apapun. Konsekuensinya
adalah teori ini tidak bersifat ilmiah, karena sebuah kaidah ilmiah harus
memiliki kemampuan dalam menunjukkan presdiksinya.
2. Jika teori Evolusi adalah sebuah teori yang
bersifat universal, maka mengapa hanya sebagian binatang yang berubah menjadi
spesies binatang yang lain, padahal sebagian yang lain dari binatang yang sama
dan di daerah yang sama pula tetap berbentuk seperti sedia kala? Sebagai
contoh, dalam sejarah perkembangan biologis, mengapa sebagian kera telah
berubah menjadi manusia, sementara kera-kera yang lain tetap berupa kera
seperti sedia kala?
3. Teori perpindahan sifat-sifat akuisitif kepada
generasi-generasi yang akan datang melalui jalan waris-mewarisi sebagai salah
satu pondasi teori Lamarck dan Darwin telah berhasil dibatalkan oleh para
ilmuwan embriolog pada masa kini. Dalam berbagai eksperimen, mereka melakukan
penelitian atas berbagai kasus seperti penderita penyakit yang terpotong salah
satu anggota tubuhnya, penggunaan dan non-penggunaan anggota tubuh, dan
pendidikan serta pengajaran selama dua puluh dua generasi. Akan tetapi, mereka
tidak pernah sampai pada kesimpulan adanya perpindahan sifat-sifat akuisitif
tersebut. Lebih penting dari itu, khitan anak laki-laki yang dilakukan oleh
muslimin dan para pengikut agama Kalimi dan telah berlanjut selama berabad-abad
adalah contoh eksperimen paling jitu yang hingga sekarang belum berubah menjadi
sebuah warisan secara turun-temurun. Dengan kata lain, hanya
perubahan-perubahan yang terdapat dalam sel-sel seksual dapat berpindah kepada
generasi-generasi mendatang.
4. Darwin sangat memberikan perhatian khusus terhadap
unsur pertikaian untuk kekal. Padahal hubungan antar makhluk hidup tidak hanya
terbatas pada perang dan pertikaian. Banyak sekali bentuk saling
tolong-menolong dan gotong royong yang terjadi dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
5. Dr. Louis Leykee dan istrinya pernah mengadakan
sebuah riset untuk menemukan fosil-fosil manusia pra sejarah di belahan timur
Afrika. Riset ini berlangsung selama tiga puluh tahun. Mereka menemukan sebuah
tengkorak yang betul-betul serupa dengan tengkorak kepala manusia. Pemilik
tengkorak itu pernah hidup sekitar dua juta tahun silam dan memiliki dagu yang
serupa dengan dagu manusia. Wajahnya lebar dan rata, serta memiliki dagu yang
berbentuk bujur sangkar. Tengkorak ini sama sekali tidak memiliki keserupaan
dengan kera. Dengan adanya penemuan-penemuan semacam ini, teori Darwin sedikit
banyak mengalami kegoncangan dan kejanggalan.
6. Kaidah adaptasi dengan lingkungan hidup tidak
selamanya menyebabkan penggunaan dan non-penggunaan anggota tubuh yang akhirnya
akan menyebabkan sebuah evolusi spesies. Sebagai contoh, Mr. Payne pernah
melakukan penelitian terhadap lalat cuka yang dipelihara dalam sebuah tempat
yang gelap gulita selama enam puluh sembilan generasi secara berturut-turut.
Meskipun lalat itu telah beradaptasi dengan lingkungannya, akan tetapi mata
generasi lalat yang terakhir tetap berbentuk normal.
7. Teori Darwin lebih menitikberatkan pada
bukti-bukti penemuan paleontologis, embriologis, dan anatomi komparatif. Semua
bukti itu hanya bersandarkan pada prasangka yang tidak dapat mendatangkan
keyakinan dan hanya bersifat parsial. Atas dasar ini, teori ini tidak dapat
dipopularisasikan sebagai sebuah teori ilmiah. Hanya keserupaan yang dimiliki
oleh janin-janin binatang atau perbandingan beberapa unsur binatang dan
keserupaan yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut tidak dapat dijadikan
sebagai bukti atas keilmiahan sebuah teori.
8. Menurut hemat kami, pondasi dan pilar-pilar teori
Darwin tidak mampu untuk menginterpretasikan banyak hakikat seperti naluri,
ilham, akal, dan lain sebagainya, meskipun ia sendiri bersikeras ingin
membuktikan kemampuan teorinya dalam hal ini.
9. Darwin meyakini bahwa perbedaan antara perasaan
manusia dan kera yang berupa manusia hanya bersifat kuantitas. Padahal jika
kita meneliti seluruh periode belajar, perkembangan, dan stimulasi dengan jeli,
niscaya perbedaan kualitas antara dua makhluk ini sangat jelas dan gamblang.
Dengan kata lain, perbedaan kuantitas yang dimiliki oleh kedua makhluk ini
menjadi sumber kemunculan sebuah perbedaan kualitas.
10. Sebagian orang ingin memanfaatkan unsur pilihan
natural dalam realita-realita yang bersifat sosial. Padahal konsep ini tidak
memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan banyak realita sosial, seperti
realita kemunculan dan kesirnaan peradaban.
11. Para pembela teori Transformisme hingga kini belum
mampu mengenal mata rantai terakhir pemisah antara manusia dan binatang
sehingga rantai kesempurnaan itu dapat mencapai kesempurnaan puncaknya. Realita
ini menghikayatkan kelemahan teori ini.
12. Hasil penelitian para ilmuwan Jerman berkenaan
dengan evolusi manusia melaporkan, “Berdasarkan riset genetik modern yang telah
dilaksanakan di Jerman, seluruh teori Evolusi yang telah dicetuskan oleh akal
manusia itu tidak memiliki makna. Berdasarkan laporan Pusat Berita Negara
menukil dari Kantor Pusat Televisi CNN, sebuah riset ilmiah modern melakukan
penelitian ulang atas teori ilmiah yang telah berhasil menyita pikiran para
ilmuwan selama bertahun-tahun itu. Riset ilmiah ini membuktikan bahwa seluruh klaim
teori Evolusi adalah keliru.”
“Menurut laporan ini, sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan atas DNA sebuah fosil jasad manusia Neondertal yang pernah hidup
pada seratus ribu tahun yang lalu, manusia itu secara genetik tidak memiliki
keserupaan sama sekali dengan DNA kera yang selama ini dianggap sebagai nenek
moyang manusia yang hidup pada masa sekarang ini.”
“Laporan ini juga menegaskan, padahal banyak sekali
keserupaan yang dimiliki oleh manusia Neondertal dengan manusia yang hidup di
masa kini, akan tetapi semua itu tidak bisa dianggap sebagai bukti-bukti
ilmiah. Menurut keyakinan salah seorang ahli berkebangsaan Amerika yang telah
melakukan penelitian dalam bidang sejarah evolusi manusia, riset yang telah
dilakukan oleh para ilmuwan Jerman itu adalah lebih penting daripada peristiwa
landing-nya sebuah pesawat ruang angkasa di planet Mars.”
Neo Darwinisme
Teori Mutasi (Perubahan Secara Tiba-Tiba)
Teori Mutasi adalah teori kelima dari sekian teori
Evolusi. Terori ini meyakini bahwa perubahan gen yang terjadi dengan tiba-tiba
dan sekaligus menyebabkan perubahan yang bersifat patrimonial dalam diri
spesies. Evolusi tumbuh-tumbuhan dan binatang terjadi melalui cara ini. Dengan
bersandar pada teori ini, para ilmuwan dapat menjustifikasi dan menafsirkan
evolusi yang terjadi pada berbagai spesies dengan lebih baik.
Teori ini dicetuskan oleh Hugo Deoufris, seorang
botanis berkebangsaan Belgia. Teori ini mengklaim bahwa sebagian biji
tumbuh-tumbuhan, meskipun memiliki keserupaan yang sempurna dengan spesies-spesiesnya,
mengalami perubahan spesies dan karakteristik. Perubahan ini terjadi dengan
tiba-tiba, sekaligus, dan tanpa terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang
terjadi di sekitar lingkungan hidup. Perubahan ini akan berpindah kepada
generasi berikutnya melalui jalan gen. Dari sejak ilmu genetika berkembang
pesat dikalangan para penggandrungnya, teori Mutasi sebagai sebuah teori ilmiah
menjadi pengganti seluruh teori yang lain.
Efek dan Pengaruh Teori Darwin
Pandangan dan pemikiran Darwin, seperti persepsi dan
teori Newton, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap dunia pemikiran yang
berkembang di dunia ini. Dengan mencetuskan teori naturalistis dan interpretasi
vehikularnya terhadap dunia biologis, Newton telah berhasil mengubah Monoteisme
yang bersandarkan pada ajaran wahyu menjadi Monotoisme Naturalis atau Deisme.
Darwin, dengan teori Evolusinya di dunia biologis, juga telah berhasil
menanamkan efek dan pengaruhnya dalam bidang agama, akhlak, sosiologi, dan
antropologi. Atas dasar ini, hendaknya kita senantiasa memperhatikan satu poin.
Yaitu, meskipun Darwin dikenal sebagai seorang ahli biologi, akan tetapi teori
Evolusinya—yang notabene banyak dipengaruhi oleh aliran pemikiran logika dan
pondasi dasar teori dialektika Hegel, serta dasar-dasar pemikiran Lamarck dan
para pemikir yang lain—memiliki pengaruh yang sangat luas terhadap mayoritas
aliran pemikiran filsafat, teologi, sosiologi, humanisme, dan biologi.
Proses ilmiah ini berhasil mewujudkan relasi-relasi
baru antara bidang-bidang ilmu pengetahuan dalam kerangka pemikiran manusia.
Sebelum Darwin, banyak ilmuwan dan ahli biologi seperti Boufon, Lamarck, dan
lain-lain yang mengusulkan teori Evolusi dalam bidang ilmu biologi, geologi,
kimia, dan bidang-bidang ilmu pengetahuan yang lain. Akan tetapi, lantaran
beberapa alasan seperti kelemahan argumentasi dan bukti-bukti yang diajukan,
teori mereka tidak berhasil menarik perhatian dan reaksi masyarakat kala itu,
dan para penafsir kitab-kitab suci dalam usaha memerangi mereka dengan mudah
berhasil menyelamatkan kitab-kitab suci mereka dari kemelut kontradiksi antara
ilmu pengetahuan dan agama dengan sedikit justifikasi dan penafsiran. Sebagai
contoh, ketika David Hume dan August Comte melontarkan kritik terhadap banyak
argumentasi tentang pembuktian Tuhan seperti argumentasi kekokohan ciptaan alam
semesta, mereka membela argumentasi tersebut dan akhirnya berhasil
mempertahankan opini masyarakat umum.
Akan tetapi, kemunculan teori Evolusi Darwin
mewujudkan sebuah gebrakan baru. Penafsiran perubahan alam biologis dengan
unsur pertikaian untuk kekal, unsur pilihan natural, perpindahan karakteristik
akuisitif kepada generasi berikut, pergantian spesies lama menjadi spesies
baru, klaim bahwa makhluk hidup yang sekarang kita lihat ini terwujud dari
makhluk masa lalu yang bersel tunggal dan manusia memiliki hubungan kefamilian
dengan spesies-spesies makhluk hidup yang lain, dan—ringkasnya—usulan teori
Transformisme, semua pondasi dan dasar pemikiran ini berhasil mendatangkan
sebuah pukulan yang sangat telak terhadap pemikiran religius di dunia Eropa dan
imbas ledakan pukulan ini juga mempengaruhi dunia Islam. Hingga kini, lebih
dari satu abad, teori Darwin berhasil menghadapkan kedua teori pemikiran itu
sebagai dua musuh yang saling berjibaku.
Pada kesempatan ini, kami akan mengemukan sebagian
efek dan imbas teori Evolusi Darwin sehingga akhirnya nanti kita bisa menilai
kebenaran atau kesalahan sebagian klaim yang diajukan oleh sebagian pemikir dan
ilmuwan dunia.
Pada tahun 1859, Charles Darwin
menerbitkan bukunya dengan judul On the Origin of Species by Means of
Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in The Struggle for
Life. Dalam bukunya ini ditekankan bahwa untuk dapat bertahan hidup agar
tidak punah perlu adanya perjuangan untuk hidup.
Teori evolusi Darwin merupakan teori
yang didasar atas fakta-fakta hasil observasi baik dari lingkungan sekitarnya
maupun dari peristiwa alam yang sesunggguhnya. Sebelumnya pada tahun 1858
Yoseph Hoken menerbitkan bukunya yang berjudul On the Tendency of Species to
Form Variation, and on the Perpetuation of Varieties and Species by Natural
Mean of Sleection. Buku ini diterbitkan sebagai upaya menggabungkan
pendapat Charles Darwin dan Alfred Wallace.
Gagasan Charles Darwin dan Alfred
Wallace tentang evolusi ditandai dengan adanya tiga observasi dan dua
kesimpulan, yaitu:
Observasi
: Bila tidak ada tekanan dari lingkungannya, makhluk hidup cenderung untuk memperbanyak diri seperti deret ukur.
Observasi
: Dalam kondisi lapangan, meskipun anggota populasi sering berubah dalam jangka
waktu yang panjang, besarnya populasi adalah tetap.
Kesimpulan
: Tidak semua telur dan sperma dapat menjadi zigot. Tidak semua zigot menjadi
dewasa. Tidak semua makhluk dewasa dapat bertahan dan mengadakan reproduksi.
Untuk dapat bertahan perlu adanya perjuangan.
Observasi
: Tidak semua anggota suatu spesies adalah sama, dengan perkataan lain terjadi
variasi dalam spesies.
Kesimpulan
: Dalam perjuangan untuk hidup, varian yang baik akan menikmati hasil kompetisi
terhadap varian lain. Varian tersebut akan berkembang menjadi lebih banyak
secara proporsional dan akan mempunyai keturunan secara proporsional pula.
Asal mula spesies telah
dipermasalahkan dengan pengertian bahwa apa yang dinamakan spesies (baru)
terjadi melalui seleksi alam, dan lingkungan hidup telah diperhitungkan. Suatiu
kelebihan dibandingkan dengan para pendahulunya, Charles Darwin telah menyadari
bahwa makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya
di Cambridge, dan melakukan perjalanan mengelilingi dunia dengan para ahli ilmu
alam melalui ekspedisi H.M.S. Beagle (1832 – 1837) dan juga pada
ekspedisi Beagle yang berikutnya (1837 – 1838) ke kepulauan
Galapagos, Darwin mengalami masa-masa yang paling krusial dalam kehidupannya
berkenaan dengan kenyataan yang terlihat di alam. Dalam ekspedisi ini yang
dikerjakan oleh Darwin adalah mengoleksi burung-burung (burung Finch)
yang terdapat atau hidup di kepulauan Galapagos. Kenyataan yang dilihat Darwin,
bahwa terdapat variasi paruh burung Finch dari satu pulau dengan pulau
yang lain di kepulauan Galapagos. Awalnya, Darwin menduga bahwa semua burung Finch
yang terdapat di kepulauan Galapagos adalah satu spesies, tetapi
kenyataannya setiap pulau memiliki spesies berbeda. Ia menduga bahwa
burung-burung finch mengalami perubahan dari suatu nenek moyang yang
sama. Dari kenyataan ini Darwin menerima idea yang menyatakan bahwa spesies
dapat berubah.
Tahap berikutnya, ia mengemukakan
teori yang dapat menjelaskan mengapa spesies berubah. Ia mencatat dalam buku
catatannya bahwa ada waktu dimana organisme berjuang untuk tetap hidup (survive).
Teorinya tidak hanya menjelaskan mengapa spesies berubah, tetapi juga mengapa
mereka (burung finch) terbentuk berjuang untuk hidup. Perjuangan untuk
hidup (struggle for existence), menghasilkan adaptasi ciri-ciri atau
karakter terbaik yang dapat memunginkan organisme tersebut tetap survive
kemudian menurunkan ciri-ciri tersebut ke-offspring dan secara otomatis
meningkatkan frekuensi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sementara
kenyataan lain menunjukkan bahwa lingkungan tidak pernah tetap, tetapi selalu
berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Gagasan evolusi yang dicetuskan oleh
Charles Darwin diilhami oleh beberapa pendahulunya, antara lain:
(1) Erasmus, kakek Charles Darwin
(2) Thomas Robert Malthus, ahli
ekonomi
(3) Charles Lyell, yang ahli geologi
(4) Jean Baptista Lamarck.
Erasmus Darwin dalam bukunya “Zoonomia”,
menyatakan bahwa kehidupan itu berasal dari asal mula yang sama, dan bahwa
respons fungsional akan diwariskan pada keturunannya. Thomas Robert Maltus
menarik bagi Charles Darwin yang selanjutnya memunculkan kata, “perjuangan
untuk hidup”.
Thomas Robert Maltus mengemukakan
pada bukunya “Essay On the Principle of Population as it Affect the Fulture
Improvement of Man Kind”, bahwa tidak ada keseimbangan antara pertambahan
penduduk dan makanan.
Dari Charles Lyell, Darwin mendapat
ilham tentang adanya variasi karena pengaruh alam. Dalam bukunya “Priciple
of Geology” ia mengemukakan bahwa perubahan terus menerus pada bumi,
masih terus berlangsung hingga kini.
Walaupun gagasan Lamarck tidak
disetujui Darwin sepenuhnya, ia tidak menolak gagasan Lamarck tentang
diwariskannya sifat yang didapat (acquired character). Terjemahan Darwin
tentang sifat yang didapat, yang lebih berbeda dengan Lamarck adalah mengenai
sejarah panjang leher jerapah.
Pada dasarnya teori Darwin dapat
dibedakan atas dua hal pokok yaitu konsep tentang perubahan evolutif dan konsep
mengenai seleksi alam. Dalam hal ini Darwin menolak pendapat bahwa makhluk
hidup adalah produk ciptaan yang tak dapat berubah. Makhluk hidup yang sekarang
adalah produk dari perubahan sedikit demi sedikitdari nenek moyang/dari makhluk
asal yang berbeda dengan yang sekarang. Selanjutnya seleksi alam yang menuntun
terjadinya perubahan tersebut.
Konsep perubahan secara evolusi dari
makhluk hidup merupakan kesimpulan Darwin dari adanya fosil-fosil yang
ditemukan pada permulaan abad 19. Apa yang ditemukan tersebut berbeda dengan
makhluk yang ada sekarang dan walaupun tidak sepenuhnya meyakinkan, fosil pada
lapisan berbeda, berbeda pula dan dari lapisan satu ke lapisan berikutnya,
terlihat adanya perubahan berkesinambungan, meskipun tidak sepenuhnya dan hanya
lokasi-lokasi tertentu. Dan juga penting untuk kejelasan kesinambungan tersebut
perlu pengamatan dan interpretasi yang tajam. Kesinambungan yang didasarkan
pada kemiripan fosil-fosil tersebut, bagi para ahli dapat memberikan gambaran
prediktif akan bentuk-bentuk fosil yang diharapkan dapat ditemukan.
Darwin telah menghabiskan waktu
sekitar 20 tahun untuk mengumpulkan data lapangan yang kemudian disusunnya
dalam suatu deretan fakta yang sangat banyak. Fakta tersebut menunjukkan dengan
jelas bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk hidup, dan atas
dasar fakta tersebut Darwin menrumuskan wawasannya tentang seleksi alam, dengan
mengemukakan 2 makna wawasan yaitu adanya evolusi organik dan evolusi organik
terjadi karena peristiwa seleksi alam.
1) Fakta
yang menjadi dasar Teori Seleksi Alam Darwin yang dikenal sebagai
prinsip-prisip seleksi alam Darwin adalah
a. Fertilitas makhluk hidup yang tinggi
Oleh karena tingkat kesuburan
makhluk hidup yang tinggi, amka apabila tidak hambatan atas perkembangbiakan
suatu spesies dalam waktu yang singkat seluruh dunia tidak akan mampu
menampungnya
Akan tertapi kenyataan yang terjadi
tidaklah demikian, dan itulah merupakan fakta yang kedua.
b. Jumlah individu secara keseluruhan
yang hampir tidak berubah
Sekalipun tingkat kesuburan tinggi
namun pada kenyataannya jumlah individu tidak melonjak tanpa terkendali.
Nampaknya ada faktor lain yang membatasi dan mengatur pertambahan jumlah
individu seuatu spesies di satu tempat. Faktor-faktor pembatas dan yang
mengatur jumlah indovidu itulah yang menyebabkan individu-individu yang
berhasil tetap hidup tidak banyak jumlahnya sekalipun banyak individu turunan
yang dihasilkan tetapi banyak juga yang mati. Secara keseluruhan faktor-faktor
pembatas itulah yang menjadi fakta ketiga.
c. Perjuangan untuk hidup
Supaya dapat tetap hidup setiap
makhluk hidup harus “berjuang” baik secara aktif maupun pasif. Pada umumnya
perjuangan untuk hidup terjadi karena adanya Persaingan, baik antar
individu sespesies atupun yang berlainan spesies; Pemangsaan, termasuk
juga parasitisme; Perjuangan terhadap alam lingkungan yang tidak hidup
seperti iklim, dsb.
d. Keanekaragaman dan hereditas
Makhluk hidup baik tumbuhan maupun
hewan sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut antara lain berkenaan
dengan struktur, tingkah laku, maupun aktifitas. Keanekaragaman terlihat mulai
dari tingkat antarfilum/antar divisi, antarklas sampai dengan atar individu se
spesies bahkan anatr individu seketurunan. Tidak sedikit ciri yang menyebankan
keaneragaman tersebut diturunkan kepada generasi keturunannya, artinya dari
generasi ke generasi selalu terdapat keanekaragaman bahkan karena berbagai
sebab keanekaragaman tersebut bertambah luas.
Adanya keanekaragaman itulah yang
menyebabkan keberhasilan “perjuangan untuk hidup” tidak sama antar satu
individu dengan individu lainnya. Dalam hal ini ada individu yang tidak
mustahil jauh lebih berhasil dari yang lainnya. Itu pula alasannya sehingga
banyak individu yang mati lebih awal dan pada akhirnya individu pada generasi
turunan tidak terlalu melonjak jumlahnya sekalipun individu turunan yang
dihasilkan sebenarnya sangat banyak.
e. Seleksi alam
Kenyataan terdapatnya keberhasilan
“perjuangan untuk hidup” yang tidak sama antar individu disebabkan ada individu
yang lebih sesuai karena memiliki ciri-ciri yang lebih sesuai dari yang
lainnya. Individu yang lebih sesuai inilah yang lebih berhasil dalam
“perjuangan untuk hidup”. Individu yang lebih berhasil inilah yang mempunyai
peluang lebih besar untuk melanjutkan keturunan dan sekaligus mewariskan
ciri-cirinya pada generasi turunannya. Sebaliknya individu yang kurang berhasil
lama kelamaan akan tersisih dari generasi ke generasi.
f. Lingkungan yang terus berubah
Dalam situasi lingkungan yang terus
mengalami perubahan, makhluk hidup harus terus menerus mengadakan penyesuaian
melalui “perjuangan untuk hidup” yang tiada hentinya.Artinya peristiwa seleksi
alam berlangsung tiada hentinya dan sebagai akibatnya pada generasi tertentu akan
muncul individu yang memiliki ciri-ciri yang semakin adaptif serta spesifik
bagi situasi lingkungan yang melingkupi.
Makna utama wawasan Darwin dalam
teori ini adalah bahwa evolusi organik memang terjdi, dan bahwa evolusi organik
tersebut terjadi karena peristiwa seleksi alam. Dalam hubungannya dengan teori
seleksi alam Darwin, terdapat kesan yang cukup kuat bahwa peristiwa
seleksi alam adalah sebab utama terjadinya evolusi (G.G. Simpson, Life: An Introduction
to Biology, 1957); disamping itu peristiwa seleksi alam diartikan sebagai suatu
perjuangan langsung antar individu sespesies ataupun antar spesies (direct
combat: C.A. Villec, General Zoology, 1978)
Munculnya teori seleksi alam Darwin
ternyata menimbulkan banyak kontroversi di kalangan para ahli biologi.
Disamping itu pula mendapatkan reaksi keras dan tantangan. Sejak semula teori
seleksi alam Darwin ini ditafsirkan secara keliru sebagai teori yang
memperkenalkan bahwa manusia berasal dari kera. Reaksi dan tantangan masih
berkelanjutan hingga sekarang dan menjadi demikian kacaunya karena reaksi agama
terlebih lagi dengan munculnya buku karya Harun Yahya tentang Runtuhnya Teori
Evolusi;. Dalam hal ini makna wawasan Darwin telah dipertentangkan dengan
ajaran agama atas dasar persepsi yang salah. Oleh karena itu peluang munculnya
pemikiran yang jernih atas teori seleksi alam Darwin berkurang atau hilang sama
sekali dan pada akhirnya menutup kemungkinan ditemukannya manfaat terapan dari
teori tersebut. Sangat boleh jadi diantara kita tidak sedikit yang masih
mempunyai persepsi keliru atas teori seleksi alam Darwin. Sesungguhnya makna
wawasan Darwin adalah berkenaan dengan kedua makna yang telah disebutkan
sebelumnya dan sama sekali tidak memperkenalkan ajaran yang menyatakan bahwa
manusia berasal dari kera. Namun demikian, sebagai suatu teori keilmuan yang
berkenaan dengan perkembangan (perubahan) makhluk hidup, pada kenyataannya
teori seleksi alam Darwin telah mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Hasil
dari pengembangan dan penyempurnaan tersebut telah melahirkan teori/paham baru
tentang seleksi alam yang lebih dikenal dengan Neo Darwinisme.
C. Teori Evolusi Pasca Darwin
Pada abad ke-19, terutama semenjak
penerbitan buku Darwin "The Origin of Species", pemikiran bahwa
kehidupan berevolusi mendapat banyak kritik dan menjadi tema yang
controversial. walaupun tidak membahas evolusi manusia secara terang-terangan,
bukunya mendapat tantangan keras. Namun demikian, kontroversi ini pada umumnya
berkisar dalam implikasi dari teori evolusi di bidang sosial, dan agama. Di
dalam komunitas ilmuwan, fakta bahwa organisme berevolusi telah diterima secara
luas dan tidak mendapat tantangan.
v
Teori
Evolusi vs Agama
Banyak orang yang merasa terganggu
dengan pemikiran bahwa alam organic dan alam fisik masing-masing diatur oleh
“hukum alam” yang pasti. Bukti-bukti Darwin yang meyakinkan mengenai perubahan
organic dan meningkatnya pengertian mengenai asal usul, menyebutkan sebagian
besar orang-orang sadar bahwa alam dan agama mempelajari fenomena yang berbeda
dan tujuan yang berbeda. (Sihombing, dkk:2007).
Ketika suatu kelompok agama berusaha
menyambungkan ajaran mereka dengan teori evolusi melalui berbagai konsep
evolusi, banyak pendukung ciptaanisme yang percaya bahwa evolusi berkontradiksi
dengan mitos penciptaan yang ditemukan pada ajaran agama mereka.Seperti yang
sudah diprediksi oleh Darwin, permasalahan yang paling kontroversial adalah
asal usul manusia.
Dalam konteks agama, debat mengenai
benar atau tidaknya teori ini memang sangat terkait dengan keyakinan agama
bahwa Tuhan adalah pencipta semua makhluk hidup di dunia ini, sementara teori
evolusi menyangkal terjadinya fenomena penciptaan tersebut dan menggantikannya
dengan suatu konsep evolusi.
(http://taufikurahman.wordpress.com/2008/04/04/mengapa-ada-penolakan-terhadap-teori-evolusi-darwin/)
Di beberapa negara, terutama di
Amerika Serikat, pertentangan antara agama dan sains telah mendorong
kontroversi penciptaan-evolusi, konflik keagamaan yang pada akhirnya berfokus
pada politik dan pendidikan. Disamping itu juga bidang-bidang sains lainnya
seperti kosmologi dan ilmu bumi sebenarnya juga bertentangan dengan
interpretasi literal banyak teks keagamaan, namun biologi evolusionerlah yang
lebih signifikan terlebih menyangkut asal usul manusia dimana menurut teori
evolusi manusia bersal dari kera.
(http://klikhimabio.blogspot.com/2009/01/teori-evolusi.html)
Pandangan beberapa agama terhadap
teori evolusi Darwin:
1. Islam Bagi darwin dan darwinian teori
evolusi kejadian alam dan kehidupan terjadi secara kebetulan dan jika dilihat
dalam agama islam itu merupakan hal yang salah besar. Karena berdasarkan
keyakinan umat Islam yang tertera dalam kitab sucinya asal-usul kejadian
manusia maupun alam adalah sebagai berikut:
·
Asal
mula kejadian alam
Pada
proses penciptaan alam di dalam al Qur’an surat fust-shilat ayat 9-12
Dalam surat tersebut di sebutkan allah menciptkan alam dengan sebaik2nya dan di sebutkan bahwa alam tercipta dari satu menjadi banyak.
Dalam surat tersebut di sebutkan allah menciptkan alam dengan sebaik2nya dan di sebutkan bahwa alam tercipta dari satu menjadi banyak.
Dalam ilmu logis berarti
- Pada awal proses penciptaan alam, Allah ciptakan dari lentuman besar atau big bang sehingga bongkahan yang menyatu berhamburan memenuhi langit dengan kecepatan yang amat sangat tinggi.
- Pecah-pecahan tersebut mengembang ke segenap penjuru.
- Pecahan itu yang terdiri dari ruang, materi dan radiasi, kemudian bercampur aduk menjadi lebur (dalam sains di sebut sup kosmos). Lentuman tersebut telah di tulis di sural al-anbiya ayat 30.
- Proses selanjutnya adalah suhu bubur kosmos menurun pada tahap ini, jumlah inti atom mulai terbentuk kemudian terjadilah pengelompokan materi.
- Sinar atau cahaya mulai muncul dari pengelompokan tadi. Cahaya yang muncur akan mengurangi elektron dari big bang tadi.
- Bumi dan planet2 lainnya adalah bagian dari pecahan matahari. Dulu planet dan bumi sangat panas.. Ketika suhu turun kulit planet mengeras, dan akhirnya menjadi daratan
- Terjadinya laut karena bercampurnya hidrogen dan oksigen sehingga menghasilkan air.
- Sementara kulit bumi terus bergerak maka terciptalah gunung, bukit, dataran tinggi dsb.
- Selama kerak keras bumi mengalami pergeseran air mengikir bumi.
- Lalu terik matahari menguapkan air yang ada di laut, lalu uap air tersebut jadi awan, lalu jadi air hujan, air hujan jatuh membuat tanah jadi subur
- Lalu allah menciptakan tumbuhan, hewan(1pasang tapi berpasang2), manusia (1orang adam).
- Lalu allah menciptakan adam tanpa ibu dan ayah
- Setelah itu allah menciptakan hawa.
- Akhirnya adam dan hawa melakukan berkembang biak
- Hingga akhirnya menjadi banyak dan banyak
Jadi,
menurut pandangan Islam salah jika darwin mengatakan kalau spesies yang ada
yang sekarang ini walaupun telah mengalami perubahan-perubahan adalah keturunan
langsung dari spesies yang hidup di muka bumi pada masa silam. Seperti manusia
yang menurut Darwin adalah keturunan dari kera. Menurut Islam semua ini ada
karena ada yang menciptakan.
(http://kumpulan17.wordpress.com/2009/08/31/pertentangan-teori-darwin-pada-pandangan-islam-bab-penciptaan-alam-semesta/).
2. Kristen
Tahun 1860 terjadi perdebatan antara
Louis Agassiz (ilmuwan yang dianggap banyak berjasa dalam membangun ilmu
pengetahuan Amerika) yang menentang validitas dari argumentasi Darwin dengan
Asa Gray yang mencoba menemukan rekonsiliasi antara Darwinisme dengan ajaran
agama Kristen.
Agassiz meyakini bahwa makhluk hidup
(spesies) diciptakan oleh Tuhan dan tidak berubah menjadi spesies lain.
Menurutnya teori Darwin hanya merupakan suatu dugaan belaka, tanpa dukungan
fakta, dan adanya tingkatan kemajuan bentuk hidup dari pengamatan fosil dari
suatu strata ke strata berikutnya menunjukkan adanya perencanaan dalam
penciptaan makhluk hidup dan bukan merupakan perubahan alami akibat adanya tekanan
dari lingkungan.
Sementara itu Asa Gray berpandangan
bahwa teori seleksi alam yang diajukan Darwin merupakan instrumen Tuhan dalam
penciptaan. Pandangan Gray ini sendiri sebetulnya bertentangan dengan pandangan
Darwin yang tidak mempercayai adanya peran Tuhan dalam pembentukan makhluk
hidup.
Dalam Alkitab atau kitab suci umat
kristiani sendiri mengatakan, dalam Malachi 2: 10: "Have we not all one
father? hath not one God created us? why do we deal treacherously every man
against his brother, by profaning the covenant of our fathers?" (KJV).
Semua manusia berasal dari satu sumber, Bapa sang pencipta, dan Dia hidup tidak
hanya 3000 juta tahun yang lalu, bahkan Dia hidup sebelum waktu diciptakan,
karena waktu adalah ciptaan daripada Tuhan. Waktu adalah ukuran ruang dan
waktu, dan waktu adalah bagian dari alam. Tuhan ada sebelum waktu. "Aku
adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang
Akhir." (Wahyu 22: 13).
(http://www.soulcast.com/post/show/74541/Evolusi-dan-Agama).
Jadi jelas lah bahwa teori Darwin
sangat bertentangan dengan paham yang dianut beberapa agama (diantaranya Islam
dan Kristen) tentang penciptaan manusia. Namun sedikit disesalkan ketika sampai
saat ini masih saja ada umat beragama yang menolak keberadaan dari suatu teori
ilmu pengetahuan hanya karena ada perbedaan dengan yang tertulis di dalam kitab
suci tanpa adanya telaah yang lebih mendalam dari ayat yang bertentangan itu.
Teori evolusi Charles Darwin, sampai
sekarang masih menjadi bahan pertentangan. Terlepas benar tidaknya teori itu,
Charles Darwin hanyalah seorang manusia yang tak luput dari kesalahan, namun ilmu
tetaplah harus dihormati dan sudah sangat banyak jasanya bagi perkembangan ilmu
pengetahuan terutama ilmu biologi.
Permasalahan utamanya terlihat pada
istilah ‘ kera ‘. Ketika Charles Darwin mengatakan nenek moyang manusia adalah
kera ( yang berjalan tegak ), mungkin benar pada saat itu dia sedang mengejek
agama, dan dengan membabi buta golongan agama menolaknya. Mungkin kalau Charles
Darwin lebih halus dengan tidak mengatakan golongan kera sebagai nenek moyang
manusia, mungkin seluruh dunia akan menerimanya
Tentunya Charles Darwin mengemukakan teori itu atas hasil usaha kerasnya selama bertahun-tahun dan bukan tanpa dasar.Penemuan-penemuan baru yang membuka kesalahan teori lama sudah hal yang biasa dalam ilmu pengetahuan, tetapi pembantahan terhadap suatu ilmu dengan tanpa dasar dan kurangnya pendalaman penafsiran adalah hal yang tidak bisa diterima dalam kajian ilmu pengetahuan.
Tentunya Charles Darwin mengemukakan teori itu atas hasil usaha kerasnya selama bertahun-tahun dan bukan tanpa dasar.Penemuan-penemuan baru yang membuka kesalahan teori lama sudah hal yang biasa dalam ilmu pengetahuan, tetapi pembantahan terhadap suatu ilmu dengan tanpa dasar dan kurangnya pendalaman penafsiran adalah hal yang tidak bisa diterima dalam kajian ilmu pengetahuan.
v Teori evolusi dan teori keilmuan
Teori evolusi darwin adalah suatu
hipotesis atau dugaan yang harus di buktikan kebenarannya dengan di dukung
penelitian atau penemuan ilmiah seperti menemukan fosil yang mendukung teori
tersebut atau penelitian yang membuktikan bahwa mutasi kromoson atau mutasi gen
yang menyongkong teori ini dapat di buktikan kebenarannya. http://darwinexpired.blogspot.com/2009/09/mahluk-hidup-menurut-darwin.html
Hugo Vries adalah seorang ahli botani
Belanda terkenal karena studi tentang mutasi. Dia adalah salah satu dari tiga
ilmuan yang secara mandiri menemukan kembali dan mengukuhkan hukum hereditas
sebagaimana yang disampaikan oleh Gregor Mendel.
Ia menjadi profesor botani di
Universitas Amsterdam pada tahun 1878. Ia menemukan bentuk-bentuk baru di
antara tampilan Evening Primrose Oenothera lamarcklana tumbuh liar di padang
rumput limbah. Hal ini menyebabkan dia percaya bahwa evolusi mungkin akan
dipelajari oleh metode eksperimental baru. Metode baru ini menganggap sumbangan
terbesar bagi ilmu pengetahuan dan menghasilkan suatu pendekatan baru untuk
evolusi dan zaman baru dalam sejarahnya.. Nama "mutasi" itu diberikan
kepada metode baru menghasilkan spesies baru dan varietas (kultivar) yang ia
menunjukkan timbul tidak terduga.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.hcs.ohio-state.edu/hort/history/119.html
Menurut Hugo, evolusi itu berlangsung karena munculnya suatu seri perubahan dalam plasma benih (perubahan-perubahan) genetic yang di sebut mutasi. Perubahan-perubahan itu mungkin sangat besar atau sangat kecil, tetapi perubahan-perubahan itu tidak ekivalen (setara dengan variasi individual. Sejak tahun 1875 para ahli botani mempelajari prose’s-proses dalam plasma sel benih dan hubungannya dengan reproduksi. Dari hasil penelitian diperoleh asal-usul dari variasi yang diwariskan dan sitogenik atau proses-proses genetic yang semuanya penting dalam pengertian prose’s evolusi. Pokok-pokok mutasi itu dapat digolongkan sebagai berikut:
- Kromosom-kromosom dalam inti sel mengandung gen-gen ultramikroskopis dan tersusun Linier. Gen-gen itu bertanggung jawab tentang perkembangan karakteristik dalam tiap individu.
- Meosis memisahkan anggota pasangan kromosom yang homolog dan membagi dua jumlah total untuk tiap gamet.
- Fertilisasi persatuan secara ranom 2 gamet, berasal dari kelamin yang berbeda, menyatukan kromosom-kromosom yang terpisah secara pilihan yang berasal dari orang tuanya, menghasilkan individu-individu yang berbeda kombinasi gennya.
- Ini merupakan perubahan dalam plasma sel benih atau ada mutasi dalam gen-gen dan ada penataan kembali kromosom. Kedua proses itu menghasilkan perubahan pemilihan karakteristik yang diteruskan pada generasi berikutnya.
Mutasi
ini dapat dengan jelas terlihat pada lalat buah, dan jelas berlangsung dalam
alam. Ini berarti selalu terjadi mutasi, muncul individu-individu baru,
sehingga populasi spesies itu akan menjadi heterozigot tinggi. (Sihombing, dkk
:2007)
Wilhelm
Johannsen (3 Februari 1857 – 11 November 1927) adalah seorang Denmark botani,
fisiologi tanaman dan genetika. Di masa mudanya, ia magang kepada seorang
apoteker dan bekerja di Denmark dan Jerman mulai tahun 1872 sampai lulus ujian
apoteker-nya pada tahun 1879. Pada 1881, ia menjadi asisten di Jurusan Kimia di
Laboratorium Carlsberg di bawah kimiawan Johan Kjeldahl.
(http://www.answers.com/topic/wilhelm-johannsen)
Percobaan
dengan buncis (1909) dilakukan oleh Johannsen membuktikan bahwa seleksi alam
tidak mempengaruhi populasi yang mengadakan silang dalam, setelah beberapa
generasi pertama karena variasi yang diturunkan dengan cepat habis. T.H. Morgan
salah satu perintis dalam menjalankan hereditas mendukung pendapat bahwa
pengetahuan yang lebih banyak mengenai sebab-sebab mutasi akan dengan
sendirinya menjelaskan evolusi.
Tahun
1930-an mulai timbul suatu pandangan mengenai evolusi dari berbagai bidang
biologi. Penelitiaan Theodosius Donzhansky, George Gaylord Simpson dan Erns
Mayr serta para ahli lainnya lambat laun menyebabkan timbulnya teori evolusi
sekarang ini yang disebet Neo Darwinisme karena seleksi alam merupakan kunci,
tetapi sama sekali bukan satu-satunya cara. (Sihombing, dkk:2007)
Gregor
Mandel
Gregor Johann Mendel (20 Juli 1822 - 6
Januari 1884) adalah seorang Augustinian imam dan ilmuwan, yang memperoleh
ketenaran dari ilmu baru genetika untuk studi tentang warisan tertentu pada
tanaman. Mendel menunjukkan bahwa pewarisan sifat-sifat khusus, hukum, yang
kemudian dinamai menurut namanya.(http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|idu=http://en.wikipedia.org/wiki/Gregor_Mendel)
Pada
abad ke-19 maka timbul suatu pandangan mengenai evolusi dari berbagai
bidang-bidang biologi diantaranya bidang genetika. Gregor Mandel mulai
merumuskan dua hokum berdasarkan penyilangan tumbuhan kacang polong (Pisum
sativum) yang bertahun-tahun lamanya. Kedua hokum tersebut hingga kini menjadi
dasar bagi semua pengertian tentang genetika.
Teori
ini dipelopori oleh George Mendel. Ia mengemukakan teori genetika yang
menyangkut adanya sejumlah sifat yang dikode oleh satu macam gen. Dengan
demikian banyaknya variasi alel menentukan kemampuan terhadap ketahanan untuk
dapat terus hidup. Hanya saja pada zaman George Mendel, teori genetika belum
dipahami dan belum diperkirakan dapat dimanfaatkan untuk menerangkan teori yang
lain. Teori genetika mengalami stagnasi hampir selama 35 tahun sejak
dikemukakan, dan baru disadari kegunaannya di awal abad ke-20.
ü Hukum
Pertama Mendel
Berdasarkan
eksperimen persilangan yang dilakukan Mendel dengan menggunakan satu sifat beda
(ingat pelajaran Genetika Dasar mengenai persilangan Monohibdira) dari tanaman
kacang ercis (Pisum sativum), Mendel menarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan
pertama yang dinyatakan oleh Mendel bahwa, setiap ciri dikendalikan oleh dua
macam informasi (faktor tertentu) dari parental. Satu informasi (faktor)
berasal dari sel jantan dan satu informasi (faktor) yang lain berasal dari sel
betina. Kedua informasi (faktor) ini yang sekarang dikenal dengan istilah gen
(pembawa sifat keturunan).
Mendel
mengungkapkan bahwa kedua informasi (faktor) ini akan berpisah pada saat
pembentukan gamet dan kemudian akan menentukan ciri-ciri atau sifat yang akan
nampak pada keturunan. Sekarang konsep ini yang dikenal dengan Hukum Mendel
Pertama – Hukum Segregasi.
Dari
setiap ciri dalam kacang ercis yang diteliti oleh Mendel, terdapat satu ciri
yang dominan sedangkan yang lainnya terpendam (resesif). Induk “galur murni”
dengan ciri dominan mempunyai sepasang gen dominan (AA) yang pada saat
pembentukan gamet hanya akan memberikan satu gen dominan (A). Induk “galur
murni” dengan ciri terpendam mempunyai sepasang gen resesif (aa) yang pada saat
pembentukan gamet hanya akan memberikan satu gen resesif (a). Dengan demikian
keturunan pada generasi pertama menerima satu gen dominan dan satu gen resesif
(Aa) yang menunjukkan ciri gen dominan.
Bila
keturunan ini berbiak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua, dimana
sel-sel (induk jantan) dan sel-sel (induk betina) masing-masing mengandung satu
gen dominan (A) dan satu gen resesif (a). Oleh karena itu, ada empat kombinasi
yang mungkin terjadi yaitu: AA, Aa, Aa, dan aa. Tiga kombinasi yang pertama
menghasilkan keturunan dengan ciri dominan, sedangkan kombinasi terakhir
menghasilkan keturunan dengan ciri resesif.
ü Hukum
Kedua Mendel
Mendel
kemudian melakukan penyelidikan terhadap kacang ercis (Pisum zativum) dengan
dua ciri atau tanda beda sekaligus, yakni bentuk benih (bundar atau keriput)
dan warna benih (kuning atau hijau). Mendel melakukan persilangan antara
tumbuhan yang selalu menunjukkan ciri-ciri dominan (bentuk bundar dan warna
kuning) dengan tumbuhan berciri terpendam (bentuk keriput dan warna hijau).
Sekali lagi, ciri terpendam (resesif) tidak muncul pada keturunan generasi
pertama. Jadi, semua tumbuhan generasi pertama mempunyai ciri kuning bundar.
Namun,
tumbuhan generasi kedua mempunyai empat macam ciri benih yang berbeda yakni,
bundar dan kuning, bundar dan hijau, keriput dan kuning, serta keriput dan
hijau. Keempat macam ciri ini terbagi dalam perbandingan kira-kira 9 : 3 : 3 :
1Mendel mengecek hasil ini dengan kombinasi dua ciri lain. Ternyata
perbandingan yang sama muncul lagi. Perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 menunjukkan
bahwa kedua ciri dari masing-masing induk tidak saling tergantung, namun dapat
berpadu bebas. Hasil ini disebut Hukum kedua Mendel (Hukum Independet
assorment- berpadu bebas).
Eksperimen
Mendel menunjukkan bahwa ketika tanaman induk membentuk sel-sel gamet jantan
dan betina, semua kombinasi bahan genetik dalam keturunannya, dan selalu dalam
proporsi yang sama dalam setap generasi. Informasi genetik selalu ada meskipun
ciri tertentu tidak tampak di dalam beberapa generasi karena didominasi oleh
gen yang lebih kuat. Dalam generasi berikut, bila ciri dominan tidak ada, maka
ciri terpendam (resesif) akan muncul lagi.
ü Pentingnya
Karya Mendel dalam Evolusi
Temuan
Mendel mempunyai implikasi penting. Karyanya membantah adanya teori percampuran
dalam keturunan (The Blending Theory of Inheritance) yaitu, pemikiran bahwa
ciri-ciri orang tua diwariskan kepada anak dan kemudian bercampur, lalu
diwariskan ke generasi berikut dalam bentuk campuran. Di kalangan manusia,
ungkapan yang menyatakan seseorang berdarah campuran, sebenarnya berawal pada
teori ini.
Eksperimen
Mendel membuktikan justru kebalikannyalah yang benar; yakni faktor genetik ciri
atau sifat yang diwarisi dari orang tua hanya bergabung untuk sementara waktu
dalam diri anak, dan dalam generasi berikutnya faktor genetik tersebut akan
pecah atau memisah lagi menjadi satuan-satuan yang ada pada induk aslinya.
Perbandingan antara teori atau hukum Mendel dengan teori percampuran sifat.
Diagram
tersebut menunjukkan bahwa teori percampuran ternyata menghasilkan keseragaman
sedangkan eksperimen Mendel menunjukkan hasil keturunan yang beragam.
Berdasarkan kedua teori tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa teori
pewarisan menurut Mendel memberi peluang kejadian evolusi biologi makluk hidup.
Teori keempat dari teori Evolusi adalah teori Neo
Darwinisme. Teori ini dibangun oleh August Wisman, seorang zoolog berkebangsaan
Jerman. Ia mengkritik dan mengingkari adanya perpindahan sifat-sifat akuisitif
kepada generasi-generasi berikutnya. Akan tetapi, ia mengklasifikan sel-sel
makhluk hidup dalam dua kategori: (a) sel Germin (seks) dan (b) sel Soma
(anatomi). Kemudian, dengan mencetuskan teori Plasma Janin (Plasma
Embryogenique) dan bahwa materi itu hanya dimonopoli oleh sel-sel seksual, ia
berhasil menafsirkan tata cara perpindahan sifat dan karakteristik kepada
generasi-generasi berikutnya. Ia menamakan materi ini dengan Materi
Patrimonial.
Menurut
Wisman, karena sel-sel Soma akan sirna setelah sebuah makhluk hidup mati,
perubahan-perubahan akuisitif tidak akan berpindah kepada generasi berikutnya
melalui sel ini. Hanya perubahan yang terdapat dalam sel-sel Germin dan
tersimpan dalam kelenjar seksual akan berpengaruh dan dapat berpindah kepada
generasi berikutnya. Para penganut teori Neo Darwinisme menggunakan Materi
Patrimonial untuk melontarkan kritikan terhadap para penganut teori Darwinisme.
Mereka meyakini bahwa materi ini bersifat abadi, tak berubah-ubah, dan kebal
terhadap seluruh perubahan lingkungan hidup.
(Sihombing,dkk : 2007)
(Sihombing,dkk : 2007)
v
Hubungan
Teori Evolusi dengan Palaenthologi
Paleontologi
adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari fosil. Seluk beluk fosil dipelajari
oleh seorang paleontologist. Fosil sendiri adalah jejak kehidupan masa lalu.
( http://rovicky.wordpress.com/2007/04/16/apa-itu-fosil/).
Dalam Mempelajari evolusi tidak bisa
meninggalkan fosil. Dahulu teori evolusi banyak diuji dengan melihat
fosil-fosil yang merupakan peninggalan makhluk hidup pada masa lalu. Bahkan ada
kasus pemalsuan fosil (piltdown case), karena saking pentingnya fosil dalam
pengujian teori evolusi ini. Tetapi perlu diketahui juga bahwa Charles Darwin
ketika membuat buku “the origin of species” tidak diawali dengan fosil namun
lebih banyak memanfaatkan fenomena burung-burung di Galapagos.
Perkembangan teori evolusi saat ini
sudah menggunakan bermacam-macam metode mutahir, tetapi jelas tidak hanya
kearah masa kini dengan memanfaatkan DNA saja. Fosil masih merupakan alat
terbaik dalam mempelajari, mengkaji, dan menguji teori evolusi.
Banyak yang mengira kalau ketemu fosil
dinosaurus itu berupa tulang yang utuh, namun sebenarnya yang sering ditemukan
itu hanyalah bagian dari tulang, atau tulang-tulang yang berserakan. Penemuan
fosil hanya secara kebetulan saja, dan jarang sekali ditemukan fosil yang utuh
seluruhnya. Hal demikian mudah kita pahami karena banyak factor yang menyebakan
hancurnya tubuh organisme yang telah mati, misalnya karena berikut ini:
1.
Proses
lipatan batu bumi
2.
Pengaruh
angin
3.
Bakteri
pengurai
4.
Hewan
pemakan bangkai
Menurut kajian struktur bumi struktur
bumi berlapis-lapis dan pada setiap lapisan kulit bumi mempunyai umur yang
berbeda-beda. Pada umumnya lapisan betu-batuan bumi yang lebih tua letaknya
lebih dalam dari pada lapisan bumi yang lebih muda, tetapi karena pengaruh
tenaga endogen dan eksogen memungkinkan tejadinya susunan yang sebaliknya. Dari
berbagai lapisan ditemukannya adanya fosil yang menunjukkan adanya perubahan struktur
tubuh secara berangsur-angsur.Dengan membandingkan struktur tubuh hewan
sekarang, dapat diambil kesimpulan keadaan lingkungan pada masa lampau
berbeda-beda dengan masa sekarang.
Jadi fosil-fosil yang ditemukan pada
setiap lapisan batuan bumi menggambarkan catatan sejarah perkembangan makhluk
hidup yang dapat menjadi petunjuk tentang adanya evolusi. Sebagai contoh fosil
yang paling dikenal tentang adanya perubahan-perubahan bentuk dari masa kemasa
adalah fosil kuda, hal ini disebabkan karena fosil-fosilnya ditemukan secara
lengkap pada setiap zaman geologi. (sihombing, dkk :2007)
Menurut paleontologist (ahli
paleontologi) ada macam macam fosil tetapi secara umum ada tiga macam jenis
fosil yg perlu diketahui: – Yaitu bagian dari organisme itu sendiri, Sisa-sisa
aktifitasnya, juga ada fosil palsu (yaitu bentuknya mirip fosil tetapi
sebenarnya bukan).
Namun seorang ahli palaentologi yang
juga seorang evolusionis, Mark Czarnecki menyatakan: “Masalah utama yang
menjadi kendala dalam pembuktian teori evolusi adalah catatan fosil; yakni
sisa-sisa peninggalan spesies punah yang terawetkan dalam lapisan-lapisan
geologis Bumi. Catatan [fosil] ini belum pernah menunjukkan bukti-bukti adanya
bentuk-bentuk transisi antara yang diramalkan Darwin - sebaliknya spesies
[makhluk hidup] muncul dan punah secara tiba-tiba, dan keanehan ini telah
memperkuat argumentasi kreasionis [=mereka yang mendukung penciptaan] yang
mengatakan bahwa tiap spesies diciptakan oleh Tuhan. (Mark Czarnecki, "The
Revival of the Creationist Crusade", MacLean's, 19 Januari 1981, hal. 56)
Teori neo-Darwinis telah ditumbangkan
pula oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan dunia mana pun
"bentuk-bentuk transisi" yang diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai
bukti evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitif ke spesies
lebih maju. Begitu pula perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yang
diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi
yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan
keturunannya.
(http://www.biologikomputer.co.cc/2009/09/teori-evolusi-darwin-masih-berlakukah.html)
v Hubungan Teori Evolusi dengan Teori
Thomas Malthus
Mulanya
dia tak lebih dari seorang pendeta yang samasekali tak dikenal. Tetapi tahun
1798 pendeta Inggris yang namanya Thomas Robert Malthus itu menerbikan sebuah
buku walau tipis namun sangat berpengaruh. Judulnya An Essay on the Principle
of Population as it Affects the Future Improvement of Society.
Pokok
tesis Malthus ini adalah pemikiran bahwa pertumbuhan penduduk cenderung
melampui pertumbuhan persediaan makanan. Dalam esainya yang orisinal, Malthus
menyuguhkan idenya dalam bentuk yang cukup kaku. Dia bilang, penduduk cenderung
tumbuh secara "deret ukur" (misalnya, dalam lambang 1, 2, 4, 8, 16
dan seterusnya) sedangkan persediaan makanan cenderung bertumbuh secara
"deret hitung" (misalnya, dalam deret 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan
seterusnya).
Darwin
sudah lama berpikir tentang evolusi bahwa semua species berhubungan satu sama
lain dan mempunyai "common ancestor" (berasal dari satu garis
keturunan) dan melalui mutasi species baru muncul. Namun dia masih penasaran
tentang mekanisme bagaimana proses itu terjadi. Secara kebetulan, ia membaca
tulisal-tulisan Thomas Malthus.
Malthus
berpendapat bahwa populasi manusia bertambah lebih cepat daripada produksi
makanan, sehingga menyebabkan manusia bersaing satu sama lain untuk
memperebutkan makanan dan menjadikan perbuatan amal sia-sia. Dengan gembira
Darwin menggunakan mekanisme ini untuk menjelaskan teorinya.
Ia
menulis: "Manusia cenderung untuk bertambah dalam tingkat yang lebih besar
daripada caranya untuk bertahan. Akibatnya, sesekali ia harus berjuang keras
untuk bertahan, dan seleksi alam akan mempengaruhi apa yang terletak di dalam
jangkauan ini." (Descent of Man, Ps.21) Ia menghubungkan hal ini dengan
temuan-temuannya mengenai spesies-spesies yang terkait dengan tempat-tempat,
penelitiannya tentang pengembang-biakan binatang, dan gagasan tentang
"hukum seleksi alam" (Natural Selection).
Menjelang
akhir 1838 ia membandingkan ciri-ciri seleksi para peternak dengan seleksi alam
menurut teori Malthus dari varian-varian yang terjadi "secara
kebetulan" sehingga "setiap bagian dari struktur yang baru diperoleh
sepenuhnya dipraktikkan dan disempurnakan", dan menganggap bahwa ini
adalah "bagian yang paling indah dari teori saya" tentang bagaimana
spesies-spesies itu bermula.
Sebagaimana
kita ketahui inti sari dari teori seleksi Alamiah Darwin didasarkan pada tiga
pengamatan dan dua kesimpulan. Pengamatan I dari Darwin adalah tanpa tekanan
lingkungan, setiap jenis organisme hidup akan berkembang biak sangat tinggi
atau fertilitas setiap organisme hidup sangat tinggi. Dengan demikian Darwin
berpendapat bahwa makhluk hidup itu berkembang iak secara cepat, dan hal ini
sesuai teori Thomas Robert Malthus di atas.





