Selasa, 02 Desember 2014

EVOLUSI


Evolusi Sebelum dan Sesudah Darwin
A.     Evolusi Pra Darwin
Sejarah munculnya teori-teori evolusi sebenarnya baru dimulai pada tahun 1859, dengan dipublikasikan buku On the Origin of Species, meskipun kebanyakan idea-idea Darwin kenyataannya telah ada sejak masa lampau. Kenyataan bahwa bahwa makhluk hidup beraneka ragam dan megalamimi perubahan sudah teramati sejak lama, namun hal ini tidak melahirkan konsep-konsep evolusi sebagaimana yang terjadi pada masa Darwin.
Parmenides menyatakan bahwa sesuatu yang terlihat adalah suatu ilusi. Berbeda dengan apa yang dikemukakan Parmenides, Heraclitus menyatakan bahwa dalam perjalanan hidupnya makhluk hidup selama mengalami proses yang tetap Teori ini dikenal dengan teori Fixise. Berasal dari kata ‘Fixed’., artinya ‘unchanging’ atau tetap, tidak berubah. Teori ini muncul satu atau dua abad sebelum teori Darwin.
Pada masa itu tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan kekerabatan antar satu organisme dengan organisme lain. Semua kegiatan biologis dianggap tetap seperti apa adanya, tidak ada perubahan. Namun para Naturalis dan Philosohpy sering berspekulasi bahwa ada terjadi transfomasi spesies. Para ahli yang mempertanyakan kebenaran teori ‘Fixed’ misalnya: Maupertuis ilmuwan dari Prancis, kakek Charles Darwin yaitu Erasmus Darwin.
Walaupun tidak ada pemikir-pemikir khusus yang mempersoalkan teori Fixed dengan penjelasan yang ilmiah bahwa spesies berubah, namun sebenarnya terdapat perhatian dan minat yang kuat berdasarkan kenyataan bahwa dapat saja satu spesies berubah menjadi spesies kedua.
Pada 250 tahun sebelum Masehi, Anaximander (Yunani) mengemukakan bahwa manusia berasal dari makhluk yang menyerupai ikan. Pernyataan Empedocles yang berbau evolusi namun janggal kedengarannya berbunyi bahwa manusia dan juga binatang lainnya berasal dari bagian-bagian kepala, badan, dan tangan yang terpisah-pisah, yang pada makhluk tertentu ketiganya tumbuh menjadi satu, sedangkan pada makhluk lain hanya kepala dan badan yang tumbuh seperti pada ikan. Artinya ada yang pertumbuhannya lengkap dan adapula yang tidak lengkap.
Teori Autogenesis merupakan teori yang berkaitan dengan proses evolusi namun dorongan evolusinya beasal dari dalam menyatakan bahwa dorongan dari dalam itulah yang lebih menentukan sedangkan lingkungan tidak memberikan pengaruh.
Selain itu dikenal pula paham finalisme dan telefinalisme yang mempunyai kemiripan dengan paham vitalisme.
Paham finalisme lebih menitikberatkan pada tujuan akhir, bagaimana makhluk berevolusi sampai bentuk akhir sudah dinyatakankarena adanya kekuatan trasenden, namun apa yang dimaksudkan dengan kekuatan trasenden itu tidak disebutkan. Kaum finalis tidak dapat menjelaskan proses perubahan yang ditentukan oleh kekuatan tersebut. Pada kaum vitalis jelas bahwa kekuatan trasenden itu adalah kekuatan alam yang maha hebat.
Ada beberapa penganut paham lain yang mengelak terhadap adanya pengaturan atau tuntunan khusus seperti pada vitalisme Para penganut paham lain ini berpegang pada teori Orthogenesis, Nomogenesis, dan Aristogenesis yang menganggap bahwa makhluk hidup itu berubah secara evolutif dan penentu perubahan itu adalah germ plasma.
Contoh: perkembangan bentuk dewasa manusia dinyatakan sudah ada sejak tingkat embrio; Warna, bentuk, letak dan bentuk putik, serta serbuk sari telah ada pada kuncup bunga. Perubahan pada kuncup menjadi bunga hanya memerlukan tenaga untuk mekarnya sang bunga.
Ketiga teori ini mempunyai perbedaan yaitu:
·         Orthogenesis menitikberatkan perkembangan makhluk hidup pada garis lurus artinya terjadi perkembangan yang semakin besar, semakin bervariasi, namun semuanya bertolak dari yang sudah ada.
·         Nomogenesis menyatakan bahwa perkembangan hanya berlangsung sesuai dengan aturan tertentu. Untuk setiap makhluk ada aturan tertentu yang mengikat.
·         Aristogenesis menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi adalah perubahan menuju ke yang           lebih            baik.
Beberapa tokoh dan peristiwa yang mendukung dan dipandang dapat melahirkan teori evolusi antara lain Carolus Linnaeus (Swedia) yang disebut sebagai bapak Sistematik, telah berhasil memberi nama 4.235 spesies hewan dan 5.250 spesies tumbuhan menyatakan bahwa makhluk-makhluk hidup tersebut diciptakan dan tetap (konstan), serta tergolong makhluk pertama yang benar-benar ada.
Charles Bonnet (ahli pengetahuan alam) percaya bahwa semua organisme, bahkan semua benda tak hidup mengalami proses pembentukan melalui rantai/tangga yang panjang dantek terputus, tak tersisipi. Rantai ini bermula dari mineral yang selanjutnya berkembang menjadi bentuk yang semakin kompleks seperti tumbuhan, invertebrata, ikan, burung, dsb.
Pada zaman sebelum abad 18 yaitu 3 abad sebelum Masehi, di Yunani berkembang suatu paham bahwa organisme membentuk suatu tangga yaitu tangga kehidupan atau tangga alam. Pada tangga kehidupan ini yang berada di dasar adalah organisme yang sederhana, selanjutnya organisme yang berada di atasnya adalah organisme yang lebih sempurna.
Tetapi dalam hal ini tidak disinggung hubungan antara organisme yang berada pada masing-masing anak tangga, sehingga dapat dimengerti mengapa teori evolusi tidak lahir melalui paham ini. Dikemudian hari beberapa pengikut evolusi menerima pendapat tersebut dengan melihat pandangan yang semakin maju dan semakin kompleks. Linnaeus, meskipun percaya adanya penciptaan tetapi tetap beranggapan bahwa tangga kehidupan tersebut ada.
Pada abad 17, tangga kehidupan ini dibangkitkan kembali oleh Leibnitz yang mengemukakan adanya “Hukum Kesinambungan” dalam hal ini antara spesies yang satu dengan spesies lainnya ada spesies penyambungnya yang dikenal dengan spesies peralihan. Namun Leibnitz tidak berani mengemukakan adanya spesies peralihan antara manusia dan kera. Pemikiran tentang kesinambungan ini tidak juga melahirkan teori evolusi karena pandangan dan penerapannya hanya sepotong-sepotong.
Cuvier (Perancis) yang mempunyai pendapat yang sama dengan Linnaeus tentang penciptaan, mengemukakan bahwa pada dasarnya evolusi itu tidak pernah terjadi. Cuvier berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini berasal dari proses penciptaan, spesies itu tetap dan tidak pernah berubah.
Menurut Cuvier jika sekarang ini dijumpai beragam fosil pada lapisan tanah yang berbeda maka hal itu disebabkan terjadinya bencana alam. Bencana alam inilah yang melahirkan teori Catastrophisme. Melalui teori ini Cuvier mengemukakan bahwa di bumi ini terjadi beberapa kali bencana alam yang besar. Akibat bencana ini dijumpai makhluk-makhluk yang mati dan memfosil. Fosil yang berbeda yang terletak pada strata yang berbeda adalah hasil dari suatu ciptaan baru. Lebih jauh tentang fosil yang terletak pada setiap strata oleh William Smith dikemukakan bahwa tiap strata mempunyai tipe fosil yang khas dan semakin ke bawah fosil yang dikandung semakin jauh berbeda dengan makhluk yang ada sekarang ini.
Berbeda dengan yang dikemukakan Cuvier, Charles Lyell dalam bukunya “Principle of Geology” mengemukakan bahwa terjadinya strata lapisan bumi yang mengandung fosil tidak karena terjadinya bencana alam, tetapi berlangsung sedikit demi sedikit seperti yang kita alami seperti sekarang ini., dengan menggunakan teori Uniformitarianisme, yaitu teori yang menyatakan bahwa bentuk dan struktur bumi disebabkan oleh kekuatan angin, air, dan panas yang bekerja sekarang ini identik dengan yang bekerja dan mempengaruhi bentuk dan struktur bumi di masa lalu. Pendapat ini dikemudian hari memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori evolusi.
Erasmus Darwin pada tahun 1731 – 1802 menyatakan dalam bukunya “Zoonomia” bahwa kehidupan bermula dari asal mula yang sama. Gagasan tersebut pula yang kemudian mengilhami Charles Darwin dalam mengemukakan gagasannya pada tahun 1859.
Dikemudian hari gagasan tentang diwariskannya sifat yang didapat dimunculkan oleh Jean Baptis Lamarck (1744 – 1829) dalam bukunya ‘Philosophie Zoologique”, dan dikenal dengan teori adaptasi-transformasi. Ahli lain yang sejalan dengan pendapat Lamarck adalah Count de Buffon yang menyatakan bahwa proses evolusi itu berlandaskan pada diwariskannya sifat-sifat yang di dapat.
Teori ini didasarkan atas kenyataan bahwa tidak ada satupun makluk hidup yang identik. Ada dua konsep evolusi yang dikemukakan oleh Lamarck yaitu: Pertama, spesies berubah dalam waktu lama menjadi spesies baru. Konsep ini yang sangat berbeda dengan teori Darwin. Lamarck berpendapat bahwa dalam suatu periode tertentu suatu spesies dapat berubah bentuk akibat suatu kebiasaan atau latihan. Kedua, perubahan yang terjadi tersebut dapat diturunkan.menunjukkan perbedaan teori Lamarck dan teori Darwin.
Berpegang pada konsep yang mengatakan bahwa organ-organ baru muncul sebagai respons atas tuntutan lingkungan. Lamarck mengajukan postulat sebagai berikut: Ukuran organ sebanding dengan penggunaannya. Hal ini berarti bahwa tiap perubahan yang terjadi karena digunakan atau tidak digunakannya organ tersebut akan diwariskan kepada generasi keturunannya. Peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang akan berakibat terjadinya pembaharuan bentuk dan fungsi.
Meskipun Darwin membuat konsep evolusi yang dapat diterima, tetapi pemikiran mengenai evolusi ini sudah sangat tua dan bertahun-tahun lebih tua dari Darwin. Berikut uraian singkat tentang pendapat dari berbagai ahli yang masih berkaitan dengan konsep dasar evolusi dan sebelum hipotesis teori evolusi kimia dan evolusi biologi, banyak ahli berpendapat tentang evolusi yang mengakibatkan adanya keanekaragaman makhluk hidup.
Teori evolusi yang dikemukakan para ahli sebelum munculnya teori evolusi Darwin adalah teori kreasionisme, teori katastropisme, teori gradualisme, teori uniformitarianisme, dan Lamarck atau teori perolehan yang terwariskan secara genetik.
1. Teori Kreasionisme
Teori kreasionisme merupakan teori tentang penciptaan yang terjadi dalam sekali waktu kehidupan sekaligus lengkap, kemudian selesai dan tidak ada lagi evolusi atau perubahan. Paham ini dianut berdasar pada keyakinan agama, juga berdasarkan keterangan Aristoteles. Teori kreasionisme dianggap tidak valid karena kenyataannya banyak spesies yang hidupnya tidak sekaligus ada pada satu zaman. Misalnya masa hidup dinosaurus tidak bersamaan dengan masa hidup manusia.
2. Teori Katastropisme
Teori katastropisme merupakan paham tentang keanekaragaman makhluk hidup dihasilkan oleh nenek moyang yang umum, dan muncul atau punahnya makhluk hidup disebabkan oleh adanya bencana alam. Teori ini diperkenalkan oleh George Cuvier ( 1769 – 1832 ), seorang ahli Paleontologi atau ilmu fosil. Alasan Cuvier adalah karena ia mengamati setiap sedimen batuan kuno yang ia temukan mengandung beberapa jenis hewan dan tumbuhan yang berbeda. Karena itu, ia berpikir bahwa setiap sedimen mewakili tiap masa atau waktu evolusi. Tiap sedimen yang mengandung jenis-jenis organisme yang berbeda tersebut mewakili zaman dimana organisme hidup dan mati karena bencana.
3. Teori Gradualisme
Teori gradualisme dikemukakan oleh ahli Geologi Swedia bernama James Hutton ( 1726 – 1797 ). Paham tersebut menyatakan bahwa perubahan geologis berlangsung pelan-pelan tetapi pasti. Tetapi teori gradualisme ini tidak mampu dijelaskan dengan mekanisme yang meyakinkan.
4. Teori Uniformitarianisme
Teori uniformitarianisme dinyatakan oleh Charles Lyell ( 1797 – 1875 ). Paham ini menyatakan bahwa proses-proses geologis ternyata menuruti pola yang seragam, sehingga kecepatan dan pengaruh perubahan selalu seimbang dalam kurun waktu. Misalnya, terbentuknya gunung selalu diimbangi dengan erosi gunung. Teori uniformitarianisme memang menjelaskan kejadian evolusi geologis, tetapi dapat menjelaskan kejadian terbentuknya spesies.
5. Teori Lamarck

a. Lamarckisme

Seperti telah dijelaskan di atas, Lamarck, seorang zoolog berkebangsaan Prancis, ini adalah biologis pertama yang—paling tidak—telah berhasil mengokohkan teori Evolusi berpijak di atas konsep-konsep ilmiah. Ia mendeklarasikan teorinya itu pada tahun 1801 M. dengan menerbitkan bukunya yang berjudul Falsafeh-ye Janevar Shenasi (Filsafat Zoologi). Ia tidak meyakini bahwa undang-undang yang berlaku di alam ini keluar dari kehendak Ilahi yang azali. Tetapi ia berkeyakinan bahwa motor utama penggerak sebuah kesempurnaan adalah sebuah power yang menjadi faktor keterwujudan spesies-spesies yang lebih sempurna melalui kaidah “pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh”. Menurut
Lamarck, setiap makhluk hidup pada permulaannya sangat hina dan sederhana sekali. Lalu lantaran beberapa kausa dan faktor, makhluk hidup itu mengalami evolusi menjadi spesies yang lebih sempurna. Faktor-faktor tersebut adalah lingkungan hidup, pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh, kehendak, dan perpindahan seluruh karakteristik yang bersifat akuisitif (iktisâbî).
Substansi klaim Lamarck adalah perubahan lingkungan hidup menyebabkan perubahan anggota tubuh. Seekor binatang untuk menjalani kehidupan terpaksa harus memanfaatkan sebagian anggota tubuhnya melebihi anggota tubuh yang lain. Dengan memperkuat fungsi sebagian anggota tubuhnya dan meminimalkan fungsi sebagian anggota tubuh yang lain, ia melestarikan kehidupannya.
Dengan kata lain, perubahan kondisi kehidupan menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru. Jika makhluk hidup tidak memperdulikan seluruh kebutuhan itu, maka ia akan musnah. Tetapi jika ia harus memenuhi seluruh kebutuhan itu, maka ia memerlukan anggota tubuh yang sesuai. Dengan demikian, sebuah evolusi dalam struktur tubuhnya akan terjadi. Jika ia memanfaatkan sebagian anggota dalam jumlah yang minimal, maka anggota tubuh itu akan melemah dan kadang-kadang akan musnah. Tetapi jika ia melakukan aktifitas dalam kadar yang maksimal, maka anggota-anggota tubuh baru akan muncul. Pada akhirnya, perubahan-perubahan akuisitif (iktisâbî) ini akan diwarisi oleh generasi-generasi makhluk hidup berikutnya.
Faktor lain evolusi itu adalah kehendak dan keinginan yang dimiliki oleh makhluk hidup. Artinya, ia ingin mengadaptasikan diri dengan lingkungan hidup dan mengatasi seluruh kebutuhan hidupnya.
Untuk membuktikan hipotesisnya itu, Lamarck mengajukan analisa tentang mata seekor tikus yang buta, paruh kuat yang dimiliki oleh sebagian burung, lenyapnya kaki ular, memanjangnya leher jerapah, berubahnya kuda dari kondisi karnivora menjadi herbivora, dan contoh-contoh yang lain. Menurut keyakinannya, semua itu terjadi lantaran faktor-faktor yang telah dipaparkan di atas.
Teori Lamarck juga disebut dengan teori perolehan yang terwariskan secara genetik. Awal abad ke-19, Lamarck memperkenalkan bahwa sifat fenotip perolehan lingkungan dapat diwariskan secara genetik. Bagian dari tubuh yang tidak digunakan akan mengalami retardasi atau tidak bergkembang, bagian atau alat tubuh yang digunakan akan mengalami perkembangan lebih kuat dan lebih besar. Ia menerangkan bahwa nenek moyang jerapah berleher pendek, tetapi karena terus menerus leher dijulurkan ke atas untuk menggapai makanan, leher jerapah menjadi panjang. Jadi, menurut Lamarck evolusi disebabkan oleh pewarisan sifat genetik yang diperoleh dari lingkungannya. Teori Lamarck mengandung kesalahan yang dapat dibuktikan melalui percobaan. Yang paling sederhana adalah percobaan Weissman yang menunjukkan bahwa tikus yang ekornya dipotong di laboratorium tidak mewariskan pengalaman tanpa ekornya itu pada keturunannya. Sebelum Lammarck, ahli lain yang sejalan dengan pemikiran Lammarck adalah:
Buffon (1707-1788) dan Erasmus Darwin (kakek dari Charles Darwin, 1731-1802) menulis syair yang dianggap sebagai karangan berpengetahuan yang berjudul “Zoonomia” ia berpendapat bahwa hewan-hewan mungkin juga timbul dari hewan-hewan lain. Nama lengkap Lammarck adalah Jean Baptist Pierre Antoine De Monet, Chavalier De Lammarck.
Sewaktu masih muda ia belajar untuk menjadi pendeta, kemudian ia menjdi tentara sampai ia dalam pertempuran mendapat pujian karena keberaniannya. Ia meninggalkan angkatan perang, untuk belajar ilmu ketabiban di Paris, akan tetapi kemudian ia malah lebih tertarik akan ilmu tumbuh-timbuhan. Sesudah bekerja keras selama 9 tahun, ia menerbitkan sebuah buku yang besar mengenai tumbuh-tumbuhan yang hidup di tanah airnya. Bukunya itu menarik perhatian para sarjana, sehingga ia mendapat tawaran untuk bekerja di Jardin du Roi setelah revolusi dia diangkat menjadi maha guru pada Jardin du Roi itu juga, yang kemudian berganti nama menjadi Jardin des Plantes (semcam kebun raya). Ia menjdi mahaguru di bidang Evertebrata. Ia menyusun buku yang berjudul “Philosophie Zoologioque”. Ia menjdi buta dihari tuanya dan terpaksa hidu miskin dan sengsara sekali. Oleh rekan-rekannya di zaman itu tidak ada yang mengerti jasa-jasanya sebagaimana mestinya. Setelah ia Meniggal, maka berkat kegiatan Darwin, ia dijunjung tinggi lagi dan sampai sekarangpun ia masih dipandang sebagai salah satu seorang sarjana besar di zaman itu. Sayang sekali teori-teorinya tidak dilengkapi dengan bukti-bukti dan kenyataan-kenyataan. Teori Lammarck ialah:
Bahwa di bumi ini mula-mula timbul mahluk hidup yang sederhana, yang mungkin bersal dari benda-benda mati (dengan jalan Generatio Spontanea), akan tetapi dari makluk yang sederhana ini kemudian dalam tempo yang panjang sekali timbulah jenis-jenis makluk yang hidup sampai sekarang, tanpa ada penghentian jalannya kehidupan seperti yang dimaksudkan dalam cerita kiamat dari kitab Injil ataupun teori bencana menurut Cuvier. Teori evolusi menggap bahwa hewan bersel satu sebagai permulaan evolusi dan menggap manusia sebagai akhir evolusi. Diantara sebab-sebab yang menyelenggarakan perubahan-perubahan dan penyempurnaan tubuh mahluk hidup, Lammarck mengemukakan bahwa pentingnya mempergunakan dan tidak mempergunkan alat tubuh tertentu. kalau alat tubuh sering digunakan maka ia akan tumbuh sempuna dan bila ia jarang digunkan ataupun tidak digunakan sama sekali maka ia akan terbelakang tumbuhnya, sedang tiap-tiap perubahan yang dialami oleh individu itu selama masa hidupnya kelak akan diturunkan kepada keturunannya, sehingga kelak sifat itu tampak sempurna pada keturunannya. Lammarck member contoh Ular adalah bintang yang mempunyai kebiasaan untuk merangkak\merayap dengan cepat masuk kedalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-kaki yang panjang malah merugikan untuk merangkak dan besembunyi didalam tanah dan keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi kebiasaan bergerak dari binatang itu menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada tubuhnya sendiri. Sedangkan Jerapah memiliki leher yang panjang karena mereka mempunyai kebiasaan hidup mengambil daun-daunan dari pohon-pohon yang tinggi. Contoh yang dipakai Lamarck untuk menjelaskan teorinya adalah leher Jerapah. Ia berpendapat bahwa leher jerapah menjadi panjang akibat dari usaha atau kerja kerasnya ‘striving’ untuk mendapatkan daun-daun (makanan) yang terletak pada dahan yang tinggi. Leher yang dipanjangkan inilah yang diwariskan. Dalam hal ini Lamarck telah memperhitungkan faktor lingkungan dan memperkenalkan hukum Use and Disuse yang artinya organ yang digunakan cenderung akan berkembang sedangkan yang tidak digunakan cenderung akan menyusut. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus dalam bukunya Essay on the Principle Population bahwa tidak ada keseimbangan antara pertambahan penduduk dan jumlah bahan makanan, artinya adanya perjuangan untuk hidup dimana kenaikan produksi bahan makanan menurut deret hitung sedangkan kenaikan jumlah penduduk menurut deret ukur. Teori Lamarck, oleh para ahli sejarah disebut: adaptasi-transformasi.

http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQQ7YfQmsDLwjnSP7kK10M6HkYz0K-i4Kg2zxD6voDLzlrInCn1       http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTVDHk_8j8JuT_X57j8VfIYNxouncraLPU1Qx92b81pfMyKJ2SOWw

Dan sebaliknya hawan yang hidup di gua-gua gelap akan mempunyai mata yang mundur ketajamannya. Hewan itu mempunyai kemampuan untuk selalu memperthankan sifat yang telah mereka miliki dalam usaha menyempurnakan organisasi alat tubuhnya, tetap dipertahankan terus hingga dengan demikian kelak pada suatu ketika berturut-turut terjadilah mahluk hidup dari berbagai kelas dan bangsa, yang disebabkan oleh karena keadaan lingkungan hidupnya yang bermacam-macam.

b. Neo Lamarckisme

Teori Noe Lamarckisme muncul ke arena ilmu Biologi berkat usaha keras Gope, seorang ahli Biologi berkebangsaan Amerika. Teori ini sangat serupa dengan teori Lamarck berkenaan dengan evolusi spesies dan peran beberapa faktor penting seperti kondisi lingkungan hidup, pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh, dan pewarisan karakteristik yang bersifat akuisitas (iktisâbî). Akan tetapi, dalam menanggapi kehendak dan keinginan makhluk hidup untuk mengubah anggota tubuhnya sendiri, teori ini tidak sejalan dengan teori Lamarck. Menurut teori Neo Lamarckisme, makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan mengalami evolusi lantaran pengaruh langsung lingkungan hidup. Generasi-generasi selanjutnya akan mewarisi seluruh perubahan yang bersifat akuisitas ini.
            Zeo Frouy Saint Hailler, seorang ahli Biologi berkebangsaan Prancis, juga memiliki pemikiran seperti Lamarck. Ketika bukunya yang berjudul Falsafeh-ye Tashrîh beredar pada tahun 1818 M., banyak sekali protes yang tertuju kepadanya pada paruh pertama abad ke-19.
1.    Plato (428-348 sebelum masehi)
Ia membayangkan seorang pencipta yang menciptakan sejarah bumi itu mungkin selalu diakhiri suatu bencana yaitu semacam kiamat. Air bah yang diceritakan dalam Kitab Injil, yang memusnahkan ataupun hampir melenyapkan semua mahluk hidup. Sesudah itu Tuhan mungkin menciptakan lagi suatu tumbuhan dan hewan baru.
Jadi teori Cuvier ini pada hakekatnya adalah sama saja dengan teori Linnaeus, akan tetapi penciptaan yang dimaksudnya tejadi berulang-ulang. Cuvier menambahkan mungkin sekali lenyapnya hewan-hewan itu bukanya dimana-mana, dengan demikian ada kemungkinan juga bahwa hewan-hewan yang diciptakan dalam periode yang sudah lampau dari sutu daerah tertentu, kemudian pindah menempati daerah lain yang baru di bumi ini.
            Hal ini berkaitan dengan sebaran hewan atau geografi hewan. Pendapat lain dari Cuvier yang penting adalah bahwa semua hewan dapat dianggap sebagai suku-suku dari suatu deret yang mulai dari hewan bersel satu yang sederhana sampai tingkat manusia. Hal ini dikenal dengan Tangga Dari Alam.
2.    Etienne Geoffroy ST. Hilaire (1722-1844)
Disamping Cuvier dan Lammarck, pada waktu itu di Paris hidup pula seorang ahli ilmu hewan bernama Etienne Geoffroy ST. Hilaire yang mempunyai anggapan yang sama dengan Lammarck dan Geothe. Ia beoendapat bahwa ada sustu hubungan antara hewan-hewan yang mempunyai bentuk dasar dari tubuhnya.


3.    Charles Lyell (1797-1875)
Lyell dilahirkan di Skotlandia. Ia mula-mula belajar hukum di Oxford, kemudian ia menjadi pengacara di London. Akan tetapi ia tertarik sekali akan ilmu geologi, sehingga dengan segera ia menjadi penulis dari perkumpulan geologi. Pada tahun 1831 ia menjadi mahaguru dalam ilmu geologi. Ia diangkat menjadi seorang bangsawan dan setelah meninggal dimakamkan dengan penghormatan bersar di Westminister Abbey di London. Sebagai seorang sarjana besar. Isi teori yang disampaikan oleh Lyell dalam bukunya “Anenquirry How Far The Former Changes of The Earth’s Surface are Referable to Causes Now in Operation” (Suatu Penyelidikan Sampai Kemanakah Perubahan-perubahan yang Terjadi Zaman Dahulu dari Permukaan Bumi ini Dapat Kita Hubungkan Dengan Sebab Musabab Alam Yang sampai Sekarang Masih Terjadi Terus).
Lyell membuktikan dengan contoh-contoh dari penyelidikan geologis bahwa untuk dapat menerangkan struktur dari kulit bumi serta lapisan tanah dibawahnya, tidak perlu beranngapan bahwa di zaman purba dulu tejadi kiamat berturut-turut. Tenaga-tenaga geologi yang sampai sekarang masih bekerja terus, tentu sudah cukup untuk menerapkan stuktur bumi tadi. Tenaga geologi itu misalnya daya erosi air, gerakan kulit bumi, daya gunung berapi dan lain-lainnya. Lebih lanjut Charles Lyell pada awal abad 19 mengembangkan pandangan Hutton yang lebih dahulu kedalam prinsip geologi mengenai “uniformitarianisme” yang diterbitkan dalam bukunya Principle of Geology (1830-1833). Lyell mengemukakan bahwa gunung dan lembah dan ciri-ciri fisik permukaan bumi tidak diciptakan seperti bentuknya sekarang atau tidak dibentuk oleh bencana yang berturut-turut, tetapi terbentuk oleh berlanjutnya proses vulkanis, pergolakan, erosi, glasiasi dan sebagainnya dalam jangka waktu yang sangat lama dan masih berlangsung sampai sekarang.
Uniformitarianisme sangat penting bagi perkembangan lebih lanjut dari pengertian mengenai evolusi organik. Pertama evolusi organik pada satu pihak merupakan penerapan prinsip Uniformitarianisme pada dunia organik. Proses yang pada waktu ini berlangsung dan berlanjut selama periode waktu yang lama dapat menjelaskan mengenai asal-usul spesies. Kedua, dari pemikiran Lyell dapat ditarik kesimpulan bahwa bumi ini jauh lebih tua dari perkiraan Uskup Ussher, yang dibuat dalam tahun 1650 dengan menjumlahkan geneologi dalam buku Kejadian, sehingga ia mendapatkan bahwa bumi ini diciptakan 4000 tahun sebelum masehi. Untuk perubahan organik yang lambat yang terlibat dalam seleksi alam tersedia cukup banyak waktu.


4.    Wilhelm Hofmeister (1824-1877)
Dalam bukunya yang terkenal mengenai sejarah perkembangan Kryptogamen (paku-pakuan dan lumut) telah menulis perubahan dari Jungermanniaceae (suku dari Lumut Hati) yang tak berdaun ke Jungermanniaceae, yang berdaun adalah lambat sekali dan perubahan itu terjadi dengan jalan suatu deret bentuk antara yang sedikit-sedikit bedanya, yang tak ada putus-putusnya. Pernyataan itu adalah sangat berprinsip yang boleh dikatakan benar-benar Darwinistis. Akan tetapi aneh sekali pernyataan itu hanya ditulis sambil lalu saja.

5.    Leopold Von Buch
Leopold Von Buch pada abad 19 telah menarik kesimpulan dari penyebaran tanaman-tanaman di Kepulauan Canari, bahwa karena proses evolusi, maka di dalam jurang-jurang yang dalam, disitu terjadilah jenis-jenis tanaman yang baru dari jenis tertentu.

6.    Robert Chambers (1802-1871)
Ia adalah seorang penerbit dan ahli filsafat alam bangsa Scot. Pada tahun 1844 terbit sebuah buku tak bepenulis yang berjudul “Vertiges of The Natural History of Creation” (Jejak Sejarah Kehidupan Mahluk Hidup), yang sangat laku dijual. Chambers-lah yang menerbitkannya. Oleh karenanya ia berpendapat bahwa pikiran-pikiran yang di muat dalam buku itu niscaya akan mana baik dari perusahaannya. Dan memang ada protes-protes dan cemooh yang hebat mengenai isi buku itu.
Kelak Chambers mengaku bahwa ian yang menulisnya. Di Eropa pun buku itu sangat laku dan diterjemahkan kedalam berbagai bahasa. Terjemahan dalam Bahasa Belanda berjidul tambahan Penciptaan dan Kemajuan perkembangan dari tumbuh-tumbuhan dan binatang-bintang yang dipengaruhi dan dikuasai oleh Hukum-Hukum Alam. Dalam buku ini Generatio Spontanae dibicarakan dengan mendalam sekali, misalnya diceritakan tentang terjadinya kutub dengan pertolongan aliran listrik didalam larutan garam yang jenuh. Disamping itu Chambers juga menyetujui pendapat Lyell yang menyatakan bahwa perubahan kulit bumi yang belangsung secara perlahan-lahan karena  tenaga-tenaga alam itu adalah sesuai dengan kemauan Tuhan.
Akan tetapi tenaga-tenaga alam itu pun bertanggung jawab atas segala perubahan dan pembentukan dari mahluk hidup yang berkembang serasi dan bersama-sama dengan perkembangan bumi ini. Perubahan dari jenis-jenis mahluk hidup dan penciptaan jenis baru yang terus-menerus yang berasal dari jenis yang rendah tingkatannya bagi Chambers sudah pasti seperti anggapan Lammarck, St. Hilaire dan pengikut-pengikutnya.
Akan tetapi Chambers tidak percaya bahwa perubahan-perubahan jenis binatang itu disebabkan karena seringnya pemakaian dan tidak seringnya pemakaian dari alat-alat tubuh, ataupun karena pengaruh yang berlangsung dari keadaan lingkungan hidupnya. Dia berpendapat bahwa keinginan yang sewajarnaya dari mahluk-mahluk itu sendirilah yang menjadi sebab. Ia mengemukakan (Teori Perkembangan Organik). Hal yang berkaitan dengan manusia, juga disinggung oleh Chambers dengan menyatakan bahwa keinginan yang sewajarnya dari mahluk-mahluk itu sendirilah yang menjadi sebab. Ia mengemukakan “Theory of Organic Development” (Teori Perkembangan Organik). Hal ini berkaitan dengan manusia, juga disinggung oleh Chambers dengan menyatakan bahwa terjadinya manusia itu tidak lain adalah dari jenis-jenis binatang-bintang yang lain.

7.    Weismann

http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/SMA/Biologi/Evolusi/images/hal12.jpg
Weismann, seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman yang hidup pada tahun 1834-1912, menyatakan evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap faktor genetis. Variasi yang diwariskan dari induk kepada anaknya bukan diperoleh dari lingkungannya tetapi dengan perubahan diatur oleh faktor genetik atau gen. Weismann memotong ekor tikus sampai 20 generasi, tetapi anaknya tidak ada yang tidak berekor dan percobaan ini menyanggah teori evolusi Lammarck.





B.    Evolusi Masa Darwin
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_BhiCEgqPsoWzq-TSRN-sf1ccvPhltp-nSoqusz-ud0PYwol7NezSz89ANDonv1Lk9YbHMCqp1YWVomaPybYT7_DdzzzsypG42DUEHAGCZcJiSVEHHH1M1iujWK6g_aKlEBOX505RSOU/s320/carles.png
Teori ketiga dicetuskan oleh Charles Robert Darwin, seorang ahli Biologi berkebangsaan Inggris. Ia lahir pada 12 Desember 1809 M. Di permulaan usianya, ia menekuni ilmu kedokteran. Setelah itu, ia mempelajari ilmu agama. Akan tetapi, ia tidak pernah memiliki keinginan untuk menekuni bidang ilmu kedokteran dan juga tidak berminat untuk melakukan tugas-tugas seorang pendeta. Oleh karena itu, ketika mendengar bahwa sebuah kapal laut ingin melancong keliling dunia, ia ikut bersama kapal laut itu dengan tujuan untuk menjelajahi jagad raya ini. Ia menjelajahi lautan dan daratan selama beberapa tahun lamanya. Di sela-sela penjelajahan itu, ia melakukan penelitian ilmiah. Ia meneliti tentang tata cara penciptaan dan kondisi tumbuh-tumbuhan dan binatang. Ketika telah kembali ke negaranya, ia merenungkan, memikirkan, dan meneliti seluruh penemuan yang telah dicatat dalam buku hariannya selama dua puluh tahun. Dari konklusi seluruh hasil penelitiannya ini, ia mengambil kesimpulan bahwa teori kuno harus ditinggalkan dan teori baru; yaitu teori Evolusi Spesies, harus diterima. Menurut keyakinannya, seluruh makhluk hidup berubah menjadi bentuk makhluk hidup yang lain lantaran sebuah proses evolusi dan penyempurnaan, dan tidak ada satu makhluk hidup pun yang diciptakan tanpa adanya sebuah mukadimah dan secara mendadak dan tiba-tiba.
Hal yang penting yang dibawa Darwin dari pelayarannya, bukan terletak pada pengenalan perubahan (walaupun seperti Lyell, ia secara terperinci menyediakan bukti untuk perubahan), namun dalam identifikasinya terhadap mekanisme perubahan.
Lima tahun pelayaran Darwin diatas kapal Beagle merupakan satu pengulangan bukti bagi pemikiran yang telah berkembang secara hasil dari pengamatan dan spekulasi berabad-abad. Dari populasi hidup, ia mengamati variasi-variasi dalam satu tema. Ia mencatat bahwa beberapa bentuk tertentu bisa dihubungkan secara fungsional terhadap lingkungan tertentu.
Mungkin hal yang paling terkenal dari ‘laboratorium alamiah’-nya Darwin adalah kepulauan Galapogos yang terletak jauh dari pantai Amerika Selatan. Disana Darwin sangat berkesan akan pengaruh batas-batas geografis terhadap distribusi sifat-sifat morfologis dalam kelompok yang berhubungan. Dalam perjalanan pulang, Darwin menulis dalam buku catatannya:
Biarlah sepasang binatang diperkenalkan dan berkembang secara perlahan, jauh dari musuhnya. Dengan demikian mereka dapat saling kawin – tidak seorangpun dapat mengatakan hasilnya.
Menurut pemikiran ini, binatang-binatang pada pulau-pulau ini terpisah seharusnya menjadi berbeda jika dipisahkan cukup lama. Oleh karena itu muncullah kura-kura darat, burung-burung mocking, rubah Falkland, rubah Ciloe, kelinci Inggris dan kelinci Irlandia. (1837- 1838).
‘burung-burung kutilang’, Darwin menunjukkan dengan jelas bagaimana bentuk memang disesuaikan dengan fungsi-fungsi yang berbeda dalam lingkugan-lingkungan yang berbeda. Darwin tidak saja menekankan betapa pentingnya geografi dan isolasi pada setiap produksi spesies yang baru, tetapi juga melakukan dedukasi yang tajam, yang hanya dapat dilakuakan oleh orang yang percaya pada bumi yang tidak statis: ‘pembagian geografis bersifat berubah-ubah dan tidak tetap’.
Darwin tidak menerbitkan teorinya sampai dua puluh tahun sesudah ia kembali dari pengembaraannya. Ketaatannya pada agama dan eksperimen-eksperimen selanjutnya menahan dia menerbitkan karyanya sampai ia menerima sebuah kertas kerja dari Alfred Russel Wallace (1828- 1913).
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5d/ARWallace.jpg/150px-ARWallace.jpg                   Wallace juga telah mempelajari fauna dari pulau-pulau (kepulauan Indonesia dan kepulauan Filipina). Ia pun telah membaca Malthus. Wallace juga sampai pada kesimpulan yang dicapai Darwin dan telah mengirim kertas kerja pada Darwin berjudul ‘On The Tendency of Varieties to Depart Indefinitelly from the Original Type’. (kecenderungan Varietas untuk memisahkan diri secara tidak tetap dari tipe aslinya). Darwin bergegas memasukkan kertas kerja tersebut dengan kertas kerjanya sendiri, dan keduanya dibacakan di depan Linnean Society pada 1858 di London.
Pada tahun 1837 M., Darwin menerbitkan sebuah koran dan memuat buah pemikirannya di koran tersebut secara gradual. Pada tanggal 20 Juli 1854, ia berhasil menamatkan penulisan buku Mansha’-e Anva’ dan menerbitkannya pada tanggal 24 Oktober 1859.
Dalam membuktikan teori Tranformisme, Darwin mengajukan riset-riset yang telah dilakukannya tentang embriologi binatang, periode-periode kesempurnaan nenek moyang makhluk hidup sesuai dengan pembuktian fosilologi, dan keserupaan struktur janin manusia dengan ikan dan katak kepada para ahli ilmu Biologi yang hidup semasa dengannya. Ia juga membawakan sebuah bukti bahwa klan manusia masih memiliki hubungan kefamilian dengan klan binatang.
Pada karya tulis pertamanya, Darwin enggan memaparkan masalah penciptaan manusia. Akan tetapi, pada tahun 1871 M., ia memaparkan sebuah pembahasan yang sangat detail tentang asal usul penciptaan manusia dalam sebuah buku yang berjudul Tabar-e Insan (Asal Usul Manusia). Dalam buku ini, ia menjelaskan beberapa sifat lahiriah manusia seperti bentuk wajah, gerakan tangan dan kaki, dan cara berdiri, beberapa karakteristik jiwa seperti menggambarkan, membayangkan, dan merenungkan, dan juga beberapa karakteristik spiritual seperti cinta sesama, naluri cinta, lebih mementingkan kepentingan orang lain, dan karakteristik lainnya. Menurut analisanya, semua itu terjadi berdasarkan perubahan gradual yang pernah dialami oleh nenek moyangnya yang anthropoid, dan bahkan dialami oleh beberapa jenis binatang seperti kera, dalam rangka mempertahankan keabadian diri dan memilih pilihan natural yang harus mereka pilih. Perbedaan yang ada antara manusia dan binatang, baik dari sisi postur tubuh maupun kejiwaan, ia yakini sebagai perbedaan kuantitas belaka, bukan kualitas. Hingga akhir usianya yang berlanjut hingga 73 tahun, ia senantiasa melakukan berbagai kegiatan dan riset ilmiah. Ia meninggal dunia pada tahun 1882 M.
Pada hakikatnya, teori Darwin adalah perluasan cakupan siasat ekonomi klasik terhadap dunia binatang dan tumbuh-tumbuhan. Buku Malthus, seorang ekonom dan pendeta berkebangsaan Inggris, tentang masyarakat banyak mempengaruhi pemikiran Darwin. Dalam bukunya itu, Malthus ingin membuktikan bahwa masyarakat di muka bumi ini akan bertambah sesuai dengan ketentuan progresi numeral (tashâ’ud-e handasî). Hal ini padahal seluruh fasilitas ekonomi tidak mungkin dapat menjamin seluruh kebutuhan manusia. Atas dasar ini, mayoritas manusia yang hidup dalam sebuah generasi harus musnah lantaran sebuah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, paceklik, perang, dan lain sebagainya sebelum mereka menggapai usia balig agar keseimbangan antara jumlah masyarakat dan fasilitas ekonomi tersebut terwujud. Menurut sebuah riset, jumlah umat manusia dalam tempo dua puluh lima tahun akan bertambah dua kali lipat. Jika penambahan jumlah penduduk itu tetap berjalan dalam kurun waktu dua abad, maka jumlah penduduk bumi akan mencapai lima milyard.
Setelah menelaah buku ini, ketika mengajukan interpretasi tentang keseimbangan antara jumlah umat manusia dan binatang, Darwin mengetengahkan teori “perjuangan untuk hidup abadi” (struggle for existence). Perjuangan ini akan terealisasi akibat sebuah pilihan alamiah, dan akhirnya sebuah makhluk yang lebih pantas hidup akan kekal. Pilihan sintetis yang dilakukan oleh manusia dan dengan jalan memperkuat pertumbuhan sebagian tumbuhan dan binatang dapat mewujudkan generasi yang lebih bagus.
Di samping buku Malthus, pemikiran dan percobaan-percobaan yang pernah dilakukan oleh Lamarck dan para pemikir yang lain adalah faktor lain yang memiliki pengaruh besar terhadap teori Darwin. Lamarck membagi bumi dan makhluk hidup ke dalam beberapa periode

Pada periode pertama yang berlangsung selama 2 juta tahun, tidak ada satu makhluk hidup pun yang ada di muka bumi. Pada periode kedua yang berlangsung selama 1 milyard tahun, bumi hanya dihuni oleh makhluk hidup bersel tunggal dan binatang-binatang laut yang sangat sederhana. Pada periode ketiga yang berlangsung selama 360 juta tahun, binatang melata yang hidup di dua alam dan tak bertulang punggung muncul di permukaan bumi. Pada periode keempat yang berlangsung selama 750 juta tahun, binatang mamalia, bangsa ikan, dan burung muncul di permukaan bumi. Pada periode kelima yang belangsung selama 75 juta tahun, makhluk hidup yang lebih sempurna dan manusia anthropoid muncul di permukaan bumi. Pada era 1 juta tahun terakhir, manusia telah berubah menjadi manusia sempurna yang dapat kita lihat sekarang.

Darwin juga banyak terpengaruh oleh pemikiran Cudolfski, pencetus ilmu Paleontologi. Riset-riset yang telah dilakukan oleh Cudolfski membuahkan teori Evolusi Spesies. Dengan mendeklarasikan teori Evolusi Spesies itu, pada hakikatnya Darwin telah mengibarkan bendera perang terbuka melawan ajaran-ajaran fundamental agama Kristen, seperti Isa sebagai juru penyelamat, penciptaan manusia dalam pandangan Taurat, keserupaan Tuhan dengan manusia, teori finalisme, kebertujuan alam wujud, dan kelebihutamaan manusia atas binatang. Meskipun demikian, kita tidak memiliki bukti yang kuat untuk menuduhnya telah berpaling dari agama.

Background Utama Teori Darwin

Background utama teori Evolusi Darwin adalah beberapa hal berikut ini:
Ø  Konsep kausalitas
dalam dunia makhluk hidup, tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi tanpa kausa.
Ø  Konsep gerak
dunia makhluk senantiasa mengalami perubahan.
Ø  Konsep tranformasi kuantitas menjadi tranformasi kualitas
dalam dunia makhluk, seluruh tranformasi kuantitas yang akumulatif (bertumpuk-tumpuk) akan berubah menjadi tranformasi kualitas.
Ø  Konsep kekekalan materi dan energy
antara dunia makhluk hidup dan makhluk tak hidup terjadi proses pertukaran materi      dan energi. Dalam proses pertukaran ini, tidak ada suatu apapun yang akan sirna.

Ø  Konsep antagonism
setiap partikel dari dunia makhluk hidup dan begitu juga keseluruhan dunia tersebut senantiasa memiliki antagonis yang menganugerahkan identitas kepadanya. Proses antagonik dan kontradiksi adalah faktor utama gerak dan pencipta kontradiksi-kontradiksi baru.
Ø  Konsep kombinasi
seluruh antagonis yang ada di dunia makhluk hidup selalu berada dalam konflik. Tapi akhirnya seluruh antagonis itu akan berpadu. Dari perpaduan ini, muncullah sebuah kombinasi baru di dunia wujud, dan kombinasi baru ini juga memiliki antagonis.
Ø  Konsep negasi dalam negasi
setiap sistem, baik berupa organisme individual, spesies, genus, klan, dan lain sebagainya adalah sebuah realita nyata yang akan sirna di sepanjang masa lantaran konflik yang terjadi antar antagonis. Tempat realita itu diambil alih oleh realita nyata baru yang ia sendiri akan sirna pada suatu hari. Hasil dari negasi dalam negasi ini adalah proses tranformasi.

Pondasi Utama Teori Darwin

Dengan mengkombinasikan antara pengalaman empiris dan rasional, Darwin mencetuskan pondasi-pondasi teorinya berikut ini:
a. Pengaruh lingkungan hidup. Darwin mengadopsi konsep ini dari Lamarck.
b. Transformasi aksidental (random variation)
Darwin membawakan banyak bukti bahwa transformasi yang terlihat spele dan terjadi dengan sendirinya dalam anggota setiap spesies terwujud secara aksidental dan saling terwarisi. Tapi berkenaan dengan sumber utama dan kausa transformasi ini, ia hanya mengandalkan rekaan dan sangkaan. Ia menegaskan bahwa teori yang telah ia cetuskan ini—dengan sendirinya—tidak mampu menjelaskan kausa seluruh tranformasi itu. Tujuan utama yang ingin digapai oleh Darwin adalah bahwa transformasi semacam ini memang benar-benar terjadi, dan ia tidak mementingkan faktor apakah yang telah mewujudkannya.
Transformasi aksidental yang terjadi di dunia makhluk hidup tidak keluar dari konsep kausalitas. Transformasi aksidental adalah sebuah proses yang berdasarkan pertimbangan statistik dan perhitungan kemungkinan memiliki nasib yang lebih sedikit untuk bisa terwujud.
Berkenaan dengan hal ini, Darwin menegaskan, “Di dunia binatang liar, banyak sekali kita lihat transformasi yang terjadi secara aksidental. Penggunaan kosa kata ‘aksidental’ tanpa disertai pengakuan yang tegas adalah sebuah pengakuan atas kebodohan kita terhadap kausa-kausa transformasi individual tersebut.”
c. Pertikaian untuk kekal
secara keseluruhan, jumlah makhluk hidup (yang tidak produktif) lebih banyak daripada jumlah makhluk-makhluk hidup yang produktif (dapat menghasilkan keturunan). Sebagian transformasi dapat mewujudkan sebuah kelebihan tak terindera sehubungan dengan perlombaan dan pertikaian dahsyat dalam anggota sebuah spesies atau antara spesies-spesies yang beraneka ragam untuk menggapai kekekalan dalam sebuah lingkungan hidup.[16] Darwin mempelajari terminologi ini dari Malthus, seorang ekonom era abad ke-18.
Ketika menjelaskan pondasi dasar ini, Darwin menegaskan, “Pada saat paceklik, dua binatang karnivora akan saling berperang untuk memperebutkan sepotong daging demi mempertahankan hidup. Meskipun kehidupan setiap tumbuhan bergantung pada air, tetapi eksistensi tumbuhan yang hidup di pinggiran sebuah padang yang tak berair dan tak berumput bergantung pada semangatnya untuk berperang melawan kekeringan. Pengertian konsep pertikaian untuk kekal dapat diumpamakan dengan pertikaian antara benalu dan sebatang pohon yang dihinggapinya. Jika jumlah benalu yang tumbuh di atas sebatang pohon semakin banyak, maka pohon itu akan kering. Untuk mempermudah kita memahami pengertian ini, kami menggunakan terminologi pertikaian untuk kekal.”
Pertikaian untuk kekal adalah konsekuensi yang tak dapat dihindari dari sebuah realita bahwa organisme setiap makhluk hidup memiliki keinginan untuk memperbanyak diri dan berkembang biak. Berdasarkan doktrin Malthus, makhluk hidup yang berkembang biak melalui jalan penanaman biji atau bertelur sudah seharusnya mempersiapkan diri untuk musnah pada suatu periode kehidupannya. Jika tidak demikian, lantaran faktor keinginan setiap makhluk hidup untuk berkembang biak secara geometrikal, maka makhluk hidup akan bertambah banyak dalam waktu yang sangat singkat sehingga dunia manapun tidak akan mampu lagi untuk menampungnya. Karena setiap makhluk hidup dapat lebih banyak menciptakan keturunan dibandingkan dengan makhluk lain yang mampu untuk meneruskan hidup, maka peperangan dan pertikaian di antara anggota sebuah spesies makhluk hidup itu dan dengan spesies makhluk hidup yang lain atau dengan kondisi lingkungan hidupnya pasti harus terjadi. Proses perkembangbiakan ini—tanpa pengecualian—dimiliki oleh seluruh organisme makhluk hidup. Setiap makhluk hidup akan berkembang biak dengan cepat sekali. Jika tidak ada penghalang yang dapat mencegah proses perkembangbiakan ini, niscaya keturunan yang dimiliki oleh sepasang makhluk hidup akan memenuhi seluruh bumi. Manusia juga begitu. Meskipun makhluk ini berkembang biak dengan sangat lambat, akan tetapi dalam kurun waktu dua puluh lima tahun, jumlahnya akan bertambah dua kali lipat. Setelah beberapa ribu tahun, tidak akan ada tempat lagi di atas bumi ini untuk keturunan manusia.
Kami memiliki beberapa contoh untuk realita ini. Untuk pertama kali, sebuah tumbuhan dipindahkan ke sebuah pulau, dan dalam kurun waktu sepuluh tahun, tumbuhan itu telah memenuhi seluruh pulau tersebut. Meskipun terjadi pertikaian dengan seluruh faktor yang ada di lingkungan sekitarnya, tetapi organisme setiap makhluk hidup tetap memiliki keinginan untuk berkembang biak. Tidak boleh kita lupakan bahwa setiap makhluk hidup, baik tua maupun muda, akan mengalami sebuah peperangan yang dahsyat pada suatu periode kehidupannya untuk mempertahankan diri dari kebinasaan. Jika kita dapat membasmi faktor yang dapat menyebabkan kebinasaannya, meskipun faktor itu bersifat sepele, maka jumlah makhluk hidup itu akan bertambah banyak secara menakjubkan. Faktor yang berpengaruh dalam upaya mencegah proses perkembangbiakan itu sangatlah penting.
Darwin meyakini bahwa kondisi sebuah iklim dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sangat berpengaruh dalam menyetabilkan jumlah rata-rata anggota sebuah spesies. Hawa yang sangat dingin pada sebuah musim dingin dan paceklik pada sebuah musim panas dapat mengurangi jumlah anggota sebuah spesies secara gradual. Pertikaian untuk kekal di kalangan binatang dan tumbuh-tumbuhan, begitu juga di kalangan anggota sebuah spesies adalah lebih dahsyat dan lebih serius. Ketika peperangan di kalangan spesies dalam satu genus berubah menjadi pertikaian untuk kekal, meskipun spesies itu banyak memiliki keserupaan bentuk rupa, adat istiadat, dan khususnya postur tubuh, maka peperangan itu akan lebih dahsyat dibandingkan dengan peperangan yang terjadi antara satu spesies yang berasal dari satu genus dengan spesies lain yang berasal dari genus yang berbeda.
d. Konsep pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh
Darwin mempelajari konsep ini dari Lamarck dan memanfaatkannya dalam buku Mansha’-e Anva’. Ketika menjelaskan unsur biologis ini, ia menulis, “Dalam bangsa binatang yang jinak, pemanfaatan (anggota tubuh) menyebabkan penguatan dan pengembangan sebagian anggota tubuhnya. Akan tetapi, jika anggota-anggota tubuh itu tidak dimanfaatkan, maka hal ini akan mewujudkan pengurangan di dalamnya. Tranformasi semacam ini bersifat genetik (warisan). Nenek moyang bangsa burung unta memiliki kebiasaan sebagaimana burung-burung yang lain. Sebuah pilihan dan tindakan secara natural dalam beberapa periode kehidupan yang sangat panjang menyebabkan ukuran dan berat tubuhnya bertambah. Kedua kakinya lantaran senantiasa difungsikan bertambah besar. Sementara itu, kedua sayapnya kehilangan kemampuan untuk terbang secara perlahan-lahan.”

e. Perpindahan karakteristik akuisitif melalui jalan warisan
jika perubahan biologis dan kondisi lingkungan hidup mewujudkan perubahan dalam diri makhluk hidup, dan faktor ini bertindak cepat dalam tindakannya, maka efek-efek kecil akan bertumpuk menjadi satu dan generasi demi generasi akan bertambah kokoh. Ketika perubahan-perubahan itu berpindah kepada keturunan berikutnya, maka hal itu akan menyebabkan perubahan bentuk organik dan spesies-spesies baru akan muncul.
f. Pemilihan spesies terbaik atau kekekalan spesies yang paling bermutu (survival of the fittest)
sebuah pilihan yang terlaksana secara natural akan mengubah bentuk dan kombinasi etika sebuah keturunan dibandingkan dengan nenek moyang mereka. Di samping itu, pilihan ini juga akan menambah proses kelahiran dalam porsi yang lebih banyak di kalangan mereka. Dengan berkurangnya perubahan yang tak diinginkan dan musnahnya sebagian anggota tubuh, sebuah makhluk akan berubah menjadi spesies lain secara gradual. Darwin menamakan proses menghindari perubahan yang membawa kerugian dan memelihara perubahan yang berguna dengan “pilihan natural” atau “kekekalan spesies yang terbaik”. Ia mengambil terminologi ini dari Spencer. Pilihan natural hadir dalam semua medan tanpa suara dan tak terindera sembari memeriksa perubahan-perubahan yang terkecil sekalipun secara detail. Pilihan ini menghilangkan hal-hal yang membahayakan dan menyimpan segala sesuatu yang sesuai dan berguna. Menurut Darwin, setiap perubahan dalam kondisi lingkungan hidup akan membangkitkan keinginan untuk berubah dalam diri makhluk hidup. Di antara sekian perubahan-perubahan yang terjadi, perubahan yang lebih bermanfaat bagi kondisi makhluk hidup berdasarkan pilihan natural akan memiliki nasib untuk kekal dan berkembang. Jika tidak terjadi perubahan apapun, maka pilihan natural tidak akan pernah terjadi. Ya, kita tidak boleh lupa bahwa maksud kami dari perubahan itu hanyalah perubahan kecil yang bersifat individual.
Memperhatikan pilihan artifisial yang dilakukan oleh manusia pada saat menanam tumbuh-tumbuhan dan memelihara binatang, Darwin berhasil menyingkap unsur pilihan natural di alam semesta ini. Tentang pilihan artifisial manusia itu, Darwin menulis, “Manusia tidak mampu mewujudkan kemampuan untuk berubah (dalam diri sesuatu) dan juga tidak bisa mencegah proses perubahan tersebut. Satu-satunya tindakan yang bisa ia lakukan adalah mengumpulkan dan menjaga perubahan-perubahan yang terjadi.” Ketika menjelaskan topik ini, ia lebih lanjut menulis, “Ketika perubahan yang bermanfaat terjadi dalam organisme sebuah makhluk hidup, makhluk hidup yang memiliki perubahan tersebut dalam rangka pertikaian untuk kekal memiliki nasib yang lebih banyak (untuk kekal), dan sesuai dengan konsep warisan turun-temurun, ia akan dilahirkan dengan seluruh karakteristik yang sudah ada itu. Saya menamakan dasar-dasar untuk memelihara perubahan yang bermanfaat dan kekekalan makhluk yang lebih pantas ini dengan pilihan natural.”
Menurut pesepsi Darwin, waktu yang cukup memiliki peranan penting dalam tindak pilihan natural. Yakni jika kita bertanya kepada Darwin mengapa suatu anggota tubuh mengalami perubahan, tetapi mulut lebah tidak memanjang sehingga ia dapat dengan mudah mengisap sari bunga semanggi merah? Atau mengapa ayam unta tidak bisa terbang? Darwin akan menjawab bahwa waktu tidak cukup sehingga pilihan natural tidak dapat menyempurnakan tindakan dan prosesnya yang bersifat gradual.”
Untuk lebih menjelaskan unsur waktu ini lebih lanjut, Darwin membawakan beberapa contoh. Sebagai contoh, srigala menyerang binatang-binatang yang lain dengan cara tipu muslihat, paksaan, atau kadang-kadang dengan cara berlari kencang. Kita asumsikan bahwa lantaran berbagai perubahan di area lingkungan hidup, mangsa srigala yang paling cepat berlari; yaitu rusa, bertambah banyak dan binatang-binatang lain yang sering diserang oleh srigala berkurang secara drastis. Dalam kondisi semacam ini, srigala yang bertubuh ramping dan dapat berlari kencang memiliki nasib yang lebih banyak untuk hidup dan pilihan natural akan memaksanya untuk bertubuh demikian. Ketika manusia ingin menambah kekencangan lari anjing pemburu dan memperbaiki keturunannya, ia juga menggunakan cara pilihan yang bersandarkan pada metode kecepatan.
Darwin tidak hanya membatasi teori pilihan natural ini pada perubahan fisik makhluk hidup. Akan tetapi, pilihan natural ini juga berpengaruh dalam pembentukan nalurinya. Darwin menafsirkan perubahan naluri dalam diri binatang yang beraneka ragam juga dengan unsur pilihan ini. Ketika menjelaskan unsur pilihan natural, Darwin mengisyaratkan hal-hal berikut ini:
• Pilihan natural—dengan bersandarkan pada realita kompetisi yang ada di kalangan makhluk hidup—hanya menyemurnakan (perubahan) makhluk yang hidup di sebuah belahan bumi dibandingkan dengan penghuni lain belahan bumi tersebut (dan tidak ada hubungannya dengan penghuni belahan bumi yang lain).
• Pilihan natural tidak mampu melakukan perubahan yang penting dan secara tiba-tiba. Pilihan natural hanya mampu mengumpulkan perubahan yang ringan, berkesinambungan, dan bermanfaat bagi makhluk hidup, dan itu pun dengan gerakan yang sangat lamban.
• Pilihan natural hanya dapat berpengaruh melalui jalan memelihara dan mengumpulkan perubahan-perubahan yang bermanfaat bagi makhluk hidup dan yang terjadi pada kondisi organik dan non-organik selama periode kehidupannya yang berbeda-beda. Hasil pilihan natural ini adalah perbaikan kondisi makhluk hidup yang sangat menakjubkan terhadap situasi dan kondisi lingkungan hidup yang mendominasi.
• Konsep pilihan natural membuktikan bahwa organisme yang dapat melanjutkan dan bertahan hidup hanyalah organisme yang memiliki serentetan karakteristik yang dapat membantunya dalam menghadapi peperangan melawan kehidupan. Lingkungan hidup akan membinasakan makhluk hidup yang tidak sempurna dan memperkuat makhluk hidup yang lebih memiliki kesiapan untuk melanjutkan kehidupan. Menurut Darwin, pilihan natural melakukan dua hal: (1) mewujudkan keseimbangan logis antara tatanan tubuh sebuah makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya dan (2) mengembangkan organisme tubuh dari organisme yang lebih sederhana kepada organisme yang lebih sempurna dan dari organisme yang rendah kepada organisme yang tinggi.
• Pilihan natural terwujud lantaran pertikaian untuk kekal dan pertikaian untuk kekal akan terjadi apabila makhluk hidup menghadapi ketidakseimbangan prasarana hidup yang disebabkan oleh proses perkembangbiakan yang melebihi batas yang normal dan berlangsung sangat cepat.
• Teori Evolusi melalui jalan pilihan natural dapat musnah apabila salah satu karakteristik dan sifat berbahaya atau tidak bermanfaat lagi bagi anggota sebuah spesies. Akan tetapi, karakteristik dan sifat-sifat itu masih dimanfaatkan oleh spesies yang lain.
• Kosa kata “makhluk yang lebih pantas” (ashlah) dalam konsep “memilih makhluk yang lebih pantas” berarti kelebihserasian sebuah makhluk hidup dengan lingkungan hidup dan kelebihmampuannya untuk tetap bertahan hidup, bukan berarti kesempurnaan yang lebih sempurna.

Darwin dan Manusia

Darwin berkeyakinan bahwa perbedaan antara manusia dan binatang, baik dari sisi postur tubuh maupun kejiwaan, hanya bersifat kuantitas. Ia tidak meyakini adanya perbedaan kualitas antara kedua makhluk ini. Atas dasar ini, perasaan, pemahaman rasional, naluri, keinginan, rasa cinta dan benci, dan lain sebagainya juga dimiliki oleh binatang-binatang hina dalam bentuk yang sangat primitif dan kadang-kadang pula dalam bentuk yang sudah sempurna. Darwin bersiteguh bahwa nenek moyang manusia yang berkaki empat pada mulanya berdiri dengan menggunakan dua kaki belakangnya, tetapi tidak secara sempurna. Realita ini adalah permulaan ditemukannya makhluk hidup berkaki dua. Pertikaian untuk kekal dan perubahan kondisi lingkungan hidup memiliki peran yang sangat penting dalam evolusi manusia. Dalam perubahan kera berbentuk manusia menjadi manusia, Darwin menegaskan bahwa faktor geografis dan ekonomis memiliki saham yang sama. Penjelasannya adalah berikut ini:
Ketika bahan makanan berkurang pada saat pertikaian untuk kekal terjadi, manusia sudah terbiasa mengkonsumsi bahan makanan yang beraneka ragam. Dengan berubah dari herbivora mutlak menjadi omnivora, ia telah mengambil langkah fundamental menuju evolusi. Banyak sekali ilmuwan yang menentang teori ini dan memilih persepsi yang lain. Sebagai contoh, Laille meyakini bahwa manusia menjadi sempurna dengan mengalami mutasi yang tiba-tiba dan tak disangka-sangka. Vallas mengklaim bahwa terwujudnya manusia harus dicari dalam bentuk tertentu dari sebuah evolusi. Ia meyakini bahwa manusia dapat membebaskan dirinya dari cengkeraman alam materi dengan bantuan kecerdasan dan kemampuannya untuk menyediakan pakaian, membuat senjata dan seluruh sarana kehidupan, serta dengan kekuatan yang ia miliki untuk mengubah lingkungan hidup dan susunan internal tubuhnya. Seluruh kemampuan dan kekuatan ini juga mampu mencegah dunia luar untuk memaksa manusia seperti layaknya seluruh binatang yang lain berdamai dengan lingkungan hidupnya. Atas dasar ini, dengan bersandar pada keistimewaan dan karasteristik yang dimiliki oleh manusia, Vallas mengingkari bahwa teori pemilihan natural dapat dikomparasikan dengan teori Evolusi manusia. Ia berkeyakinan bahwa roh manusia bukan hasil sebuah proses alam. Dengan melontarkan perbedaan antara roh dan badan, serta keserupaan dan perbedaan embriologis dan psikologis yang dimiliki oleh manusia dan binatang, Wismen juga mendeklarasikan penentangannya terhadap teori Darwin.

Evaluasi Teori Darwin

Sampai di sini jelas bagi kita bahwa teori Evolusi Darwin betumpu pada enam dasar. Bangsa binatang dengan perubahan lingkungan hidup yang dialaminya, pertikaian untuk kekal, penggunaan sebagian anggota tubuhnya dan penon-fungsian sebagian anggota tubuh yang lain, mengalami perubahan fisik. Dengan pilihan natural, ia memiliki hal-hal yang sesuai dengan tubuhnya dan membuang hal-hal yang tidak sejalan dengan kondisi fisiknya. Akhirnya, perubahan-perubahan akuisitif ini—melalui jalan waris-mewarisi di sepanjang perjalanan hidup—menyebabkan evolusi di dunia makhluk hidup. Sekarang kita menghadapi dua pertanyaan di bawah ini:
• Apakah seluruh perubahan biologis yang dialami oleh binatang di sepanjang perjalanan hidupnya ini dapat diinterpretasikan dengan teori evolusi?
• Jika terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam teori evolusi, apakah ada sebuah teori lebih unggul yang telah dijadikan sebagai penggantinya atau belum?
Perlu kami ketengahkan di sini bahwa di dunia Eropa, di samping para rohaniawan dan pendeta seperti Hansloe, Sajwick, dan Violle, juga terdapat beberapa ilmuwan yang memiliki kedudukan penting di universtas serta juga memiliki karya dan pengaruh yang sangat besar dalam bidang ilmu biologi menentang teori Darwin. Para ilmuwan kenamaan seperti Louis Agasser (embriolog), Richard Oven (paleontolog), Charles Arsent Birre, dan George Miawart (dua zoolog berkebangsaan Inggris) adalah para penentang teori Darwin yang sangat getol. Pada kesempatan ini, kami akan menyebutkan beberapa kejanggalan yang terdapat dalam teori Darwin.
1. Pertama, sebuah teori ilmiah dipandang dari sisi logika adalah sebuah kaidah universal yang menjelaskan sebuah sistem yang terjadi secara berulang-ulang dan bersifat abadi. Kedua, berdasarkan kaidah tersebut, prediksi sebuah peristiwa dan juga interpretasinya dapat dipahami dengan mudah. Ketiga, ketidakbenaran sebuah kaidah ilmiah dapat dipahami melalui pengalaman. Atas dasar ini, statemen-statemen parsial dan realita di alam nyata seperti “matahari adalah sebuah planet yang sangat panas” dan “Napeleon mengalami kekalahan dalam perang Watherloe”, serta premis-premis yang tidak bisa dieksperimen keluar dari ruang lingkup kaidah ilmiah. Ketika menjelaskan program universal dan kaidah umum kebinasaan dan kekekalan makhluk hidup di medan sejarah, Darwin menegaskan bahwa di masa, tempat, dan iklim tertentu, sekelompok binatang yang tidak memiliki kelayakan untuk kekal akan binasa dan sekelompok binatang yang memiliki kelayakan untuk kekal akan kekal. Kebinasaan dan kekekalan senantiasa adalah hasil kelayakan dan ketidaklayakan seekor binatang.
Sekarang, jika kita bertanya binatang manakah yang akan kekal? Jawabannya adalah binatang yang lebih layak. Jika kita bertanya binatang manakah yang lebih layak? Jawabannya adalah binatang yang akan kekal. Hasilnya, binatang yang akan kekal adalah binatang yang akan kekal.
Jelas, realita ini adalah sebuah sirkulasi logika (dawr mantiqi) yang tersembunyi dalam teori pilihan natural dan kekekalan makhluk yang lebih pantas. Tidak ada tempat pelarian dari sirkulasi ini.
Di samping itu semua, teori pilihan natural tidak pernah menentukan tolok ukur yang pasti untuk membedakan mana binatang yang bisa bertahan hidup dan mana yang tidak bisa bertahan hidup atau mana binatang yang layak dan mana yang tidak layak. Atas dasar teori ini, masa depan sekelompok binatang tidak dapat dipastikan. Sebagai contoh, ketika terjadi pertikaian antara manusia dan kucing untuk tetap hidup kekal, tidak dapat dipastikan siapa yang akan menang? Ketika teori Evolusi tidak mampu untuk memberikan sebuah prediksi, maka teori ini dengan sendirinya akan dapat dibatalkan, karena teori ini bersifat tautologik; yaitu ketika ingin mendefinisikan sebuah klaim, ia harus meminta pertolongan kepada klaim itu sendiri.
Atas dasar ini, teori pilihan natural selalu abstain berkenaan dengan liku-liku dan arah peristiwa yang akan terjadi. Jika manusia tidak terwujud dalam mata rantai sebuah evolusi, niscaya teori pilihan natural akan menafsirkan bahwa tidak ada jalan lain; situasi dan kondisi tidak membantu. Jika sebuah makhluk hidup yang bernama manusia terwujud secara aksidental sekalipun, maka teori ini akan menjustifikasi kekekalan manusia itu berdasarkan kelayakan dan kemampuan yang ia miliki untuk menyelaraskan diri dengan lingkungan hidup. Dengan demikian, mekanisme teori pilihan natural akan memberikan jawaban yang sama dalam menghadapi setiap peristiwa dan tidak akan menampakkan sebuah sensitifitas berkenaan peristiwa apapun. Konsekuensinya adalah teori ini tidak bersifat ilmiah, karena sebuah kaidah ilmiah harus memiliki kemampuan dalam menunjukkan presdiksinya.
2. Jika teori Evolusi adalah sebuah teori yang bersifat universal, maka mengapa hanya sebagian binatang yang berubah menjadi spesies binatang yang lain, padahal sebagian yang lain dari binatang yang sama dan di daerah yang sama pula tetap berbentuk seperti sedia kala? Sebagai contoh, dalam sejarah perkembangan biologis, mengapa sebagian kera telah berubah menjadi manusia, sementara kera-kera yang lain tetap berupa kera seperti sedia kala?
3. Teori perpindahan sifat-sifat akuisitif kepada generasi-generasi yang akan datang melalui jalan waris-mewarisi sebagai salah satu pondasi teori Lamarck dan Darwin telah berhasil dibatalkan oleh para ilmuwan embriolog pada masa kini. Dalam berbagai eksperimen, mereka melakukan penelitian atas berbagai kasus seperti penderita penyakit yang terpotong salah satu anggota tubuhnya, penggunaan dan non-penggunaan anggota tubuh, dan pendidikan serta pengajaran selama dua puluh dua generasi. Akan tetapi, mereka tidak pernah sampai pada kesimpulan adanya perpindahan sifat-sifat akuisitif tersebut. Lebih penting dari itu, khitan anak laki-laki yang dilakukan oleh muslimin dan para pengikut agama Kalimi dan telah berlanjut selama berabad-abad adalah contoh eksperimen paling jitu yang hingga sekarang belum berubah menjadi sebuah warisan secara turun-temurun. Dengan kata lain, hanya perubahan-perubahan yang terdapat dalam sel-sel seksual dapat berpindah kepada generasi-generasi mendatang.
4. Darwin sangat memberikan perhatian khusus terhadap unsur pertikaian untuk kekal. Padahal hubungan antar makhluk hidup tidak hanya terbatas pada perang dan pertikaian. Banyak sekali bentuk saling tolong-menolong dan gotong royong yang terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari.
5. Dr. Louis Leykee dan istrinya pernah mengadakan sebuah riset untuk menemukan fosil-fosil manusia pra sejarah di belahan timur Afrika. Riset ini berlangsung selama tiga puluh tahun. Mereka menemukan sebuah tengkorak yang betul-betul serupa dengan tengkorak kepala manusia. Pemilik tengkorak itu pernah hidup sekitar dua juta tahun silam dan memiliki dagu yang serupa dengan dagu manusia. Wajahnya lebar dan rata, serta memiliki dagu yang berbentuk bujur sangkar. Tengkorak ini sama sekali tidak memiliki keserupaan dengan kera. Dengan adanya penemuan-penemuan semacam ini, teori Darwin sedikit banyak mengalami kegoncangan dan kejanggalan.
6. Kaidah adaptasi dengan lingkungan hidup tidak selamanya menyebabkan penggunaan dan non-penggunaan anggota tubuh yang akhirnya akan menyebabkan sebuah evolusi spesies. Sebagai contoh, Mr. Payne pernah melakukan penelitian terhadap lalat cuka yang dipelihara dalam sebuah tempat yang gelap gulita selama enam puluh sembilan generasi secara berturut-turut. Meskipun lalat itu telah beradaptasi dengan lingkungannya, akan tetapi mata generasi lalat yang terakhir tetap berbentuk normal.
7. Teori Darwin lebih menitikberatkan pada bukti-bukti penemuan paleontologis, embriologis, dan anatomi komparatif. Semua bukti itu hanya bersandarkan pada prasangka yang tidak dapat mendatangkan keyakinan dan hanya bersifat parsial. Atas dasar ini, teori ini tidak dapat dipopularisasikan sebagai sebuah teori ilmiah. Hanya keserupaan yang dimiliki oleh janin-janin binatang atau perbandingan beberapa unsur binatang dan keserupaan yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut tidak dapat dijadikan sebagai bukti atas keilmiahan sebuah teori.
8. Menurut hemat kami, pondasi dan pilar-pilar teori Darwin tidak mampu untuk menginterpretasikan banyak hakikat seperti naluri, ilham, akal, dan lain sebagainya, meskipun ia sendiri bersikeras ingin membuktikan kemampuan teorinya dalam hal ini.
9. Darwin meyakini bahwa perbedaan antara perasaan manusia dan kera yang berupa manusia hanya bersifat kuantitas. Padahal jika kita meneliti seluruh periode belajar, perkembangan, dan stimulasi dengan jeli, niscaya perbedaan kualitas antara dua makhluk ini sangat jelas dan gamblang. Dengan kata lain, perbedaan kuantitas yang dimiliki oleh kedua makhluk ini menjadi sumber kemunculan sebuah perbedaan kualitas.
10. Sebagian orang ingin memanfaatkan unsur pilihan natural dalam realita-realita yang bersifat sosial. Padahal konsep ini tidak memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan banyak realita sosial, seperti realita kemunculan dan kesirnaan peradaban.
11. Para pembela teori Transformisme hingga kini belum mampu mengenal mata rantai terakhir pemisah antara manusia dan binatang sehingga rantai kesempurnaan itu dapat mencapai kesempurnaan puncaknya. Realita ini menghikayatkan kelemahan teori ini.
12. Hasil penelitian para ilmuwan Jerman berkenaan dengan evolusi manusia melaporkan, “Berdasarkan riset genetik modern yang telah dilaksanakan di Jerman, seluruh teori Evolusi yang telah dicetuskan oleh akal manusia itu tidak memiliki makna. Berdasarkan laporan Pusat Berita Negara menukil dari Kantor Pusat Televisi CNN, sebuah riset ilmiah modern melakukan penelitian ulang atas teori ilmiah yang telah berhasil menyita pikiran para ilmuwan selama bertahun-tahun itu. Riset ilmiah ini membuktikan bahwa seluruh klaim teori Evolusi adalah keliru.”
“Menurut laporan ini, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan atas DNA sebuah fosil jasad manusia Neondertal yang pernah hidup pada seratus ribu tahun yang lalu, manusia itu secara genetik tidak memiliki keserupaan sama sekali dengan DNA kera yang selama ini dianggap sebagai nenek moyang manusia yang hidup pada masa sekarang ini.”
“Laporan ini juga menegaskan, padahal banyak sekali keserupaan yang dimiliki oleh manusia Neondertal dengan manusia yang hidup di masa kini, akan tetapi semua itu tidak bisa dianggap sebagai bukti-bukti ilmiah. Menurut keyakinan salah seorang ahli berkebangsaan Amerika yang telah melakukan penelitian dalam bidang sejarah evolusi manusia, riset yang telah dilakukan oleh para ilmuwan Jerman itu adalah lebih penting daripada peristiwa landing-nya sebuah pesawat ruang angkasa di planet Mars.”

Neo Darwinisme

*      Teori Mutasi (Perubahan Secara Tiba-Tiba)

Teori Mutasi adalah teori kelima dari sekian teori Evolusi. Terori ini meyakini bahwa perubahan gen yang terjadi dengan tiba-tiba dan sekaligus menyebabkan perubahan yang bersifat patrimonial dalam diri spesies. Evolusi tumbuh-tumbuhan dan binatang terjadi melalui cara ini. Dengan bersandar pada teori ini, para ilmuwan dapat menjustifikasi dan menafsirkan evolusi yang terjadi pada berbagai spesies dengan lebih baik.
Teori ini dicetuskan oleh Hugo Deoufris, seorang botanis berkebangsaan Belgia. Teori ini mengklaim bahwa sebagian biji tumbuh-tumbuhan, meskipun memiliki keserupaan yang sempurna dengan spesies-spesiesnya, mengalami perubahan spesies dan karakteristik. Perubahan ini terjadi dengan tiba-tiba, sekaligus, dan tanpa terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar lingkungan hidup. Perubahan ini akan berpindah kepada generasi berikutnya melalui jalan gen. Dari sejak ilmu genetika berkembang pesat dikalangan para penggandrungnya, teori Mutasi sebagai sebuah teori ilmiah menjadi pengganti seluruh teori yang lain.

*      Efek dan Pengaruh Teori Darwin

Pandangan dan pemikiran Darwin, seperti persepsi dan teori Newton, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap dunia pemikiran yang berkembang di dunia ini. Dengan mencetuskan teori naturalistis dan interpretasi vehikularnya terhadap dunia biologis, Newton telah berhasil mengubah Monoteisme yang bersandarkan pada ajaran wahyu menjadi Monotoisme Naturalis atau Deisme. Darwin, dengan teori Evolusinya di dunia biologis, juga telah berhasil menanamkan efek dan pengaruhnya dalam bidang agama, akhlak, sosiologi, dan antropologi. Atas dasar ini, hendaknya kita senantiasa memperhatikan satu poin. Yaitu, meskipun Darwin dikenal sebagai seorang ahli biologi, akan tetapi teori Evolusinya—yang notabene banyak dipengaruhi oleh aliran pemikiran logika dan pondasi dasar teori dialektika Hegel, serta dasar-dasar pemikiran Lamarck dan para pemikir yang lain—memiliki pengaruh yang sangat luas terhadap mayoritas aliran pemikiran filsafat, teologi, sosiologi, humanisme, dan biologi.
Proses ilmiah ini berhasil mewujudkan relasi-relasi baru antara bidang-bidang ilmu pengetahuan dalam kerangka pemikiran manusia. Sebelum Darwin, banyak ilmuwan dan ahli biologi seperti Boufon, Lamarck, dan lain-lain yang mengusulkan teori Evolusi dalam bidang ilmu biologi, geologi, kimia, dan bidang-bidang ilmu pengetahuan yang lain. Akan tetapi, lantaran beberapa alasan seperti kelemahan argumentasi dan bukti-bukti yang diajukan, teori mereka tidak berhasil menarik perhatian dan reaksi masyarakat kala itu, dan para penafsir kitab-kitab suci dalam usaha memerangi mereka dengan mudah berhasil menyelamatkan kitab-kitab suci mereka dari kemelut kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan agama dengan sedikit justifikasi dan penafsiran. Sebagai contoh, ketika David Hume dan August Comte melontarkan kritik terhadap banyak argumentasi tentang pembuktian Tuhan seperti argumentasi kekokohan ciptaan alam semesta, mereka membela argumentasi tersebut dan akhirnya berhasil mempertahankan opini masyarakat umum.
Akan tetapi, kemunculan teori Evolusi Darwin mewujudkan sebuah gebrakan baru. Penafsiran perubahan alam biologis dengan unsur pertikaian untuk kekal, unsur pilihan natural, perpindahan karakteristik akuisitif kepada generasi berikut, pergantian spesies lama menjadi spesies baru, klaim bahwa makhluk hidup yang sekarang kita lihat ini terwujud dari makhluk masa lalu yang bersel tunggal dan manusia memiliki hubungan kefamilian dengan spesies-spesies makhluk hidup yang lain, dan—ringkasnya—usulan teori Transformisme, semua pondasi dan dasar pemikiran ini berhasil mendatangkan sebuah pukulan yang sangat telak terhadap pemikiran religius di dunia Eropa dan imbas ledakan pukulan ini juga mempengaruhi dunia Islam. Hingga kini, lebih dari satu abad, teori Darwin berhasil menghadapkan kedua teori pemikiran itu sebagai dua musuh yang saling berjibaku.
Pada kesempatan ini, kami akan mengemukan sebagian efek dan imbas teori Evolusi Darwin sehingga akhirnya nanti kita bisa menilai kebenaran atau kesalahan sebagian klaim yang diajukan oleh sebagian pemikir dan ilmuwan dunia.
Pada tahun 1859, Charles Darwin menerbitkan bukunya dengan judul On the Origin of Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in The Struggle for Life. Dalam bukunya ini ditekankan bahwa untuk dapat bertahan hidup agar tidak punah perlu adanya perjuangan untuk hidup.
Teori evolusi Darwin merupakan teori yang didasar atas fakta-fakta hasil observasi baik dari lingkungan sekitarnya maupun dari peristiwa alam yang sesunggguhnya. Sebelumnya pada tahun 1858 Yoseph Hoken menerbitkan bukunya yang berjudul On the Tendency of Species to Form Variation, and on the Perpetuation of Varieties and Species by Natural Mean of Sleection. Buku ini diterbitkan sebagai upaya menggabungkan pendapat Charles Darwin dan Alfred Wallace.

Gagasan Charles Darwin dan Alfred Wallace tentang evolusi ditandai dengan adanya tiga observasi dan dua kesimpulan, yaitu:

Observasi           : Bila tidak ada tekanan dari lingkungannya, makhluk hidup cenderung     untuk memperbanyak diri seperti deret ukur.
Observasi           : Dalam kondisi lapangan, meskipun anggota populasi sering berubah dalam jangka waktu yang panjang, besarnya populasi adalah tetap.
Kesimpulan        : Tidak semua telur dan sperma dapat menjadi zigot. Tidak semua zigot menjadi dewasa. Tidak semua makhluk dewasa dapat bertahan dan mengadakan reproduksi. Untuk dapat bertahan perlu adanya perjuangan.
Observasi           : Tidak semua anggota suatu spesies adalah sama, dengan perkataan lain terjadi variasi dalam spesies.
Kesimpulan        : Dalam perjuangan untuk hidup, varian yang baik akan menikmati hasil kompetisi terhadap varian lain. Varian tersebut akan berkembang menjadi lebih banyak secara proporsional dan akan mempunyai keturunan secara proporsional pula.

Asal mula spesies telah dipermasalahkan dengan pengertian bahwa apa yang dinamakan spesies (baru) terjadi melalui seleksi alam, dan lingkungan hidup telah diperhitungkan. Suatiu kelebihan dibandingkan dengan para pendahulunya, Charles Darwin telah menyadari bahwa makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Cambridge, dan melakukan perjalanan mengelilingi dunia dengan para ahli ilmu alam melalui ekspedisi H.M.S. Beagle (1832 – 1837) dan juga pada ekspedisi Beagle yang berikutnya (1837 – 1838) ke kepulauan Galapagos, Darwin mengalami masa-masa yang paling krusial dalam kehidupannya berkenaan dengan kenyataan yang terlihat di alam. Dalam ekspedisi ini yang dikerjakan oleh Darwin adalah mengoleksi burung-burung (burung Finch) yang terdapat atau hidup di kepulauan Galapagos. Kenyataan yang dilihat Darwin, bahwa terdapat variasi paruh burung Finch dari satu pulau dengan pulau yang lain di kepulauan Galapagos. Awalnya, Darwin menduga bahwa semua burung Finch yang terdapat di kepulauan Galapagos adalah satu spesies, tetapi kenyataannya setiap pulau memiliki spesies berbeda. Ia menduga bahwa burung-burung finch mengalami perubahan dari suatu nenek moyang yang sama. Dari kenyataan ini Darwin menerima idea yang menyatakan bahwa spesies dapat berubah.
Tahap berikutnya, ia mengemukakan teori yang dapat menjelaskan mengapa spesies berubah. Ia mencatat dalam buku catatannya bahwa ada waktu dimana organisme berjuang untuk tetap hidup (survive). Teorinya tidak hanya menjelaskan mengapa spesies berubah, tetapi juga mengapa mereka (burung finch) terbentuk berjuang untuk hidup. Perjuangan untuk hidup (struggle for existence), menghasilkan adaptasi ciri-ciri atau karakter terbaik yang dapat memunginkan organisme tersebut tetap survive kemudian menurunkan ciri-ciri tersebut ke-offspring dan secara otomatis meningkatkan frekuensi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sementara kenyataan lain menunjukkan bahwa lingkungan tidak pernah tetap, tetapi selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Gagasan evolusi yang dicetuskan oleh Charles Darwin diilhami oleh beberapa pendahulunya, antara lain:
(1) Erasmus, kakek Charles Darwin
(2) Thomas Robert Malthus, ahli ekonomi
(3) Charles Lyell, yang ahli geologi
(4) Jean Baptista Lamarck.
Erasmus Darwin dalam bukunya “Zoonomia”, menyatakan bahwa kehidupan itu berasal dari asal mula yang sama, dan bahwa respons fungsional akan diwariskan pada keturunannya. Thomas Robert Maltus menarik bagi Charles Darwin yang selanjutnya memunculkan kata, “perjuangan untuk hidup”.
Thomas Robert Maltus mengemukakan pada bukunya “Essay On the Principle of Population as it Affect the Fulture Improvement of Man Kind”, bahwa tidak ada keseimbangan antara pertambahan penduduk dan makanan.
Dari Charles Lyell, Darwin mendapat ilham tentang adanya variasi karena pengaruh alam. Dalam bukunya “Priciple of Geology”  ia mengemukakan bahwa perubahan terus menerus pada bumi, masih terus berlangsung hingga kini.
Walaupun gagasan Lamarck tidak disetujui Darwin sepenuhnya, ia tidak menolak gagasan Lamarck tentang diwariskannya sifat yang didapat (acquired character). Terjemahan Darwin tentang sifat yang didapat, yang lebih berbeda dengan Lamarck adalah mengenai sejarah panjang leher jerapah.
Pada dasarnya teori Darwin dapat dibedakan atas dua hal pokok yaitu konsep tentang perubahan evolutif dan konsep mengenai seleksi alam. Dalam hal ini Darwin menolak pendapat bahwa makhluk hidup adalah produk ciptaan yang tak dapat berubah. Makhluk hidup yang sekarang adalah produk dari perubahan sedikit demi sedikitdari nenek moyang/dari makhluk asal yang berbeda dengan yang sekarang. Selanjutnya seleksi alam yang menuntun terjadinya perubahan tersebut.
Konsep perubahan secara evolusi dari makhluk hidup merupakan kesimpulan Darwin dari adanya fosil-fosil yang ditemukan pada permulaan abad 19. Apa yang ditemukan tersebut berbeda dengan makhluk yang ada sekarang dan walaupun tidak sepenuhnya meyakinkan, fosil pada lapisan berbeda, berbeda pula dan dari lapisan satu ke lapisan berikutnya, terlihat adanya perubahan berkesinambungan, meskipun tidak sepenuhnya dan hanya lokasi-lokasi tertentu. Dan juga penting untuk kejelasan kesinambungan tersebut perlu pengamatan dan interpretasi yang tajam. Kesinambungan yang didasarkan pada kemiripan fosil-fosil tersebut, bagi para ahli dapat memberikan gambaran prediktif akan bentuk-bentuk fosil yang diharapkan dapat ditemukan.
Darwin telah menghabiskan waktu sekitar 20 tahun untuk mengumpulkan data lapangan yang kemudian disusunnya dalam suatu deretan fakta yang sangat banyak. Fakta tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk hidup, dan atas dasar fakta tersebut Darwin menrumuskan wawasannya tentang seleksi alam, dengan mengemukakan 2 makna wawasan yaitu adanya evolusi organik dan evolusi organik terjadi karena peristiwa seleksi alam.
1)    Fakta yang menjadi dasar Teori Seleksi Alam Darwin yang dikenal sebagai prinsip-prisip seleksi alam Darwin adalah
a.    Fertilitas makhluk hidup yang tinggi
Oleh karena tingkat kesuburan makhluk hidup yang tinggi, amka apabila tidak hambatan atas perkembangbiakan suatu spesies dalam waktu yang singkat seluruh dunia tidak akan mampu menampungnya
Akan tertapi kenyataan yang terjadi tidaklah demikian, dan itulah merupakan fakta yang kedua.
b.    Jumlah individu secara keseluruhan yang hampir tidak berubah
Sekalipun tingkat kesuburan tinggi namun pada kenyataannya jumlah individu tidak melonjak tanpa terkendali. Nampaknya ada faktor lain yang membatasi dan mengatur pertambahan jumlah individu seuatu spesies di satu tempat. Faktor-faktor pembatas dan yang mengatur jumlah indovidu itulah yang menyebabkan individu-individu yang berhasil tetap hidup tidak banyak jumlahnya sekalipun banyak individu turunan yang dihasilkan tetapi banyak juga yang mati. Secara keseluruhan faktor-faktor pembatas itulah yang menjadi fakta ketiga.
c.    Perjuangan untuk hidup
Supaya dapat tetap hidup setiap makhluk hidup harus “berjuang” baik secara aktif maupun pasif. Pada umumnya perjuangan untuk hidup terjadi karena adanya Persaingan, baik antar individu sespesies atupun yang berlainan spesies; Pemangsaan, termasuk juga parasitisme; Perjuangan terhadap alam lingkungan yang tidak hidup seperti iklim, dsb.
d.    Keanekaragaman dan hereditas
Makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut antara lain berkenaan dengan struktur, tingkah laku, maupun aktifitas. Keanekaragaman terlihat mulai dari tingkat antarfilum/antar divisi, antarklas sampai dengan atar individu se spesies bahkan anatr individu seketurunan. Tidak sedikit ciri yang menyebankan keaneragaman tersebut diturunkan kepada generasi keturunannya, artinya dari generasi ke generasi selalu terdapat keanekaragaman bahkan karena berbagai sebab keanekaragaman tersebut bertambah luas.
Adanya keanekaragaman itulah yang menyebabkan keberhasilan “perjuangan untuk hidup”  tidak sama antar satu individu dengan individu lainnya. Dalam hal ini ada individu yang tidak mustahil jauh lebih berhasil dari yang lainnya. Itu pula alasannya sehingga banyak individu yang mati lebih awal dan pada akhirnya individu pada generasi turunan tidak terlalu melonjak jumlahnya sekalipun individu turunan yang dihasilkan sebenarnya sangat banyak.
e.    Seleksi alam
Kenyataan terdapatnya keberhasilan “perjuangan untuk hidup” yang tidak sama antar individu disebabkan ada individu yang lebih sesuai karena memiliki ciri-ciri yang lebih sesuai dari yang lainnya. Individu yang lebih sesuai inilah yang lebih berhasil dalam “perjuangan untuk hidup”. Individu yang lebih berhasil inilah yang mempunyai peluang lebih besar untuk melanjutkan keturunan dan sekaligus mewariskan ciri-cirinya pada generasi turunannya. Sebaliknya individu yang kurang berhasil lama kelamaan akan tersisih dari generasi ke generasi.
f.      Lingkungan yang terus berubah
Dalam situasi lingkungan yang terus mengalami perubahan, makhluk hidup harus terus menerus mengadakan penyesuaian melalui “perjuangan untuk hidup” yang tiada hentinya.Artinya peristiwa seleksi alam berlangsung tiada hentinya dan sebagai akibatnya pada generasi tertentu akan muncul individu yang memiliki ciri-ciri yang semakin adaptif serta spesifik bagi situasi lingkungan yang melingkupi.
*      Evolusi Organik terjadi karena peristiwa seleksi alam
Makna utama wawasan Darwin dalam teori ini adalah bahwa evolusi organik memang terjdi, dan bahwa evolusi organik tersebut terjadi karena peristiwa seleksi alam. Dalam hubungannya dengan teori seleksi alam Darwin, terdapat kesan yang cukup kuat bahwa  peristiwa seleksi alam adalah sebab utama terjadinya evolusi (G.G. Simpson, Life: An Introduction to Biology, 1957); disamping itu peristiwa seleksi alam diartikan sebagai suatu perjuangan langsung antar individu sespesies ataupun antar spesies (direct combat: C.A. Villec, General Zoology, 1978)
Munculnya teori seleksi alam Darwin ternyata menimbulkan banyak kontroversi di kalangan para ahli biologi. Disamping itu pula mendapatkan reaksi keras dan tantangan. Sejak semula teori seleksi alam Darwin ini ditafsirkan secara keliru sebagai teori yang memperkenalkan bahwa manusia berasal dari kera. Reaksi dan tantangan masih berkelanjutan hingga sekarang dan menjadi demikian kacaunya karena reaksi agama terlebih lagi dengan munculnya buku karya Harun Yahya tentang Runtuhnya Teori Evolusi;. Dalam hal ini makna wawasan Darwin telah dipertentangkan dengan ajaran agama atas dasar persepsi yang salah. Oleh karena itu peluang munculnya pemikiran yang jernih atas teori seleksi alam Darwin berkurang atau hilang sama sekali dan pada akhirnya menutup kemungkinan ditemukannya manfaat terapan dari teori tersebut. Sangat boleh jadi diantara kita tidak sedikit yang masih mempunyai persepsi keliru atas teori seleksi alam Darwin. Sesungguhnya makna wawasan Darwin adalah berkenaan dengan kedua makna yang telah disebutkan sebelumnya dan sama sekali tidak memperkenalkan ajaran yang menyatakan bahwa manusia berasal dari kera. Namun demikian, sebagai suatu teori keilmuan yang berkenaan dengan perkembangan (perubahan) makhluk hidup, pada kenyataannya teori seleksi alam Darwin telah mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Hasil dari pengembangan dan penyempurnaan tersebut telah melahirkan teori/paham baru tentang seleksi alam yang lebih dikenal dengan Neo Darwinisme.

C. Teori Evolusi Pasca Darwin
Pada abad ke-19, terutama semenjak penerbitan buku Darwin "The Origin of Species", pemikiran bahwa kehidupan berevolusi mendapat banyak kritik dan menjadi tema yang controversial. walaupun tidak membahas evolusi manusia secara terang-terangan, bukunya mendapat tantangan keras. Namun demikian, kontroversi ini pada umumnya berkisar dalam implikasi dari teori evolusi di bidang sosial, dan agama. Di dalam komunitas ilmuwan, fakta bahwa organisme berevolusi telah diterima secara luas dan tidak mendapat tantangan.
v  Teori Evolusi vs Agama
Banyak orang yang merasa terganggu dengan pemikiran bahwa alam organic dan alam fisik masing-masing diatur oleh “hukum alam” yang pasti. Bukti-bukti Darwin yang meyakinkan mengenai perubahan organic dan meningkatnya pengertian mengenai asal usul, menyebutkan sebagian besar orang-orang sadar bahwa alam dan agama mempelajari fenomena yang berbeda dan tujuan yang berbeda. (Sihombing, dkk:2007).
Ketika suatu kelompok agama berusaha menyambungkan ajaran mereka dengan teori evolusi melalui berbagai konsep evolusi, banyak pendukung ciptaanisme yang percaya bahwa evolusi berkontradiksi dengan mitos penciptaan yang ditemukan pada ajaran agama mereka.Seperti yang sudah diprediksi oleh Darwin, permasalahan yang paling kontroversial adalah asal usul manusia.
Dalam konteks agama, debat mengenai benar atau tidaknya teori ini memang sangat terkait dengan keyakinan agama bahwa Tuhan adalah pencipta semua makhluk hidup di dunia ini, sementara teori evolusi menyangkal terjadinya fenomena penciptaan tersebut dan menggantikannya dengan suatu konsep evolusi.
(http://taufikurahman.wordpress.com/2008/04/04/mengapa-ada-penolakan-terhadap-teori-evolusi-darwin/)
Di beberapa negara, terutama di Amerika Serikat, pertentangan antara agama dan sains telah mendorong kontroversi penciptaan-evolusi, konflik keagamaan yang pada akhirnya berfokus pada politik dan pendidikan. Disamping itu juga bidang-bidang sains lainnya seperti kosmologi dan ilmu bumi sebenarnya juga bertentangan dengan interpretasi literal banyak teks keagamaan, namun biologi evolusionerlah yang lebih signifikan terlebih menyangkut asal usul manusia dimana menurut teori evolusi manusia bersal dari kera.
(http://klikhimabio.blogspot.com/2009/01/teori-evolusi.html)
Pandangan beberapa agama terhadap teori evolusi Darwin:
1. Islam Bagi darwin dan darwinian teori evolusi kejadian alam dan kehidupan terjadi secara kebetulan dan jika dilihat dalam agama islam itu merupakan hal yang salah besar. Karena berdasarkan keyakinan umat Islam yang tertera dalam kitab sucinya asal-usul kejadian manusia maupun alam adalah sebagai berikut:
·                     Asal mula kejadian alam
Pada proses penciptaan alam di dalam al Qur’an surat fust-shilat ayat 9-12
Dalam surat tersebut di sebutkan allah menciptkan alam dengan sebaik2nya dan di sebutkan bahwa alam tercipta dari satu menjadi banyak.


Dalam ilmu logis berarti
  1. Pada awal proses penciptaan alam, Allah ciptakan dari lentuman besar atau big bang sehingga bongkahan yang menyatu berhamburan memenuhi langit dengan kecepatan yang amat sangat tinggi.
  2. Pecah-pecahan tersebut mengembang ke segenap penjuru.
  3. Pecahan itu yang terdiri dari ruang, materi dan radiasi, kemudian bercampur aduk menjadi lebur (dalam sains di sebut sup kosmos). Lentuman tersebut telah di tulis di sural al-anbiya ayat 30.
  4. Proses selanjutnya adalah suhu bubur kosmos menurun pada tahap ini, jumlah inti atom mulai terbentuk kemudian terjadilah pengelompokan materi.
  5. Sinar atau cahaya mulai muncul dari pengelompokan tadi. Cahaya yang muncur akan mengurangi elektron dari big bang tadi.
  6. Bumi dan planet2 lainnya adalah bagian dari pecahan matahari. Dulu planet dan bumi sangat panas.. Ketika suhu turun kulit planet mengeras, dan akhirnya menjadi daratan
  7. Terjadinya laut karena bercampurnya hidrogen dan oksigen sehingga menghasilkan air.
  8. Sementara kulit bumi terus bergerak maka terciptalah gunung, bukit, dataran tinggi dsb.
  9. Selama kerak keras bumi mengalami pergeseran air mengikir bumi.
  10. Lalu terik matahari menguapkan air yang ada di laut, lalu uap air tersebut jadi awan, lalu jadi air hujan, air hujan jatuh membuat tanah jadi subur
  11. Lalu allah menciptakan tumbuhan, hewan(1pasang tapi berpasang2), manusia (1orang adam).
  12. Lalu allah menciptakan adam tanpa ibu dan ayah
  13. Setelah itu allah menciptakan hawa.
  14. Akhirnya adam dan hawa melakukan berkembang biak
  15. Hingga akhirnya menjadi banyak dan banyak
Jadi, menurut pandangan Islam salah jika darwin mengatakan kalau spesies yang ada yang sekarang ini walaupun telah mengalami perubahan-perubahan adalah keturunan langsung dari spesies yang hidup di muka bumi pada masa silam. Seperti manusia yang menurut Darwin adalah keturunan dari kera. Menurut Islam semua ini ada karena ada yang menciptakan.
(http://kumpulan17.wordpress.com/2009/08/31/pertentangan-teori-darwin-pada-pandangan-islam-bab-penciptaan-alam-semesta/).
2. Kristen
Tahun 1860 terjadi perdebatan antara Louis Agassiz (ilmuwan yang dianggap banyak berjasa dalam membangun ilmu pengetahuan Amerika) yang menentang validitas dari argumentasi Darwin dengan Asa Gray yang mencoba menemukan rekonsiliasi antara Darwinisme dengan ajaran agama Kristen.
Agassiz meyakini bahwa makhluk hidup (spesies) diciptakan oleh Tuhan dan tidak berubah menjadi spesies lain. Menurutnya teori Darwin hanya merupakan suatu dugaan belaka, tanpa dukungan fakta, dan adanya tingkatan kemajuan bentuk hidup dari pengamatan fosil dari suatu strata ke strata berikutnya menunjukkan adanya perencanaan dalam penciptaan makhluk hidup dan bukan merupakan perubahan alami akibat adanya tekanan dari lingkungan.
Sementara itu Asa Gray berpandangan bahwa teori seleksi alam yang diajukan Darwin merupakan instrumen Tuhan dalam penciptaan. Pandangan Gray ini sendiri sebetulnya bertentangan dengan pandangan Darwin yang tidak mempercayai adanya peran Tuhan dalam pembentukan makhluk hidup.
Dalam Alkitab atau kitab suci umat kristiani sendiri mengatakan, dalam Malachi 2: 10: "Have we not all one father? hath not one God created us? why do we deal treacherously every man against his brother, by profaning the covenant of our fathers?" (KJV). Semua manusia berasal dari satu sumber, Bapa sang pencipta, dan Dia hidup tidak hanya 3000 juta tahun yang lalu, bahkan Dia hidup sebelum waktu diciptakan, karena waktu adalah ciptaan daripada Tuhan. Waktu adalah ukuran ruang dan waktu, dan waktu adalah bagian dari alam. Tuhan ada sebelum waktu. "Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir." (Wahyu 22: 13).
(http://www.soulcast.com/post/show/74541/Evolusi-dan-Agama).
Jadi jelas lah bahwa teori Darwin sangat bertentangan dengan paham yang dianut beberapa agama (diantaranya Islam dan Kristen) tentang penciptaan manusia. Namun sedikit disesalkan ketika sampai saat ini masih saja ada umat beragama yang menolak keberadaan dari suatu teori ilmu pengetahuan hanya karena ada perbedaan dengan yang tertulis di dalam kitab suci tanpa adanya telaah yang lebih mendalam dari ayat yang bertentangan itu.
Teori evolusi Charles Darwin, sampai sekarang masih menjadi bahan pertentangan. Terlepas benar tidaknya teori itu, Charles Darwin hanyalah seorang manusia yang tak luput dari kesalahan, namun ilmu tetaplah harus dihormati dan sudah sangat banyak jasanya bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu biologi.
Permasalahan utamanya terlihat pada istilah ‘ kera ‘. Ketika Charles Darwin mengatakan nenek moyang manusia adalah kera ( yang berjalan tegak ), mungkin benar pada saat itu dia sedang mengejek agama, dan dengan membabi buta golongan agama menolaknya. Mungkin kalau Charles Darwin lebih halus dengan tidak mengatakan golongan kera sebagai nenek moyang manusia, mungkin seluruh dunia akan menerimanya
Tentunya Charles Darwin mengemukakan teori itu atas hasil usaha kerasnya selama bertahun-tahun dan bukan tanpa dasar.Penemuan-penemuan baru yang membuka kesalahan teori lama sudah hal yang biasa dalam ilmu pengetahuan, tetapi pembantahan terhadap suatu ilmu dengan tanpa dasar dan kurangnya pendalaman penafsiran adalah hal yang tidak bisa diterima dalam kajian ilmu pengetahuan.
v  Teori evolusi dan teori keilmuan
Teori evolusi darwin adalah suatu hipotesis atau dugaan yang harus di buktikan kebenarannya dengan di dukung penelitian atau penemuan ilmiah seperti menemukan fosil yang mendukung teori tersebut atau penelitian yang membuktikan bahwa mutasi kromoson atau mutasi gen yang menyongkong teori ini dapat di buktikan kebenarannya. http://darwinexpired.blogspot.com/2009/09/mahluk-hidup-menurut-darwin.html

Hugo De Vries (1848-1935)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEAT8SoG7tTog-iHa4FlMX0B7Ylw4f53SP2ZxobrkT-9R71jM7oDBfhGP4Yeo2GFCgw8gjzoJn7uF76DO2Qpb8geVEn6b7FXlBJqW3agxvlu7YRDNUBuPwZGYeqS-RuUDaFu76xFGC3VM/s320/Untitled2.png  
Hugo Vries adalah seorang ahli botani Belanda terkenal karena studi tentang mutasi. Dia adalah salah satu dari tiga ilmuan yang secara mandiri menemukan kembali dan mengukuhkan hukum hereditas sebagaimana yang disampaikan oleh Gregor Mendel.
Ia menjadi profesor botani di Universitas Amsterdam pada tahun 1878. Ia menemukan bentuk-bentuk baru di antara tampilan Evening Primrose Oenothera lamarcklana tumbuh liar di padang rumput limbah. Hal ini menyebabkan dia percaya bahwa evolusi mungkin akan dipelajari oleh metode eksperimental baru. Metode baru ini menganggap sumbangan terbesar bagi ilmu pengetahuan dan menghasilkan suatu pendekatan baru untuk evolusi dan zaman baru dalam sejarahnya.. Nama "mutasi" itu diberikan kepada metode baru menghasilkan spesies baru dan varietas (kultivar) yang ia menunjukkan timbul tidak terduga.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.hcs.ohio-state.edu/hort/history/119.html

Menurut Hugo, evolusi itu berlangsung karena munculnya suatu seri perubahan dalam plasma benih (perubahan-perubahan) genetic yang di sebut mutasi. Perubahan-perubahan itu mungkin sangat besar atau sangat kecil, tetapi perubahan-perubahan itu tidak ekivalen (setara dengan variasi individual. Sejak tahun 1875 para ahli botani mempelajari prose’s-proses dalam plasma sel benih dan hubungannya dengan reproduksi. Dari hasil penelitian diperoleh asal-usul dari variasi yang diwariskan dan sitogenik atau proses-proses genetic yang semuanya penting dalam pengertian prose’s evolusi. Pokok-pokok mutasi itu dapat digolongkan sebagai berikut:
  1. Kromosom-kromosom dalam inti sel mengandung gen-gen ultramikroskopis dan tersusun Linier. Gen-gen itu bertanggung jawab tentang perkembangan karakteristik dalam tiap individu.
  2. Meosis memisahkan anggota pasangan kromosom yang homolog dan membagi dua jumlah total untuk tiap gamet.
  3. Fertilisasi persatuan secara ranom 2 gamet, berasal dari kelamin yang berbeda, menyatukan kromosom-kromosom yang terpisah secara pilihan yang berasal dari orang tuanya, menghasilkan individu-individu yang berbeda kombinasi gennya.
  4. Ini merupakan perubahan dalam plasma sel benih atau ada mutasi dalam gen-gen dan ada penataan kembali kromosom. Kedua proses itu menghasilkan perubahan pemilihan karakteristik yang diteruskan pada generasi berikutnya.
Mutasi ini dapat dengan jelas terlihat pada lalat buah, dan jelas berlangsung dalam alam. Ini berarti selalu terjadi mutasi, muncul individu-individu baru, sehingga populasi spesies itu akan menjadi heterozigot tinggi. (Sihombing, dkk :2007)
Ludvig Wilhelm Johannsen
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_sIvh0UIX9Hz9RYjeMVNJWrABCeEd0Or35gVgz9wyUTFlJ41Q1MZVchCBfj15HqCOd3XfNSYOwMDchoG5qp33d0d-qu58XBMXFqIWfF0vYfIOZsR67myvVR5Ow255QsUhwfGx1HIgj_M/s320/Untitled3.png 
Wilhelm Johannsen (3 Februari 1857 – 11 November 1927) adalah seorang Denmark botani, fisiologi tanaman dan genetika. Di masa mudanya, ia magang kepada seorang apoteker dan bekerja di Denmark dan Jerman mulai tahun 1872 sampai lulus ujian apoteker-nya pada tahun 1879. Pada 1881, ia menjadi asisten di Jurusan Kimia di Laboratorium Carlsberg di bawah kimiawan Johan Kjeldahl.
(http://www.answers.com/topic/wilhelm-johannsen)
Percobaan dengan buncis (1909) dilakukan oleh Johannsen membuktikan bahwa seleksi alam tidak mempengaruhi populasi yang mengadakan silang dalam, setelah beberapa generasi pertama karena variasi yang diturunkan dengan cepat habis. T.H. Morgan salah satu perintis dalam menjalankan hereditas mendukung pendapat bahwa pengetahuan yang lebih banyak mengenai sebab-sebab mutasi akan dengan sendirinya menjelaskan evolusi.
Tahun 1930-an mulai timbul suatu pandangan mengenai evolusi dari berbagai bidang biologi. Penelitiaan Theodosius Donzhansky, George Gaylord Simpson dan Erns Mayr serta para ahli lainnya lambat laun menyebabkan timbulnya teori evolusi sekarang ini yang disebet Neo Darwinisme karena seleksi alam merupakan kunci, tetapi sama sekali bukan satu-satunya cara. (Sihombing, dkk:2007)









Gregor Mandel

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUVYXcPljuffHX-mVkLuXcg6XJ4qKY1njUcHerAXcuTeMeJtyawnG7Dbj-2fKZn0Pev4Vy1OkKiKU_0pi5hTGIc8DoVnT5KFLlSG5i4GQisbOhxJd6bUzZHB_zu0YFyVxS6OYAAxaIs20/s320/Untitled4.pngGregor Johann Mendel (20 Juli 1822 - 6 Januari 1884) adalah seorang Augustinian imam dan ilmuwan, yang memperoleh ketenaran dari ilmu baru genetika untuk studi tentang warisan tertentu pada tanaman. Mendel menunjukkan bahwa pewarisan sifat-sifat khusus, hukum, yang kemudian dinamai menurut namanya.
(http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|idu=http://en.wikipedia.org/wiki/Gregor_Mendel)
Pada abad ke-19 maka timbul suatu pandangan mengenai evolusi dari berbagai bidang-bidang biologi diantaranya bidang genetika. Gregor Mandel mulai merumuskan dua hokum berdasarkan penyilangan tumbuhan kacang polong (Pisum sativum) yang bertahun-tahun lamanya. Kedua hokum tersebut hingga kini menjadi dasar bagi semua pengertian tentang genetika.
Teori ini dipelopori oleh George Mendel. Ia mengemukakan teori genetika yang menyangkut adanya sejumlah sifat yang dikode oleh satu macam gen. Dengan demikian banyaknya variasi alel menentukan kemampuan terhadap ketahanan untuk dapat terus hidup. Hanya saja pada zaman George Mendel, teori genetika belum dipahami dan belum diperkirakan dapat dimanfaatkan untuk menerangkan teori yang lain. Teori genetika mengalami stagnasi hampir selama 35 tahun sejak dikemukakan, dan baru disadari kegunaannya di awal abad ke-20.
ü  Hukum Pertama Mendel
Berdasarkan eksperimen persilangan yang dilakukan Mendel dengan menggunakan satu sifat beda (ingat pelajaran Genetika Dasar mengenai persilangan Monohibdira) dari tanaman kacang ercis (Pisum sativum), Mendel menarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan pertama yang dinyatakan oleh Mendel bahwa, setiap ciri dikendalikan oleh dua macam informasi (faktor tertentu) dari parental. Satu informasi (faktor) berasal dari sel jantan dan satu informasi (faktor) yang lain berasal dari sel betina. Kedua informasi (faktor) ini yang sekarang dikenal dengan istilah gen (pembawa sifat keturunan).
Mendel mengungkapkan bahwa kedua informasi (faktor) ini akan berpisah pada saat pembentukan gamet dan kemudian akan menentukan ciri-ciri atau sifat yang akan nampak pada keturunan. Sekarang konsep ini yang dikenal dengan Hukum Mendel Pertama – Hukum Segregasi.
Dari setiap ciri dalam kacang ercis yang diteliti oleh Mendel, terdapat satu ciri yang dominan sedangkan yang lainnya terpendam (resesif). Induk “galur murni” dengan ciri dominan mempunyai sepasang gen dominan (AA) yang pada saat pembentukan gamet hanya akan memberikan satu gen dominan (A). Induk “galur murni” dengan ciri terpendam mempunyai sepasang gen resesif (aa) yang pada saat pembentukan gamet hanya akan memberikan satu gen resesif (a). Dengan demikian keturunan pada generasi pertama menerima satu gen dominan dan satu gen resesif (Aa) yang menunjukkan ciri gen dominan.
Bila keturunan ini berbiak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua, dimana sel-sel (induk jantan) dan sel-sel (induk betina) masing-masing mengandung satu gen dominan (A) dan satu gen resesif (a). Oleh karena itu, ada empat kombinasi yang mungkin terjadi yaitu: AA, Aa, Aa, dan aa. Tiga kombinasi yang pertama menghasilkan keturunan dengan ciri dominan, sedangkan kombinasi terakhir menghasilkan keturunan dengan ciri resesif.
ü  Hukum Kedua Mendel
Mendel kemudian melakukan penyelidikan terhadap kacang ercis (Pisum zativum) dengan dua ciri atau tanda beda sekaligus, yakni bentuk benih (bundar atau keriput) dan warna benih (kuning atau hijau). Mendel melakukan persilangan antara tumbuhan yang selalu menunjukkan ciri-ciri dominan (bentuk bundar dan warna kuning) dengan tumbuhan berciri terpendam (bentuk keriput dan warna hijau). Sekali lagi, ciri terpendam (resesif) tidak muncul pada keturunan generasi pertama. Jadi, semua tumbuhan generasi pertama mempunyai ciri kuning bundar.
Namun, tumbuhan generasi kedua mempunyai empat macam ciri benih yang berbeda yakni, bundar dan kuning, bundar dan hijau, keriput dan kuning, serta keriput dan hijau. Keempat macam ciri ini terbagi dalam perbandingan kira-kira 9 : 3 : 3 : 1Mendel mengecek hasil ini dengan kombinasi dua ciri lain. Ternyata perbandingan yang sama muncul lagi. Perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 menunjukkan bahwa kedua ciri dari masing-masing induk tidak saling tergantung, namun dapat berpadu bebas. Hasil ini disebut Hukum kedua Mendel (Hukum Independet assorment- berpadu bebas).
Eksperimen Mendel menunjukkan bahwa ketika tanaman induk membentuk sel-sel gamet jantan dan betina, semua kombinasi bahan genetik dalam keturunannya, dan selalu dalam proporsi yang sama dalam setap generasi. Informasi genetik selalu ada meskipun ciri tertentu tidak tampak di dalam beberapa generasi karena didominasi oleh gen yang lebih kuat. Dalam generasi berikut, bila ciri dominan tidak ada, maka ciri terpendam (resesif) akan muncul lagi.
ü  Pentingnya Karya Mendel dalam Evolusi
Temuan Mendel mempunyai implikasi penting. Karyanya membantah adanya teori percampuran dalam keturunan (The Blending Theory of Inheritance) yaitu, pemikiran bahwa ciri-ciri orang tua diwariskan kepada anak dan kemudian bercampur, lalu diwariskan ke generasi berikut dalam bentuk campuran. Di kalangan manusia, ungkapan yang menyatakan seseorang berdarah campuran, sebenarnya berawal pada teori ini.
Eksperimen Mendel membuktikan justru kebalikannyalah yang benar; yakni faktor genetik ciri atau sifat yang diwarisi dari orang tua hanya bergabung untuk sementara waktu dalam diri anak, dan dalam generasi berikutnya faktor genetik tersebut akan pecah atau memisah lagi menjadi satuan-satuan yang ada pada induk aslinya. Perbandingan antara teori atau hukum Mendel dengan teori percampuran sifat.
Diagram tersebut menunjukkan bahwa teori percampuran ternyata menghasilkan keseragaman sedangkan eksperimen Mendel menunjukkan hasil keturunan yang beragam. Berdasarkan kedua teori tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa teori pewarisan menurut Mendel memberi peluang kejadian evolusi biologi makluk hidup.
Teori keempat dari teori Evolusi adalah teori Neo Darwinisme. Teori ini dibangun oleh August Wisman, seorang zoolog berkebangsaan Jerman. Ia mengkritik dan mengingkari adanya perpindahan sifat-sifat akuisitif kepada generasi-generasi berikutnya. Akan tetapi, ia mengklasifikan sel-sel makhluk hidup dalam dua kategori: (a) sel Germin (seks) dan (b) sel Soma (anatomi). Kemudian, dengan mencetuskan teori Plasma Janin (Plasma Embryogenique) dan bahwa materi itu hanya dimonopoli oleh sel-sel seksual, ia berhasil menafsirkan tata cara perpindahan sifat dan karakteristik kepada generasi-generasi berikutnya. Ia menamakan materi ini dengan Materi Patrimonial.
Menurut Wisman, karena sel-sel Soma akan sirna setelah sebuah makhluk hidup mati, perubahan-perubahan akuisitif tidak akan berpindah kepada generasi berikutnya melalui sel ini. Hanya perubahan yang terdapat dalam sel-sel Germin dan tersimpan dalam kelenjar seksual akan berpengaruh dan dapat berpindah kepada generasi berikutnya. Para penganut teori Neo Darwinisme menggunakan Materi Patrimonial untuk melontarkan kritikan terhadap para penganut teori Darwinisme. Mereka meyakini bahwa materi ini bersifat abadi, tak berubah-ubah, dan kebal terhadap seluruh perubahan lingkungan hidup.

(Sihombing,dkk : 2007)
v  Hubungan Teori Evolusi dengan Palaenthologi
Paleontologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari fosil. Seluk beluk fosil dipelajari oleh seorang paleontologist. Fosil sendiri adalah jejak kehidupan masa lalu.
( http://rovicky.wordpress.com/2007/04/16/apa-itu-fosil/).
Dalam Mempelajari evolusi tidak bisa meninggalkan fosil. Dahulu teori evolusi banyak diuji dengan melihat fosil-fosil yang merupakan peninggalan makhluk hidup pada masa lalu. Bahkan ada kasus pemalsuan fosil (piltdown case), karena saking pentingnya fosil dalam pengujian teori evolusi ini. Tetapi perlu diketahui juga bahwa Charles Darwin ketika membuat buku “the origin of species” tidak diawali dengan fosil namun lebih banyak memanfaatkan fenomena burung-burung di Galapagos.
Perkembangan teori evolusi saat ini sudah menggunakan bermacam-macam metode mutahir, tetapi jelas tidak hanya kearah masa kini dengan memanfaatkan DNA saja. Fosil masih merupakan alat terbaik dalam mempelajari, mengkaji, dan menguji teori evolusi.
Banyak yang mengira kalau ketemu fosil dinosaurus itu berupa tulang yang utuh, namun sebenarnya yang sering ditemukan itu hanyalah bagian dari tulang, atau tulang-tulang yang berserakan. Penemuan fosil hanya secara kebetulan saja, dan jarang sekali ditemukan fosil yang utuh seluruhnya. Hal demikian mudah kita pahami karena banyak factor yang menyebakan hancurnya tubuh organisme yang telah mati, misalnya karena berikut ini:
1.    Proses lipatan batu bumi
2.    Pengaruh angin
3.    Bakteri pengurai
4.    Hewan pemakan bangkai
Menurut kajian struktur bumi struktur bumi berlapis-lapis dan pada setiap lapisan kulit bumi mempunyai umur yang berbeda-beda. Pada umumnya lapisan betu-batuan bumi yang lebih tua letaknya lebih dalam dari pada lapisan bumi yang lebih muda, tetapi karena pengaruh tenaga endogen dan eksogen memungkinkan tejadinya susunan yang sebaliknya. Dari berbagai lapisan ditemukannya adanya fosil yang menunjukkan adanya perubahan struktur tubuh secara berangsur-angsur.Dengan membandingkan struktur tubuh hewan sekarang, dapat diambil kesimpulan keadaan lingkungan pada masa lampau berbeda-beda dengan masa sekarang.
Jadi fosil-fosil yang ditemukan pada setiap lapisan batuan bumi menggambarkan catatan sejarah perkembangan makhluk hidup yang dapat menjadi petunjuk tentang adanya evolusi. Sebagai contoh fosil yang paling dikenal tentang adanya perubahan-perubahan bentuk dari masa kemasa adalah fosil kuda, hal ini disebabkan karena fosil-fosilnya ditemukan secara lengkap pada setiap zaman geologi. (sihombing, dkk :2007)
Menurut paleontologist (ahli paleontologi) ada macam macam fosil tetapi secara umum ada tiga macam jenis fosil yg perlu diketahui: – Yaitu bagian dari organisme itu sendiri, Sisa-sisa aktifitasnya, juga ada fosil palsu (yaitu bentuknya mirip fosil tetapi sebenarnya bukan).
Namun seorang ahli palaentologi yang juga seorang evolusionis, Mark Czarnecki menyatakan: “Masalah utama yang menjadi kendala dalam pembuktian teori evolusi adalah catatan fosil; yakni sisa-sisa peninggalan spesies punah yang terawetkan dalam lapisan-lapisan geologis Bumi. Catatan [fosil] ini belum pernah menunjukkan bukti-bukti adanya bentuk-bentuk transisi antara yang diramalkan Darwin - sebaliknya spesies [makhluk hidup] muncul dan punah secara tiba-tiba, dan keanehan ini telah memperkuat argumentasi kreasionis [=mereka yang mendukung penciptaan] yang mengatakan bahwa tiap spesies diciptakan oleh Tuhan. (Mark Czarnecki, "The Revival of the Creationist Crusade", MacLean's, 19 Januari 1981, hal. 56)
Teori neo-Darwinis telah ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan dunia mana pun "bentuk-bentuk transisi" yang diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitif ke spesies lebih maju. Begitu pula perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan keturunannya.
(http://www.biologikomputer.co.cc/2009/09/teori-evolusi-darwin-masih-berlakukah.html)
v  Hubungan Teori Evolusi dengan Teori Thomas Malthus

THOMAS MALTHUS (1766-1834)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsJJse2MttkC9_WCgK7hzuKN3VuGIorbf8GQLYnfHYFZul-nOq3ChFt7HN_kC9hTjbY-4IG5dpJZZnaihblGNRnpl6lpx6EELv8mDbLqgf2_90n5WbkbUSFeqbeLWSPAlgRHAwVTOnB4o/s320/Untitled6.png
Mulanya dia tak lebih dari seorang pendeta yang samasekali tak dikenal. Tetapi tahun 1798 pendeta Inggris yang namanya Thomas Robert Malthus itu menerbikan sebuah buku walau tipis namun sangat berpengaruh. Judulnya An Essay on the Principle of Population as it Affects the Future Improvement of Society.
Pokok tesis Malthus ini adalah pemikiran bahwa pertumbuhan penduduk cenderung melampui pertumbuhan persediaan makanan. Dalam esainya yang orisinal, Malthus menyuguhkan idenya dalam bentuk yang cukup kaku. Dia bilang, penduduk cenderung tumbuh secara "deret ukur" (misalnya, dalam lambang 1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya) sedangkan persediaan makanan cenderung bertumbuh secara "deret hitung" (misalnya, dalam deret 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan seterusnya).
Darwin sudah lama berpikir tentang evolusi bahwa semua species berhubungan satu sama lain dan mempunyai "common ancestor" (berasal dari satu garis keturunan) dan melalui mutasi species baru muncul. Namun dia masih penasaran tentang mekanisme bagaimana proses itu terjadi. Secara kebetulan, ia membaca tulisal-tulisan Thomas Malthus.
Malthus berpendapat bahwa populasi manusia bertambah lebih cepat daripada produksi makanan, sehingga menyebabkan manusia bersaing satu sama lain untuk memperebutkan makanan dan menjadikan perbuatan amal sia-sia. Dengan gembira Darwin menggunakan mekanisme ini untuk menjelaskan teorinya.
Ia menulis: "Manusia cenderung untuk bertambah dalam tingkat yang lebih besar daripada caranya untuk bertahan. Akibatnya, sesekali ia harus berjuang keras untuk bertahan, dan seleksi alam akan mempengaruhi apa yang terletak di dalam jangkauan ini." (Descent of Man, Ps.21) Ia menghubungkan hal ini dengan temuan-temuannya mengenai spesies-spesies yang terkait dengan tempat-tempat, penelitiannya tentang pengembang-biakan binatang, dan gagasan tentang "hukum seleksi alam" (Natural Selection).
Menjelang akhir 1838 ia membandingkan ciri-ciri seleksi para peternak dengan seleksi alam menurut teori Malthus dari varian-varian yang terjadi "secara kebetulan" sehingga "setiap bagian dari struktur yang baru diperoleh sepenuhnya dipraktikkan dan disempurnakan", dan menganggap bahwa ini adalah "bagian yang paling indah dari teori saya" tentang bagaimana spesies-spesies itu bermula.
Sebagaimana kita ketahui inti sari dari teori seleksi Alamiah Darwin didasarkan pada tiga pengamatan dan dua kesimpulan. Pengamatan I dari Darwin adalah tanpa tekanan lingkungan, setiap jenis organisme hidup akan berkembang biak sangat tinggi atau fertilitas setiap organisme hidup sangat tinggi. Dengan demikian Darwin berpendapat bahwa makhluk hidup itu berkembang iak secara cepat, dan hal ini sesuai teori Thomas Robert Malthus di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar